Wednesday, December 30, 2009

Semoga selamat di tahun 2010

Waktu; lagi-lagi saya terpukau oleh yang namanya waktu. Selain kata cinta, nafas, nadi, kata waktu bagi saya sangat dasyat. Menghipnotis semua mahluk yg berakal dan berbudi.

Bagaimana tidak, hanya waktu yg menjadi saksi atas bertumbuhnya hidup fisik, fikiran dan firasat.

Kenapa ada terompet, pesta, harapan baru, tekad dan semangat baru tiap menyambut tgl 1 januari? Karena waktunya telah tiba.

Jadi mungkin seperti mengikuti jadwal saja utk selalu beresolusi, berharap tiap awal tahun.

Sedikit perlu penyadaran diri, bahwa tanpa disambut, dirayakan dan dipestakan, tanpa dilepas matahari sore 2009 dan disangsong matahari 2010,
waktu tetap berjalan.

Tanggal 31 desember akan tetap lewat, karena tak ada lagi yang bersepakat ada nama bulan lain lagi setelah desember. Kita semua menerima dan sepakat kembali berhitung bulan januari bertanggal 1 bukan tgl 32. Begitulah kita semua hapal dan meresapkan siklus waktu yg dasyat ini ke dalam diri manusia.

Apa makna selamat tahun baru ?
Apakah selamat membuat harapan baru? Hidup yg lebih baik dr sebelumnya?
Atau semoga selamat melewati th 2010?
Apapun maknanya tetap sah dan boleh-boleh saja.

Memandang subuh;
melihat bulan tergantikan oleh matahari, menyaksikan bintang yg bersinar menjadi lenyap dan digantikan oleh berkas cahaya matahari, mendengar ayam berkokok, burung berkicau tanpa paham yang namanya detik waktu.
Merasakan udara basah yg menjadikannya embun di pagi hari.
Semua itu terjadi saat manusia terlelap. Apakah kita terus harus merasa hebat?

Semoga semua selamat di tahun 2010, dan tersadar oleh waktu kita yang semakin hari semakin sedikit. Bahwa tubuh manusia dibuat terbatas oleh waktu.
Tak berlebihanlah jika kita eling saudaraku.

Semoga selamat melewati th 2010.

Salam kasih embun pagi.
D.purnami.
30 desember 2009
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Saturday, December 19, 2009

Selamat pagi dokter !

Ayam sudah berkokok dok,
Bukankah itu pertanda pagi akan datang sebentar lagi?
Mentari kabarnya telah terang di merauke.

Maaf saya membangunkan dokter terlalu pagi,
Ada hal besar dikepala saya.
Tak sabar saya ingin mengkonsultasikan pada dokter.

Hmmm mungkin sebesar telur naga eragon? Ah tapi pink meranum seperti buah naga.
Sebaiknya saya goreng ceplok saja hal besar itu, atau di jus biar manis dan sehat?

Sebentar dok, saya menyeduh kopi dulu, kata dokter, secangkir sehari masih boleh kan ?


Ah ini sudah benar-benar pagi dokter.

Saya senang, pil dari dokter membuat saya terjaga hingga pagi.


Janji dok saya tidak akan bandel lagi.

Dan hal besar dikepala saya akan semakin besar dok.


Ubud, 19 desember 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Rumah baruMU

... Beri aku jalan pulang menuju rumahmu.
Tunggu aku di depan pintumu.
Biarkan aku selalu disampingmu.
Tertidur hening...
Dalam rumah BaruMu.


Ubud, 18 desember 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Friday, December 18, 2009

Aku dimana?

Mereka perempuan-perempuan berukuran bra 36/38 cup B.
Bukan bra berenda tapi bra katun polos warna senada kulit, kancingnya put atas putingnya yang menghitam.

Didalamnya sumber hidup bagi bayi dipangkuannya.

Perempuan-perempuan hebat. Tiada lelah seperti sapi perah.

---

Mereka lelaki-lelaki yang berkantung mata hitam.
Terkantuk tiap pagi.
Disela kopi bercerita tentang popok basah yang harus di cuci,
Bukan lagi bualan bra hitam berenda.

---

Mereka para lelaki yang harum, berbaju bagus, berwajah porselen, bermobil mewah.
terlalu sensitif walau tak datang bulan,
Terlalu perhatian walau bukan perempuan.

Berceloteh tentang anak-anak mereka yang diadopsi dan dibesarkan bersama-sama.

" ibuku itu, lelaki yang botak, begitulah dia memperkenalkan keluarganya kelak "

----
Begitupula para perempuan yang membesarkan anak bersama.

" Ibu ini, seperti ayah ku, dia selalu membelaku jika ada yg nakal terhadapku"

----

Aku dimana?
Aku hanya perempuan yang meneteki tanpa air susu.


Ubud, 18 desember 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Selamat malam dokter

Mataku masih belum terpejam walau waktu sudah menunjukkan tengah malam.

Larut semakin larut begitulah malam yg mulai dingin.
Seperti fikiranku yg larut membekukan otakku.

Aku tidak menghitung domba agar kantukku datang.
Tapi aku menghitung jumlah dokter yang telah dan akan kutemui sebulan ini.

Ah, genap sembilan. Sudah kutemui 6 orang tinggal 3 orang lagi.
Akhir tahun dipenghujung desember, waktu cuti berliburku harus kugunakan untuk berkencan dengan mereka.

----
Aku teringat tentang permintaan seorang dokter yang telah kutemui agar aku beraktivitas yang menenangkan dan tidak boleh ada unsur yang mengejutkan.

Akupun mengiyakan; meluncurlah aku dari ketinggian 10 meter dan merasakan seperti mati terlempar. - menyenangkan! Dan kuulangi sekian kali. Aku terkejut dok!

-------

Dokterpun menyarankanku untuk berdiet dan mengatur pola makan agar organ tubuh vitalku kembali sehat dan normal.

Bukankah aku memang tidak normal dok? Aku masih ingat sederet panjang list alergiku dari makanan, cuaca, obat,serta bahan pakaian. Terlalu panjang listnya!
Menderita sekali rasanya dok!

-----
"Kamu pasien bandel!"

"Tidak dok, saya cuman ingin menikmati hidup.
Yang membuat saya hidup bukan pil yang harus saya minum tiap hari.
Tapi semangat hidup saya dok!
Itu yang membuat saya bertahan sampai malam ini."

Ngggg.....
Dan akupun salah..
Semangat hidup hanya satu sisi dari keping mata uang.
Sisi lainnya dibutuhkan menjadi seorang pecundang kalah dan mengakui diri memang sakit dan harus menelam pil pil itu tiap beberapa jam!

" Dokter benar, saya pasien bandel"
------

Kemudian, metabolisme tubuh ini semakin menurun. Terlalu lesu untuk tersenyum, terlalu lelah untuk beraktivitas.

Di daftar A obat flu biasa yang kuminum seharusnya tak berdampak alergi bagi tubuhku, tapi nyatanya kini dia telah membuatku bengkak sekujur tubuh, kembali aku berlari menemui dokter untuk diberi anti alergi.
------

Akupun masih harus menemui satu dokter lagi, yang akan mengutak atik tubuhku, membiusku, memperbaiki saluran-saluran yang macet, memperlebarnya, membersihkannya.


Wait a minute!
Hey, itu sebenarnya dokter atau mario bross dan luigi?
"Dia benar lagi, itu dokter! mario bross tidak pakai baju putih!"

Ya baiklah, Aku akan masuk bengkel manusia, tubuh ini perlu diservis!
-----

Malam tadi,
Dokter beri saya obat tidur yang menenangkan fikiran saya,
Dan kutelan tiap 6 jam, aku hanya merasakan tubuhku melayang, tapi tidak tidur dan tidak tenang.


Malam sudah larut..
Aku belum terpejam...
Dokter sudah menelan obat tidurnya dia terlelap.

Selamat malam dokter..
Sweet dream.

Ubud, 18 desember 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Thursday, December 17, 2009

Mimpi dan fikiran liar

Ipar perempuanku begitu antusias menceritakan mimpinya tentang aku.

Dia bermimpi aku meninggal,
Akupun antusias mendengarkannya.

Ah ini yang menyenangkan ( fikirku)

diceritakan bahwa aku mati dan mayatku tidak ditemukan.

---
Apakah jika aku meneruskan rencanaku ke thailand seorang diri itu sebuah jalan menuju kesana? Untuk lenyap selamanya?

Bukankah menyenangkan mati dengan sempurna tanpa meninggalkan jasad sekalipun?

Akupun mulai berfikir liar, mereka-reka kematianku yg sempurna.

Pesawat yang kutumpangi jatuh di gunung atau laut hingga jasadku tak ditemukan.

Atau mungkin saat aku mengunjungi salah satu kebun binatang aku dimakan macan atau buaya?

Atau bisa jadi aku diculik di negara orang, kemudian dikuliti dan lemaku diambil dan dijual untuk bahan kosmetik?

Atau terjadi kecelakaan pada kendaraan yg kutumpangi, paspor dan semua identitasku hilang?

Hmmmm sempurna.

Tapi ibuku tiba-tiba berkata,

Ah kalau dimimpikan mati pasti umur panjang. - itupun jika iparku ingat membalikkan bantalnya.
( Kurasa tidak, bapakku kumimpikan mati, seminggunya lagi mati, karewna aku lupa membalikkan bantal hehehe)

Tapi semua lamunanku menjadi buyar saat mendengar lelaki kecilku berkata

"Bunda, tolong bacakan cerita "

Ah, kau malaikat penyelamatku, bahkan dari lamunan liarku.
Tak usah membalikkan bantal.


Ubud, 17 desember 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Jenuh

Jenuh aku melihat matahari terbit tiap pagi,
Jenuh pula melihatnya terbenam tiap senja.
Jenuh aku mengikuti aturan waktu yg penuh angka-angka yg disepakati.

Jenuh bertegur sapa
Jenuh berekspresi untuk reaksi sosial,
Jenuh kenapa harus makan berulang-ulang.

Aku ingin lupa ..
Jenuh aku menjadi ingat


Jenuh pula menuliskan nama diakhir tulisan..


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Friday, December 11, 2009

Ubud;Desaku yang kucinta

.... Pul sinoge jukut timbul basang gede
Caruak caruak...

Begitulah kami bernyanyi saat rambut kami dikepang dua.
Atau rambut dia yg dicukur cepak dan disisakan sedikit jambul didepannya berbentuk kotak, mirip daun saiban.

Berlari dan berlari adalah kegemaran kami.
Menelusuri setapak pematang sawah dengan tawa yg girang.
Kaki dihentak-hentakan untuk menakut-nakuti anak katak.
Berteriak nyaring melengking tuk menghalau burung.

Para lelaki kecil mengulur benang layangan menantang matahari.
Sedangkan kami mencari capung dan mengejar kupu-kupu.

Ejekan demi ejekan adalah nyanyian persahabatan kami.

Hingga senja terbenam dan langit memerah jingga.
Kami pulang diiringi suara jangkrik.

Singgah disungai membasuh badan,
bermain air hingga hari menjadi gelap.
Bergegas memakai baju tanpa dikeringkan handuk.
Kami tetap tertawa.

Sungai kecil yg jernih tempat seluruh desa mandi dan mencuci.
Kami menghomatinya dengan tak membuang sampah.

Ceritaku itu tentang masa lampau, tentang waktu yg kulewati 20 th yang lalu. Saat Ubud masih desa yang sama dengan desa-desa lainnya dibali.

-----
Hari ini nyanyian pul sinoge itu jarang kudengar.

Ubud tak lagi sama,
maju seiring modernisasi.
Sawah tempat kami bermain dulu telah hilang,
Bagaimana aku hendak bercerita sebagai penutur tua bahwa dulu ada sawah disana?
Benar-benar ada bukan dongeng seribu mimpi.
Tapi yg dilihat anak kami adalah hotel, restaurant yang berjejer.
Disebutnyalah kami pembual tua.

Anak-anakpun mulai menertawakan kami.

"Bu, itu bukan sungai, tapi selokan"

Sungai sempit, kotor dan berbau. Sudah kecil diambil setengahnya utk didirikan restaurant diatasnya.
Lagi-lagi lahannya diambil.

Saudaraku, itu sungai bukan samudera luas. Dia tak mampu menampung semua sampah yang kau buang kesana.

Ah, rindu aku mendengarkan nyanyian pul sinoge.
Ingin kubernyanyi disisi sungai itu, berbisik saja agar samar-samar
Biar aku dikiranya penunggu sungai yg menangis

Sebagai penunggu sungaipun mungkin aku bingung, diberikannya aku hamburger atau spagethi, bukan lagi laklak tape.

Atau rasa-rasanya nya aku ingin memilih menjadi gamang, agar aku takut-takuti mereka yg merusak sungai.
Biar lari terbirit, merasuki tubuh pekerjanya, dan berbicaralantang seperti orasi

"Kembalikan sungaiku, atau kau kuusik terus sepanjang kau mengontrak tempat ini, kubuat penampakan tubuh besar hitam agar para tamumu lari dantak datang lagi"

Atau bolehlah aku menjadi penyihir yg mengutuk para investor agar menjadi kodok krn kini katakpun tak dapat tempat di sawah.

Ah, begitulah desaku yg kucinta.
Caruak caruak..

Ubud, 10 desember 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Yang tersisa

Kembali aku menatap langit
Mengertilah aku bahwa dia terlalu sering berganti warna

Sore ini semburat cahaya merah dan abu memukau
Begitu diam begitu kelam dalam gairah tertahan

Kau datang mengetuk
Telah kubuka pintuku lebar

Aku meluruhkan segala angkuh
agar mampu mendengar suara diammu
melepaskan semua angkara
Agar mampu cecap rasamu

Apa yang tersisa pada senja merah?

Hanya cinta yang bertumbuh semakin besar


Ubud, 11 desember 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Thursday, December 10, 2009

Kutukan rasa

Senja yang selalu indah kerapkali membuatku menangis,
Ketidakrelaan siang berganti malam.
Tapi siapa yang mampu menghalangi matahari tuk terbenam?
Siapa yang mampu mengatur waktu pagi menjadikannya malam.

Begitulah alam mengutuk kehidupan pagi, siang, sore, senja dan malam.

matahari terbit seindah matahari terbenam.

_____

Akupun paham saat air mata duka mengalir, pernah kulewati suatu masa air mata haru dan bahagia juga menitik dalam suka cita kehidupan.

_______

Pernah kau buat aku bahagia hingga terlena,
Pernah jua kau buat aku sakit hingga terpuruk.
______

Berani aku mencintaimu, berani jua aku tersakiti.
____

Hingga kubertanya apa yang tersisa setelah rasa sakit dicinta dan senangnya dicinta kucecap?

Begitulah kutukan itu terus membelit rasa-rasaku.
Yang membuatku tahu hidup itu sendirilah yang senyatanya kutukan.

Ubud, 10 desember 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Wednesday, December 9, 2009

Hanya tiga hari saja

Aku teringat bagaimana waktu itu mereka meninggalkanku
Tiga puluh lima tahun yang lalu.
Aku dititipkan pada keluarga lain yang kemudian membesarkanku.

Kini setelah aku setengah baya dan kau renta
Waktu kembali mempermainkan kita.
Aku dan kamu betemu.

Kau sebut aku anak, dan aku menyebutmu ibu.
Pertemuan singkat tiga hari.
Bagaimana aku mampu merangkai kata
Untuk nyatakan pada dirimu

“Bu, aku selalu rindu padamu”
Tapi , kemudain aku memilih diam
Karena tiga puluh lima tahun tak bisa kuungkapkan dalam tiga hari

Hal sederhana kami lakukan dalam tiga hari,
Dia memasak untukku, begitupun aku memasak untuknya.
Dia memberiku selembar kain, aku memberinya seuntai kalung.
Kau bilang sayang padaku
Akupun begitu.

Hingga akhirnya waktu 72 jam habis.
Kau kembali ke tanah perantauan
Aku tetap disini bersama keluarga yang kau titipkan.

Sebulan setelah pertemuan singkat itu
Yang kusebut bapak memberi kabar

“Nak, Ibumu telah tiada”

Ah, seperti apa ikatan tali anatara aku dan ibuku
Hanya tiga hari saja Kau beri aku mencecap indahnya bersama dia.



8 Desember 2009
d.purnami

Monday, December 7, 2009

menebus roh sendiri

Aku mengenal sekali wajah orang yang duduk disebelahku.
sudah dua tahun lebih dia sirna dari hidupku.

Aku seperti menonton wayang,
Dia, aku dan orang-orang yg tak begitu aku kenal duduk berjejer bersila.
Menatap layar putih besar.

Silih berganti gambar-gambarku yang muncul.
Wajahku dari sejak kecil hingga dewasa nampak begantian, aku dan dia menonton diriku sendiri.

Kemudian dia mendekat dan berkata
"Tebuslah rohmu"
Agar kau kembali hidup

Ah,
Kenapa aku harus menebus?
Aku tak pernah menggadaikannya, adakah seseorang yang memperjual belikan rohku ini?
Apa bayarannya untuk rohku yang dingin ini?

Dia menatapku tajam,
"Sembuhkan lukamu"
Dan berjalanlah pulang.

Ya , aku akan pulang.
Tapi kerumahmu.

Kenapa saat aku sudah bersamamu kau malah mengusirku?
Kenapa aku harus ditebus lagi?
Biar saja mereka menyitaku, aku ingin pulang kerumahmu.

Karena aku tak ingin menebus rohku sendiri.


7 Desember 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Sunday, December 6, 2009

Tanjung sari

Angin berhembus ringan diantara panas yg penat,
Kubiarkan buih ombak membasahi ujung kaki yg telah dibalur pasir.

Aku memandang lurus kedepan
Biru membentang.
Pernah rasanya suatu hari aku berdiri seperti ini, ditemani dan bergenggam tangan.

air telah kurasakan menyentuh lutut, suara anak kecil berteriak girang,
Juga sepasang muda mudi yang bercengkrama sambil berpeluk di dalam air.

Air telah menyentuh pinggang, suara-suara itu hilang, disekitar yang ada hanya pemancing tua.

Kulentangkan tubuhku
Menengadah,
Mata terpejam
Kubiarkan ombak - ombak kecil membawaku kesana kemari.

Sesekali terhempas ketepian, dan mendengar kembali suara anak kecil berseru.
"Lihat, dia mengambang, dia mati"
Aku tersenyum, berkata dalam hati "itu yang kuinginkan anak kecil"

Tubuh masih kubiarkan mengambang
Beberapa orang menyingkir membiarkan tubuhku lewat.

Cukup lama aku mengambang
Aku ingin lupa, aku ingin dibawa ombak lebih ke dalam, menjauhi para pemancing, menjauhi anak kecil tadi dan membuat yg dia kata menjadi benar.

Masih dalam lamunanku,
Seorang telah membuyarkan semua inginku,
Papan kanonya telah menyengol tubuhku.
Aku terbangun, dengan sangat enggan berenang ke tepian.

Sialan
Hanya itu yang kuucapkan.


Tanjung sari, 5 Desember 2009
D.purnami






Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Friday, December 4, 2009

Nikmat menjadi gila

Pada waktu kemarin,
Aku begitu bersemangat sampai lantang menyuarakan
" Serius, aku ingin hidup lebih lama lagi, aku harus sembuh dan sehat, ada yang harus aku lindungi dan perjuangkan, aku tak ingin mati muda dan meninggalkan malaikat kecilku seorang diri"

Itu adalah waktu kemarin,
________

Hari ini telah berbeda,

Matahari masih tetap bersinar, burung pun bernyanyi, tapi aku merasa gelap, nyanyian burung seperti hantu yang merintih sakit.

Ya benar-benar berbeda dengan waktu kemarin.
---------

...... Aku terdiam mencoba hening,mendengarkan rintihan si hantu lamat-lamat.
Kenapa begitu dekat dan nyata?
Nampaknya itu bukan rintihan si hantu, aku mengenal rintihan itu dengan baik. Ya memang benar bukan hantu.

Ah,
Ternyata itu aku yang merintih kenapa begitu pilu, gigil dan dingin.

Akupun kembali terkaget mendengar degup jantung yang keras, terkadang cepat, lambat, terhenti dan kemudian cepat lagi.
Mungkinkah orang disebelahku takut sehingga detaknya begitu kacau?
Aku melihat lagi, tak ada orang lain disini kecuali aku.

Ah,
Lagi-lagi itu aku. Aku tak mengenali detak jantungku sendiri.

Akupun terengah,
Aku jengah
Dan kemudian aku lelah.

Ah,
Bisakah aku tak bangun lagi?
Berhenti berjuang, dan mati muda saja?

Aku tak punya siapa-siapa.
Teman, kawan, saudara, semua terdiam tak bersuara.
Apakah aku yang kelu atau mereka?

Ah,
Tak perlu dirisaukan, bukankah hidup ini memang sendiri?
Ya berjalanlah kembali sendiri.

-----------
Detik ini,
Mereka pun mulai menyebutku gila.
Predikat yang bagus. Sekalian saja berlaku gila, bukankah lebih gampang daripada harus bermuka manis saat hati hancur?

Ya, menyenangkan aku tak usah bangun berhari-hari, tak usah makan, tak usah mandi. Menyenangkan bukan?

Baiklah, aku akan menarik selimutku kembali, menutupi tubuhku, biar masih gelap kurasa, mendengarkan suara hantu, suara perut yg mengeroncong, dan suara jantung yang berdangdut. Biar bau ini semakin masam, rambut semakin gimbal.

Bukankah nikmat disebutnya gila?


Ubud, 4 desember 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Thursday, December 3, 2009

Kehilangan

Masih juga aku tertegun dengan hampa yang tertinggal ini.
Akan dia yang telah diberi dan kini diambil lagi.
Waktu yang menjadi sia-sia,
Dan getir yang disisakan.


Bathinku masih mengingat dia ada.
Tak pernah menyangka akan kesirnaan yg begitu cepat.


Kembali merasa kehilangan, karena aku kembali merasa memilikinya.


Kembali tertegun, sadar bahwa yang kumiliki kini adalah kehilangan.


Datang, pergi, datang lagi dan pergi lagi.
Hanya kehilangan demi kehilangan yang tetap ada.

Kehilangan yang bersetia, menemani perjalananku untuk menyambut lagi sebuah kedatangan baru.

Mungkin kelak, jika berani berharap.


3 desember 2009
D.purnami


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Tuesday, December 1, 2009

Karibku Luka dan Duka

Sejak kau kenali diriku dengan baik, kau kerapkali datang menjadi tamu dikehidupanku.

Kaulah yang bernama Luka.

Temanmu juga, tak pernah pergi dari rumahku bertahun-tahun mendampingiku, sudah kuusir dengan segala cara tetap saja dia tinggal. dia kupanggil Duka.

Luka dan Duka, kau berdua kini karib denganku.

Ah,
Dikiranya aku kuat,
Disangkanya aku hebat


Kau beri aku kegagalan berkali-kali.
Tangisankupun kau lambangkan sebagai rasa sayangku padamu.


Luka, Duka,
Aku ini hanya orang lemah,
Yang selalu merintih dalam diam.
Yang selalu mengaduh dalam tiap helaan nafas.

Pergilah karib dari hidupku.
Berhentilah menjadi temanku.
Berilah kesempatan tuk Suka datang sesekali.

Biar, biar dibuatnya aku terharu, mensyukuri tiap derai waktu.
Biar terkembang sekuntum senyum pada bibirku yang kian mengering.
Beri aku sesekali melantunkan lagu riang dan menari diatas kaki yang kaku.

Sekali saja,
Berilah waktu untuk Suka datang.
agar mampu aku bercerita pada kawan-kawan lain dan berteriak girang
"Aku bahagia kawan"

Karibku Luka dan Duka, pergilah.


1 desember 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Pernah ada bintang

Pernah ada bintang
Diantara kami
Yang memberi haru dan bahagia
Walau sejenak saja.

Kini,
Bintang kecil itupun pergi
Luruh bersama alam
Sirna diantara kami

Kami diam mematung
Seolah terbangun dari mimpi indah

Setidaknya,
Pernah ada bintang diantara kami.


Ubud, 1 november 2009 pk 04.30
D.purnami

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Sunday, November 29, 2009

Sepasang sayap yang nyaris patah

Aku tak mampu mengepakan sayap ini sendiri,
Kita ini sepasang..
Jika kau memilih berhenti.
Aku pasti tiada arti.


Kita tak akan tahu lagi pulau diseberang itu,
Juga tak akan bisa menyeberangi lautan itu.
Karena kau tak ingin terbang.


Kau lelah, ingin berhenti
Aku jengah tiada arti.


Aku tak ada guna lagi
Kecuali untuk mengipas angin kecil, hanya mampu tuk terbangkan debu dan daun kering.
Tak mampu lagi pukau si kupu-kupu.


Kita sepasang sayap yang nyaris patah.


27 November 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Friday, November 27, 2009

Benang merah

Aku hanya tahu pohon kayu manis, dan belimbing yang ada dihalaman rumahku. Katanya di luar sana ada banyak sekali jenis pohon lainnya.

"Ya, banyak sekali jenisnya"

Hewan-hewan juga ada banyak jenisnya ya diluaran sana? Aku hanya tau anjing, burung, ayam dan babi yang aku pelihara dirumah.

"Ya, ada banyak jenis hewan"

Jadi aku tau sedikit ya?

"Ya, sedikit sekali yang kamu tau"

Apakah matahari dan bulan yang kita pandang sama?

"Ya, sama, cuman waktu kita memandangnya saja yang beda"

Apakah Tuhan kita sama?

" Sama, cuman aku memanggilnya Bapa, kau memanggilnya Om"

Banyak yang belum aku ketahui diluaran sana, banyak juga yang hal berbeda yg kamu tau. Apa yg membuat kita menjadi bersama disini?

" Cinta "



Ubud, 27 november 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Monday, November 23, 2009

Kupu kupu

Aku urung membunuh seekor ulat besar yang menggelayut di bunga setaman.

Karena ingin kulihat seekor kupu kupu cantik kelak.

Kupu-kupu yang akan terbang menyapa angin, air dan cahaya.

Yang akan bertegur sapa bersama burung, kumbang dan belalang.

Yang akan menatap ulat di kebun setaman.

Kau akan menyapa sebanyak yang kau ingin.

Walau sebentar hidupmu, namun kau telah memukau oleh cantikmu
Sehingga kau tetap diingat dalam singkatnya usia.


Ubud, 23 november 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Aku wanita yang bersimbah air mata

Aku wanita, yang bersimbah air mata.

Pada kehilangan-kehilangan yang hadir setiap saat.
Sirna sempurna tak bewujud.

Pada kegagalan-kegagalan hidup yang terlalu karib untuku.
Menjadikannya begitu akrab

Pada luka-luka yang ditorehkan tajamnya cinta.
Yang membuat hilang daya

Aku wanita, yang bersimbah air mata oleh lelahnya perjalanan hidup.


Ubud 23 november 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Sunday, November 22, 2009

Aku yang tak sempurna

Aku yang tak sempurna


Bukan, bukan mataku yang buta,
Bukan jua telingaku yang tuli
Tak ada cacat dalam fisikku
Untuk bisa menjadi bagianmu.


Bukan, bukan hatiku yang terbelah.
Hatiku utuh kupersembahkan untukmu.
Bahkan, jika kau mampu menyebutkan sebuah angka tertinggi penentu keutuhan hati, sejumlah itulah hatiku menyayangimu.


Bukan, bukan Cinta kita yang kunodai.
Tidak setitikpun kunodai janji cinta kita.
Bersih kujaga putih ini.
Hingga akhir nafasku
Cintaku untukmu


Tapi aku tak sempurna untukmu
Aku tak akan mampu menjadikanmu lelaki seutuhnya.

Aku yang tak sempurna


Ubud, 22 november 2009
D.purnami

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Thursday, October 29, 2009

Ayat ngayah

Tilem,
Gumine peteng dedet,
Sakadi dedet manahne I meme Sandru.

Suryane sampun engseb, maencolan pejalane I meme Sandru maturan ka pura Dalem.

Ngenyun banten asokasi cenik,
Malarapan antuk banten ajuman, mabuah manggis, masanganan jaja emping.
Sok kasine iying, lebian misi canang. Bantene boya calah ane lenan maulam itik lan ayam, tuah kacang saur.

Negak I meme Sandru ring arep ayun ida Bathara Dalem.
Jero pemangku muput maatur-atur.
Sing suwud-suwud I meme Sandru ngetelang yeh mata. Inget teken panakne I wayan, sentana marep ane ada abesik.
Sane ngalahin majalan malunan mulih ke gumine wayah.
Tonden ada limang bulan I Wayan mejalan. Nu sakit karasayang teken I meme Sandru.

Ngemigmig I meme Sandru pedidine.

" Uduh wayan, panak meme. Jani dini wayan ngayah, ngiring ida bhatara Dalem, nyapuh sawai-wai mengayah ring ida bathara, uli dini meme nunas, dumogi je kapaica wayan pemargi lan polih genah sane becik"

I wayan sandru tonden matuwuh 16 tiban. Suba ngalahin meme lan bapane. Mati salah pati, metabrakan. Kocap, pejalan matine pakayun ida bathara.


Kala punika,
Sang maraga atma I Wayan Sandru nyeleleg ring batan punyan pulene, ring alase, nyiksik bulu menangis, manyingakin memene ring ayun ida bethara Dalem.

Meled sang meraga atma jagi manyapa I meme, kewala nenten kapanggihin, nenten kapirengin, ten polih kurungan jagi kasusupin.

Ring I kekupu, sang meraga atma masusupan. Nginder mekeber, manyapa I meme.
Mecedet ring pamuspan, ring sekar, ring pabinan.

"Meme, sampunang meme maseselan, niki sampun pamargin titiange ngiring ida bethara, wusan meme maseselan, uli niskala titiang jagi manyingakin meme"

Ne mangkin,
Sampun wusan jero pamangku matur-atur, I meme suba suwud mebakti, kalungsur jani bantene. Magegeson mejalan ke setrane, ngaturang punjung teken I wayan.

--------------
Tilem,
Ubud,18 Oktober 2009
d purnami.
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Saturday, October 17, 2009

Pamargi

Pamargi sira sane mangkin jagi kairing titiang?

I bapa sampun budal ke gumine wayah.
Sampun meraga angin,
kesyar kesyur ulah ulih.
Tan kapanggihin, nanging kerasa ring kulit, ring tangkahe sane puyung.


Titiang panak bapa,
Sane mesaksi duke bapa ninggal kurungan.
Meraga sa'ang matah, kageseng antuk sang agni.
Mewali ke pertiwi.

Dekdek manah titiang masaksi, kalintang sedih, ten surud ngetelang yeh mata.
sakadi sentir sane kapademang,
Pati grepe titiang memargi,


Rimangkin titiang anak ubuh, belog, tambet tiang jagi nunut pamargin bapa.

Majalan titiang, nuduk carita ring penyama braya sane masatua duke bapa idup.
Becik bapa maninggal karma. Akeh sane merasa kelangan bapa.

Malih tiang mamargi, nunut timpal peguruan bapa, kaicen tiang lontar acakepan sane sampun bubukan, suwe tiang mekeneh, ten keni baan ngwacen, malih kalinggihan tiang ring pelangkiran.
Tiang panak bapa kalintang belog.

Ne mangkin titiang menemu soca mirah, ring gelas sane sampun daki, kaduduk tiang, angge titiang ngubadin manah I meme sane nenten seger seger. Wawu tiang uning nika pelambang tresnan bapa tekening I meme.

Bapa taler maninggal cucu, ten keni baan titiang nuturang ring sang anak alit, antuk pamargi bapa sane gegeson matinggal.

Inguh lan sungsut manah tiang, kalunta lunta nunut pamargi I bapa.

Ne mangkin iriki tiang negak beten punyan buluane ring amben bale daja mailih ilih, nayuhin manah sane nenten taen tis. Ngaukin bapa sane meraga angin.

Pamargin tiang sekadi nuduk tampalan kayu, punduhang titiang kanti dados angge saang mepunpun.

Yening bapa kari medruwe karna maraga angin, tiang jagi matitip wangsit ring I kedis becica, tuah petaken manten,
" Pamargi sira sane mangkin kairing tiang?"

I pekak, I dadong lan I Penik sampun sami sareng bapa irika melinggih ring gedong rong tiga, caket ten memunyi, sunya suwung, pateh meraga angin maparab bethara hyang guru.

Tuah I cecek sane ten surut surut mesuara mecekcekcek.

Yening dados,
tunas tiang piteket, icening tiang ipian, pang keni antuk tiang mepitutur tekening I meme lan putun bapa sang nak alit.

Tiang sane kari idup lan matuwuh sane jagi ngalanturang, pamargi bapa sane durung tatas.

---------
Ubud 18 oktober 2009
Katur ring bapa sane naening lekad ring tanggal punika.

Titiang,
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Friday, October 16, 2009

luh jepun

Titiang penyeruan I ratu,
Nenten tatas indik matur

Geginan tiang wantah ngalap sekar, katur ring I ratu, angge ngias prabu I ratu sane megelung emas.

Luh Jepun wastan tiang.
Tiang boya ya I bungan sandat sane miik ngalub.
Nanging I ratu mapaica genah sekadi tiang I sekar sandat.

Ring merajan I ratu titiang mengayah, mekamen putih me senteng kuning.

Ngukup toya miik ngalub; agni ngeseng I kayu cendana, jebug arum, pandan arum, lan gendis.

Andus nusdus, maukup ukup toya kumkuman angge I ratu manyirat prabu magelung emas.

Rerantas, wajra , ketu sampun sayage.
Ngiring I ratu munggah
Titiang ngiring I ratu nyurya suwana.

I cempaka mebunga ngeryempyok, mereruntuhan ring natar merajan.

Iriki tiang mangayahin I ratu, mekidung warga sari, tedun tirta.

Anggob manah titiang,
I ratu mapaica genah ring merajan sane kasuciang.

Tiang luh jepun,
leteh antuk dosa.
Nyalanang idup ring margine kiwa.

Las I ratu nuntunin tiang pamargi,
Iriki titiang mangayahin sisan tuwuh sane kapaica,
ngiring I ratu,
ngiring pemargi sane kaloktah.

Tiang luh jepun ten tatas antuk matur.
Iriki mangayahin I ratu.


17 oktober 2009
D.purnami


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Thursday, October 15, 2009

Sunya

Kembali menyepi, menyapa sunyi.

Bertegur sapa dengan jiwa,
Merasakan nafas diri
Menyentuh tubuh yg layu oleh lelah.
Mendiamkan fikir yg telah diperkosa.

Angga sarira
Memohon jeda
Untuk hening sejenak.

Kembali menyepi pada sunyi dalam diri.

15 oktober 2009
D.purnami

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Saturday, October 3, 2009

Hitam bintangku

Aku adalah seorang perempuan yang lahir dari rahim seorang ibu
Sama sepertimu.

Namun bedaku,

Akulah orang yg baru lahir yg langsung menanggungkan dosa,

Telah menorehkan rasa sakit mendalam kepada semua yang mencintanya atas kepergiannya

Dan dia adalah seorang perempuan mulia yang memilih jiwanya hilang untuk menghadirkanku di jagad ini.

Tak hanya aku yg menangis saat di lahirkan, isakan keluarga, dan orang sekampung mengiringi kelahiranku. Tangisan yang ternyata bukan untuk menyambutku, tapi mengantarkan kepergian ibuku.

Itulah hari pertama aku membuka mata, menghirup nafas dan mengenal bumi dan manusia.

Begitulah mereka menyambutku.

Nyaris setiap hari wajah murung dan air mata jatuh ketika mereka menggendongku. Berbulan-bulan waktunya, dan mereka terus menghadirkan eskpresi tersebut.

Dan akupun mengenalnya sebagai tanda sapaan.

Bulan mati - adalah hari kelahiranku, tak ada seberkas sinar yg terpancar dari bulan. gelap.

Meninggalnya ibuku adalah kehilangan pertamaku.

Si pembawa sial adalah panggilanku dari dua kakak perempuanku. Mereka membenciku amat sangat karena akulah mereka kehilangan ibu.

Aku tumbuh dikucilkan, dan hanya disayang oleh nenekku.
Dia mengasuhku hingga aku berusia 13 tahun, dan akhirnya meninggal karena sakit.

Ayahku kemudian menitipkanku di adik perempuannya, dia tak begitu sehat, menderita kanker rahim. Tak sampai 3 tahun aku bersamanya diapun meninggal.

Aku diambil kembali bersama ayahku, dan dua kakak perempuanku.

Kamipun hidup tak rukun. Ayahkupun sakit-sakitan hingga tuhanpun memanggilnya.

Begitulah mereka satu persatu meninggalkanku.

Hitam bintangku mengambil semua orang yang kucintai.

Aku ingin membuat sempurna hitamku.

Tiga perempuan yatim piatu dan seorang yg dikucilkan.

Biar biarlah dua kakak yang tak mencintaiku tersebut kulenyapkan saja.
Cukup kudorong pada sumur tua yang dibuat ayahku.

Biarlah malam ini sempurna hitam bintangku.

3 oktober 2009
D.purnami


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

I bapa Gingsir

Seruling itu terdengar mendalu dalu,

Seorang lelaki paruh baya mengenakan pakaian adat bali, dan destar putih yang diikatkanya seperti seorang pemangku.

Sesekali memainkan ritme syahdu, kemudian berganti menjadi begitu bergembira dan semangat.

Dia terdiam mengelus seluringnya dan menaruhnya.

Kemudian dia bernyanyi, lagu-lagu kakawin sansekerta.

Sambil berkibas-kibas dia berbicara padaku yang sama-sama berteduh.

' Nak istri, tiang niki nak ngayahin jagat, menyuling uli semeng nganti suryane engseb. Boya ye napi, tuah nyelimburang manah, lan ngibur turise.

Cingak je nika pak polisine mekebus ngatur jalane macet ring perempatane. Ubud nyangsan kosek, akeh pendatang driki, ngeliuang braya sane ngalih pengupa jiwa driki, kewala ten dadi ajak menyama.

Nak istri niki guide? Ngateh turis ke ubud?

' Ten pak, tiang jagi tangkil kepuri, kewala ratu cokorda kari akeh penangkilne, driki tiang maembon'


' Ngih, meneng sampun driki, tiang mepamit dumun , mangkin tiang jagi manyuling merika, ring pos polisine, nika nak timpal-timpal tiange. dot tiang nepukin pak polisine nika mekenyem'

' Dumaris pak, tiang nyaksiang saking deriki'

Dengan bersemangat dia memainkan seruling sesekali menyanyi dan menari. Tak hanya pak polisi, pedagang canang, ancung, guide, turis semua tertawa menyaksikannya.

Beberapa turis memotretnya sambil memasukkan uang ke sakunya.

Setelah selesai dia menghibur,dia mengambil 2 lembar uang seribu dan menyerahkan kepada pedagang kopi yg digoda-godanya.

'Baang bli kopi sik luh, ne manis, bensep bli spesial megending untuk iluh'

'Ah tiang sing ngenemin bli buduh'

Sambil membawa kopinya dia kembali duduk disebelahku berteduh.

'Nak istri, Mangkin nak purnama kapat, bungane ngerompyang, cerucuke mamunyi, I matan ai endag semengan, galang manah tiang.

I wawu wenten turis nyelepin pis siu-siuan ring kantong tiange ane sampun uek brengmeng. Kadene tiang pengamen. Wenten paica jeg katunas tiange maan tiang melinin I luh kopi semengan.

Tiang niki nak trah Arya, arya pering saking mas. Wastan tiange I gingsir. Tiang nak guru agama niki, kewala ten meangkat. Tiang nak sesai meburuh di kantor camat. Senin- jumat tiang ngiring sampun pak camat. Ne mangkin sabtu minggu jadwal tiange ngibur panjak cokorda dipasar.

Peh ratu cokorda nak seneng tiang nyak manyuling driki, seneng tiang nyingakin cokordan tiange ica.

Mimih dewa ratu ubud mangkin nak sampun lian ken pidan. Yen kari napi ten ubud nika ubad. Tiang driki mangkin nak puruh nepuikin gunine calah mangkin.

'Ngih pak, pateh tiang puruh mase niki, lanturang nak malih apisan menyuling, gending I bungan sandat ngih. Pang ilang puruh tiange.

2 oktober 2009
D.purnami
Ancak saji puri ubud.
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Thursday, October 1, 2009

Pada setiap malam

Pada setiap malam,
Aku menghapalkan bagaimana jantungmu berdetak.
Membiasakan telingaku untuk mendengar yang tak kau suarakan.


Pada setiap malam,
Aku menghirup nafasmu yg terhembus dengan begitu tenang dalam tidurmu.
Akupun membiasakan wajahku dibelai oleh halus nafasmu.


Pada malam jua
Aku selalu merasakan kehangatan genggamanmu yang selalu menyamankanku oleh jiwamu yang senantiasa melindungiku.
Akupun terbiasa oleh kelembutan kasihmu.


Pada setiap malam yang hadir kau terus bersetia untuk mengikatkan diri lebih dalam pada cinta yang tak hentinya bertumbuh.


Pada setiap malam yang kulewati aku makin sadar aku begitu mencintaimu.


1 oktober 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Monday, September 28, 2009

Ekstra kurikuler

Aku pulang membawa kertas buram yang berisi keterangan ekstra kurikuler.

Pilihannya begitu banyak, komputer, bahasa inggris, tari, pramuka, bahasa jepang, karate, basket, bulu tangkis dan menjahit.

Lama kamu berkerut memandangiku dan tidak menanda tangani kertas buram yg kubawa.

' Nggggg...Tanda tangani dong pak, besok dikumpul.

(Kau tetap memandangku) tak melakukan permintaanku

Aku memasang wajah memelas

' Pak, tolonglah ditanda tangani'

Kau menghela nafas dan bertanya
'Kenapa harus memilih karate?, bukankah begitu banyak pilihan yg lain?'
' Ya karena aku ingin belajar karate, aku ingin menendang cowok-cowok nakal disekolahku. Aku ingin kuat berantem dengan mereka'

' Ah, kamu itu perempuan nak, dan hanya kamu satu-satunya keturunan perempuan dikeluarga kita'

Kaupun tak menanda tangani kertas buram.

Keesokan harinya, walaupun aku belu tau satu juruspu, aku yakin betul siapa lelaki pertama yg ingin kutendang.

Bukan lelaki seumuranku yg menggodaku disekolah, tapi lelaki setengah baya yg dengan kuasanya datang kesekolahku, bertemu guru BP berbicara agar sebaiknya aku diarahkan untuk menari, agar jiwa perempuanku lebih halus.

Ugh! Sungguh mengesalkan.

28 september 2008
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Bola bekel

Ingatkah kau tentang siang yg sering kita lewati bersama sepulangku sekolah?

Kepang tak pernah kulepas, aku langsung berlari mengambil bola bekelku.

Masih dengan seragam putih merah aku tak bersabar untuk bermain denganmu.

Kau tau ketidaksabaranku untuk segera bermain.
Tau pula bahwa telah kupendam keinginku sedari disekolah saat menonton teman-temanku bermain.

Dan karena kaupun tau sebuah fakta bahwa tak ada seorangpun yg mau mengajakku bermain bola bekel.

Dan kau tau jawabannya dengan pasti bahwa aku tak mampu bermain dengan baik, apalagi menang.

Oleh karena itu mereka mengasingkanku.


Hanya kamu teman bermainku, yang selalu kalah demi melihat aku tertawa.

Demi sebuah rasa percaya diri yg ingin selalu kau tumbuhkan padaku bahwa akupun bisa memainkan bola bekel dengan baik dan terampil.

Sembari menyuapiku sendok demi sendok makan siangku, kau tetap bermain penuh tawa dengan kekalahan.

Kau rela menaruh kuasmu, membiarkan kanvasmu tanpa goresan warna, demi bermain bola bekel denganku.

Sebuah masa yang begitu indah, hanya kau yg selalu percaya bahwa akupun lihai.

Pada sebuah bola bekel akupun selalu mengenang cintamu yg hangat dalam kekalahan.

Rindukupun tumbuh seperti bola bekel yg dimainkan.
Dilempar naik, jatuh, kemudian memantul kembali.

Begitulah Aku mengenangmu datang, pergi dan datang lagi.

Ah , rindu aku memainkan bola bekel itu lagi.

28 september 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Monday, September 21, 2009

Lelaki tua bersama hujan

Pada gerimis yg jatuh
Lelaki tua berdiri di tepian sawah berpayungkan daun pisang.

Tatapannya begitu jauh.
Adakah dia teringat tentang seorang perempuan yg menantinya dirumah?
Yang akan membuatkannya secangkir kopi dan merejang air panas untuk mandinya?

Entahlah..

Lelaki tua itu tak beranjak dari pinggir jalan, tatapannya tertuju pada sebuah rumah yang berjarak tak jauh dari gubuknya.

Diam lama dan termangu..
Tak peduli akan hujan yang tak hanya gerimis lagi, namun jatuh semakin deras.
Daun pisang kiranya tak mampu menahan air yg jatuh.
Dia tetap berdiri seolah tak peduli akan tubuhnya yang basah kuyup.

Lelaki tua itu menghela nafas panjang, kemudian kembali ke gubuknya. Raut wajah yang datar tanpa ekspresi, berjalan lambat dan tenang.

Dia menyulut sebatang rokok kretek, menyeduh kopi utk dirinya. Dan tetap terdiam.
Tak ada perempuan tua yg menemani.

Pada hujan dan secangkir kopinya, tatapannya tetap tertuju pada sebuah rumah kecil.

Sebuah rumah yang mempunyai kehidupan lengkap sepasang suami istri. Rumah yang penuh oleh kehangatan dan cinta seorang perempuan yg setiap saat ada untuk menyeduhkan kopi dan merejang air panas untuk suaminya.

Rumah yang terlalu sering ditatap oleh lelaki tua miskin sepertinya.

Namun, sewaktu-waktu diapun beruntung, sempat mencicipi masakan enak perempuan dirumah itu bahkan kopi yang diseduhkan olehnya.

Itu adalah waktu terindah yang pernah dimiliki lelaki tua itu.

Dia hanya lelaki tua yang hidup sendiri tak punya apapun dan siapapun.

Lahan sawah yang diolah adalah milik tuan tanah.
Perempuan yang dicintainya adalah milik sahabatnya.

Dia hanya lelaki tua yang punya cinta penuh untuk perempuan milik sahabatnya.

Bersama hujan, dia biarkan cintanya yang dalam membasuh relung-relung kerinduannya pada perempuan milik sahabatnya.
Dari sebuah gubuk yang dingin.

Ubud, 20 september 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Wednesday, September 16, 2009

Bagimu musibah, untukku anugrah.

Malam itu aku terhenyak melihat pencopet mengambil dopet dua orang gadis yg sedang bersepeda motor.

Begitu lihai, lugas, halus dan cepat. tangan pencopet begitu cepat mengambil dompet si gadis.

Sangat terlatih,
cukup merapat ke sepeda motor si gadis, hanya dengan satu tangan.
tttssss dompet sudah berpindah. Pencopetpun kabur menggeber motornya.

Aku masih ternganga.. Mungkin lebih kaget dari si gadis.
____

Salahkah si pencopet?
Apakah itu profesinya dan saat itu sedang bekerja?
Atau sedang butuh uang cepat dan kepepet?

Entahlah..
Apapun motivasinya, yang pasti dompet itu berpindah tangan.


Perpindahan donpet itu bagi si gadis artinya adalah sial dan musibah, sedangkan bagi si pencopet adalah anugrah untuk menyambung hidup.

Dua hal selalu hadir berdampingan.
Memberi arti satu sama lain.

Jika tak berani kehilangan, maka ada yg tak sedang beruntung.

Dalam dunia percopetan. Kelengahan kita adalah kesempatannya.

Kehilangan kita adalah keberuntungannya.

Sungguh merupakan dualisme.

jadi anggap saja memberikan nafkah bagi pencopet.

9 september 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Tuesday, September 15, 2009

Wanita dengan kelebihannya

Wanita dengan kelebihannya.


Dewi, terlahir dengan dianugrahi otak yang encer dan pintar dari keluarga guru, Dewipun bekerja menjadi dosen disebuah perguruan tinggi bergengsi. Dewi bekerja dengan kelebihan tuhan yg diberikan padanya yaitu kepintaran.


Tika, lahir dari keluarga kaya raya, tak begitu pintar, juga tak cantik. Rasanya dia ga butuh pintar dan bekerja pada orang lain. Aset kekayaannya masih memadai sampai tujuh turunan.
Tika diberi kelebihan lahir pada keluarga kaya.


Rara, terlahir dari keluarga biasa saja, dia juga tak pintar, tak juga cantik, tapi dia mempunyai mental yg gigih bekerja, tak pernah malu mengerjakan pekerjaan kasar, yg penting dia bisa hidup untuk keluarganya.
Rara di beri kelebihan mental yg kuat.


Gina, tidak pintar, keluarganya miskin, mentalnya agak malas bekerja kasar. Cita-citanya menjadi kaya seperti perempuan di pemain sinetron. Gina dianugrahi tubuh yang molek dan kulit putih dan paras ayu. Gina dilahirkan tanpa bapak, ibu gina dulu wanita yang nakal. Diperkirakan ayah Gina salah seorang pelanggan ibunya yang berhidung belang.

Karena hanya kelebihan fisik yang dianugrahkan oleh tuhan padanya, maka ginapun bekerja dengan menggunakan kelebihan yang dia punya. Gina bekerja dan mencari uang dengan menggunakan kelebihan fisik tubuhnya.
Ginapun menjabat profesi PSK.


Gina sering kena razia karena bodoh, pelanggannyapun bukan kalangan atas karena jaringannya masih kelas bawah.

saat ditangkap Gina diminta untuk tobat, maklum mendekati bulan ramadhan, tapi Gina tak mau tobat, karena Gina bodoh dia tak melihat tulisan bulan ramadhan dikalendernya melainkan bulan september, Gina tak tau dirinya memeluk agama apa, karena ibunya tak pernah sholat. Juga tak pernah merayakan perayaan apapun. Tapi ibunya mempunyai perayaan setiap malam dengan para lelaki. Itulah perayaan yang dikenal Gina.

Yang gina tau cuman bekerja menggunakan kelebihan yang dianugrahkan tuhan padanya.
Dia tidak mencuri dan menjahati orang lain.

Dia cuma menjual tubuhnya, bukan menjual kepintaran otaknya.

Jadi, mari kita lihat kembali kelebihan kita dimana? Semua anugrah Tuhan.
Tak ada yang nista, tak ada yg mulia.
Semua ciptaan Tuhan.

Salam.
D.purnami
15 September 2009

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Thursday, September 10, 2009

Aku yang hidup, yang bertutur.

Aku yang hidup,

Yang wajib mengingat dan mengenangkan.

Yang akan menjadi penutur tua,
Berkisah kepada anak cucumu,
Tentang lelaki tua yang bersahaja.

Bercerita atas reinkarnasimu.
Bahwa pernah terlahir sosok sepertimu yang penuh cinta.

Yang selalu meninggalkan jejak kedalaman makna pada hati yang lapang.

Sejarah yang kau cipta, atas diriku dan atas saudara sedarah dagingku.

Aku yang akan menjadi penutur tua,
Tentang kisah kau kembali bereinkarnasi dengan sosok yang beda.

Untuk pengingat bahwa kita satu garis keturunan

Akulah penutur tua itu,

Namun,
Aku tak ingin kehilangan sosok yang kukenal oleh reinkarnasimu.

Walau ku tahu,
kau adalah sebuah jiwa yang tak nampak,
yang tak bisa berwujud tanpa raga.

Yang terlalu cepat ingin mendekat kembali, mencari raga pada setiap kelahiran yang ada.

Kini kutahu Kau adalah jiwa yang juga merindu.

Yang juga menangis pada kasat mata,
Yang juga memohon untuk kembali
Yang juga bersuka cita.


Pada gadis kecil kau meminjam raga yang baru,
aku tak mengenalmu,
Jiwamu tak sama,
Hatimu bukan hati yang kukenal.

Kau tak pernah bereinkarnasi dalam ingatanku.

Kau tetap sosok yang akan kuingat sama.

Pada karma,
Pada tautan waktu itu
Pada jalinan status yang kau tinggalkan dulu.

Aku yang hidup, akan tetap mengenangmu sama.


10 september 2009
Ubud,
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Wednesday, September 9, 2009

Aku dan jejak-jejak

Aku dan jejak-jejak.

Kau tinggalkan begitu banyak jejak dalam hidupku.

Dan aku adalah manusia yang hidup dengan ingatan.

Malam ini aku tak ingin tidur apalagi memimpikanmu. Aku ingin menghabiskan malam ini dengan mengenang jejak-jejak kita bersama sisa-sisa keberanianku.

-----

Pada sebuah batu lempeng besar ditengah sungai,
dulu kau pernah mengajaku duduk sembari merendam kaki.

Kau memulai kisah tentang para dewa yang tak mendapat stana yang bertahta emas.

Kau bilang pada batu lempeng besar inilah para dewa itu berstana. Kau memintaku menaruh sepasang canangsari untuk pijakan para dewa setelah merendam kakinya.

Kini aku kembali menyusuri sungai itu, duduk di batu lempeng besar dan menaruh canangsari berisikan sekar kamboja, agar saat kau sesekali menyusuri sungai ini kembali dan ingin merendam kakimu, telah kusiapkan pijakan untukmu, agar wangi kamboja balur kakimu saat kau kembali ke stanamu yang bertahta emas.

-----

Pada sebuah danau,
kau juga tinggalkan kisah.

Pernah kau ajak aku duduk juga sambil merendam kakimu, sesekali ikan mujair melintasi kakimu. Kita bercakap sambil mereka-reka dalamnya danau ini dan jauhnya tepian danau.
Kau berkata padaku sambil menyulut rokokmu.
' Nak, tahukah kau kenapa ikan mujair itu selalu melintasi kaki kita?'
Akupun menggeleng.
' Ikan itu bilang 'halo' padamu, lihatlah mulutnya selalu membentuk huruf O'

Leluconmu itu sebenarnya tak lucu, tapi kau selalu membuatku tertawa.

Setelah puas kau merendam kaki, kau menunjuk sebuah bale diatas berbukitan.
'Nak, jarak bale itu dari sini sekitar tiga kilo, dan kita akan kesana'

Kau bangkit dan mulai berjalan menyusuri jalan setapak, tak hentinya kau bercakap tentang pohon tua.

Kepalakupun terantuk batang pohon, kau berhenti sesaat dan melihat sekeliling. Kau tersadar bahwa kita tersesat. Tak sedikitpun kau nampak panik. Kau duduk dan memintaku diam.

' Nak dengarkan, jika ada suara burung berteriak lantang, perhatikan kemana arah suara itu'

Tak selang berapa lama suara burung itu terdengar, entah darimana datangnya, berteriak lantang menuju utara, maka kaupun melanjutkan kangkahmu.

Surya mulai tenggelam, petang datang menggantikannya. Kau tak menghentikan langkahmu terus berjalan.

'Jangan takut oleh gelap, lihatlah keatas, bulan akan memberi sinar pada jalanmu'

Akupun menurut, memang tak terasa gelap, hanya rasa nyaman yang ada.

Kami sampai pada sebuah bale, akupun duduk melepas lelah.

' Nak, Kita akan bermalam disini'
Jika kau mengantuk tidurlah, jika kau tak bisa tidur, hitunglah bintang yang ada dilangit. Pasti nanti kau terlelap.

Seperti itulah kau meninggalkan jejak-jejak malam padaku.

Hari ini, dari tepi jendela kamarku, kumenatap bintang, mengenang kita pernah menatap bahkan menghitung bintang sama.

--------

Pada sebuah meru bertumpang sembilan. Kau berkata padaku
' Disanalah para leluhur kita tinggal'
Kau merapalkan nama para leluhur yang tak kukenal, sangat asing ditelingaku, namun kau begitu fasih menyebutnya. Lambaikan tanganmu pada meru itu, agar para leluhur itu melihat kita. Akupun melambai, tapi kulihat kau tak melambai malah menyulut sebatang rokok.

Setelah nyaris 2 tahun kau pergi, aku kembali memandang meru itu.
Adakah kau di dalam sana bersama para leluhurmu?
Apakah kau melihatku dari atas sana jika aku melambai?

Aku tak mampu merapalkan nama para leluhurmu dengan baik seperti kehebatanmu.

Kini aku tak yakin apa yang kau rapalkan saat itu, mungkin saja bahasa latin yang tak kukenal. Kuyakin saat itu kau hanya ingin nampak jauh lebih pintar dariku.

Tapi hari ini, aku bisa merapalakan mantra cintaku padamu dengan fasih melebihi kefasihanmu merapalkan nama leluhurmu.

-------
Dengan sisa cintamu aku menyusuri jejak-jejak yang pernah kita lalui bersama.

Karena aku dan jejak-jejakmu akan selalu bersama.


Ubud
090909
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Hanya kerinduan sepihak

Ini hanya kerinduan sepihak.

Kau tak kan pernah tahu bagaimana aku mengurai setiap rasa dalam hatiku ini.

Butuh berapa kali tarikan nafas yang dalam agar aku bisa merasa tenang.

Melapangkan hati untuk sadar bahwa kau sejatinya tak pernah tau bahwa aku merindumu.

Kemana aku harus menemuimu?
Kepada siapa aku menyampaikan?

Kau tak pernah ingin tahu.

Ini hanya rindu sepihak.

Aku mencoba mencari baumu, diantara bau baru yg menghampiri hidungku.

Aku mencoba mencari sapaanmu yang khas diantara sekian banyak orang yg menyapaku.

Aku pun terus mencari kehangatan yg pernah kita bagi dulu diantara pelukan yg berusaha menyamankanku.

Kau tak ada disana, dan tak pernah sama dengan semua yang baru.

Andai kau tau bahwa aku sedang merindumu begitu dalam.

Tapi ini memang rindu sepihak.

Rinduku bukan rindu kumbang pada sang bunga,

Bukan pula rindu malam pada sang bulan.

rinduku memang rindu sepihak. Dan kau tak kan pernah meraskan lagi rindu seperti ini yang akan membuatmu menderita.

rasaku dan rasamu sudah terpisahkan oleh waktu.

ingatan tentang cinta yang kian terkikis.

Tak ada lagi kita berjejak pada waktu yang sama.

Dan tak akan pernah terulang lagi.

Berandai adalah sebuah sesal.

Yang tersisa hanya rindu sepihak.

Bau yang kau tinggalkan terakhir adalah bau cendana.

Pada abu kau lenyap bersama semua cintaku.

Kini semua terasa tak adil, karena hanya aku yang mengenangmu.

Rindu yang hanya sepihak.


Ubud,9 09 09
D.purnami
Untuk sebuah keberanian merindukanmu kembali.





Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Terpujilah.

Aku hanya seekor ikan teri yang sedang hamil.

Dikehidupan laut, pilihan yang ada adalah menjadi pemangsa atau dimangsa. Dan kau sudah tau nasib seekor ikan teri akan berada dimana. Di meja makan. Mereka tak peduli aku sedang hamil.


Aku adalah pohon pinus yang tumbuh di dekat gunung. Dikehidupanku yg ada adalah tumbuh terus atau ditebang.
Nasib pilihanku adalah menjadi rumah para burung dan tupai atau menjadi kayu utk rumah manusia atau kayu bakar.


Aku adalah seekor anjing jalanan, Kehidupanku hanya dijalanan mengais makanan, sesekali diserempet motor, ditendang dan diusir. Kematian kerapkali dekat denganku. Pilihan nasibku antara hidup dan mati.


Aku adalah seorang gadis remaja, punya orang tua, punya rumah, punya kehidupan seperti orang biasa. Tapi itu dulu..

Kini aku adalah seorang gadis remaja yg tak punya siapa-siapa dan apapun. Hidup sendiri tanpa rumah dan tanpa sanak saudara. Bencana mengambil semua hartaku.


Aku makan ikan teri, tinggal dihutan memungut bunga pinus dan terkadang berebut makanan bersama seekor anjing.


Hari ini aku mendekati sebuah rumah penduduk, aku duduk agak jauh, (mengamati tepatnya) mencari kelengahan seorang ibu tua.

Dia sedang memasak dan aku menunggu dia selesai memasak dan mandi.

Cuman satu hal yg aku fikirkan waktu yg tepat untuk mencuri makanannya. Biarlah anjing, kucing dan tikus yg akan menjadi sasaran kemarahannya.

Ibu itu menyetel radio,begitu kencang tp aku tak mendengarkan lagu dan musik, seperti orang yg sedang berbicara terus.

Berbunyi seperti ini
" Terpujilah kau yang menyembahnya, tuhan akan memberkati kehidupan rumah tanggamu, memudahkan jalan rejekimu, memberkati keuanganmu"


Aku berfikir: jika aku menyembahnya apakah aku akan punya rumah dan punya uang?


Dimanakah dia sekarang? Aku ingin bertemu dan minta rumah dan uang.

Apakah tuhan benar-benar berfikir akan memberiku? Apakah tuhan juga mendengar permohonan si ikan teri yg sedang hamil agar tak masuk jaring dan jadi santapanku? Apakah juga mendengar keinginan si pohon pinus utk tak ditebang? Apakah juga melihat si anjing yg kelaparan?


Apa tuhan sempat memperhatikan hal-hal kecil seperti ini? Diantara sekian juta permohonan yg diajukan setiap hari?

Kurasa tuhan tak sempat memperhatikan urusan remeh temeh seperti ini.

Akupun mengendap masuk untuk mencuri makanan si ibu tua.
Dan tuhan tak melindungi makanan si ibu tua dari pencuri kecil sepertiku.

Terpujilah ibu tua yg lengah itu.

Ubud, 8 september 2009
O9.00
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Ego dan telur

Sebesar apa egomu?

Apakah sebesar telur angsa?
Atau seperti telur penyu?
Besar tapi lembek?

Atau mungkin sebesar telur ayam?,telur puyuh? Bahkan telur cicak?

Sebesar apapun egomu tetap namanya egois.

Psssttt....memangnya ego sama dengan telur?

Tentu tidak!

Tapi boleh saja kan aku menyebutnya ego sama dengan telur?.

Kalau sepakat, mari kita lanjutkan baca, jika tidak sepakat, bisakah diukur kembali egomu sudah sebesar telur apa?

Jangan-jangan sudah sebesar telur burung unta?

Tapi aku yakin telurmu tak sebesar telur burung unta, ( mustahil ah!)

Andai kau telah sepakat denganku bahwa ego sama dengan telur, tetap ada syaratnya.
Gampang kok.
Cuman satu pula.

"Maukah kau memecahkan ego yang kau punya?"

Ego apapun itu, dan sebesar apapun.

Maukah kau memecahkan?

Bukankah membawa ego kemana-mana susah?
Sama susahnya seperti membawa telur. Sangat rentan.

telur dan ego sama, jika dibiarkan terus akan membusuk.

Kita sudah ada di garis kesepakatan yang sama bukan?

Aku akan mulai berhitung,mari kita bersama-sama memecahkan ego.

1

2

3

Teplokkkkk ( omelet apa mata sapi?)

Ahh aku lega, ego tak lagi membelenguku dan membuatku merasa paling hebat. Aku hanya manusia biasa yg punya salah.


Nah bagaimana dengan egomu?
mau dipecahkan atau tidak?

semua adalah pilihanmu.

Sepakat dalam memandang hal yang sama bukan berarti harus melakukan hal yang sama kan?

Telur ditanganmu tergantung pada pilihanmu.

Memecahkan telur memang membutuhkan kerendahan hati.


D.purnami
3 september 2009
Muter-muter tersesat.
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Wednesday, August 26, 2009

Kursus menari

Ribut-ribut dan ribut terus.

Serumpun dan bertetangga.
Bahasa keluarganya seperti bersaudara.

Bagaiamana tidak bersitegang, seperti memperebutkan warisan.
Wajar terjadi disebuah keluarga.

Bagaimana tidak mirip jika bersaudara serumpun, tumbuh berkembang dari akar budaya yang sama.

Seperti dua orang saudara yg tumbuh, disaat dewasa mencari hidup sendiri menggunakan keahlian yg dipupuk dari masa lalu.

Dulu belajar buat sate bareng,
Bu mariam menganggap sate hal biasa, mak cik menganggap hal luar biasa jadilah dia mempatenkan.

Tari reog, pak mamat sibuk menarikannya, pak cik sibuk mempatenkan krn dianggap luar biasa.

Tari pendet,
Sedikit lucu, sebenarnya seberapa banyak sih saudara serumpun kita itu bisa menarikannya?

Beberapa minggu ke depan mungkin saudara-saudara serumpun kita itu akan berbondong-bondong ke bali kursus menari pendet.
Jadi seniman tari kita di bali akan kebanjiran siswa dari negeri jiran.

Atau jangan-jangan sudah ada beberapa seniman kita yang residensi di rumah tetangga kita untuk mengajarkan menari pendet.

Hmmmm
Bukankah begitu banyak seniman kita yg residensi di negara lain juga untuk mengajarkan menari dan menabuh. Bagaiamana jika satu persatu negara itu berfikir mengklaimnya?

Perluasan budaya yg luar biasa.
Pencapaian yg tinggi.

kalau bukan dengan saudara saling caci dengan siapa lagi?

Selamat membuka kursus menari.

Ubud, 25 agustus 2009
D.purnami

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Monday, August 24, 2009

Rindu ku berbincang tentang malam

Rindu ku berbincang tentang malam.

Tentang kelam malam,
Bintang,
Bulan
Derai daun
Angin dingin
Bahkan
Kabut tipis.


Tapi bagaimana hendak berbincang,
jika senja selalu datang memisahkan kita.
Bintang yg kita tatap bukan bintang yang sama.
Atau bulan yg nampak olehku sabit, nampak sempurna olehmu.


Kita tak pernah bisa sepakat tentang malam.
Walau rindu berbincang akan malan kian tak terperi

Pada malamku,
kau menatap langit yang benderang, dan matahari yang bersahaja.

Pada malamku yg berkabut tipis, kau memiliki hangat udara.
Malam kita terbelah oleh waktu yg tak sama.

Bagaimana aku hendak berbincang tentang malam.

Jika, malamku adalah rinduku pada sebuah waktu yg pernah aku lewati bersamamu sekali pada waktu yg sama.


24 agustus 2009
D.purnami
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Saturday, August 22, 2009

Bermimpi tentang ruh tua

Malam tadi,


Aku bermimpi,
bukan mimpi seperti biasanya tentang orang yg disayangi atau hal yg aku inginkan.


Bukan,
bukan tentang hal yang sesederhana itu.


Aku bermimpi,
Tentang ruh ruh tua yg sebagian aku kenali, sebagian lagi tidak.

Hanya ruh tua yg masih dalam dua tingkat keturunan yg kuhafal.


Seperti menonton rekaman film lama yg usang,
Gambar hitam putih, kabur dan menekan perasaan akan masa lalu yg hilang.


Aku bermimpi,
Ruh ruh tua yg mengajaku memasuki dunia mereka,
seolah aku sepatutnya bagaian dari mereka.

Memaksaku memasuki masa lalu mereka yg sejatinya tak ingin ku ketahui.


Mereka bersuka cita menyambutku,
merangkulku,
melibatkanku,
dan memperlakukanku sebagai ruh tua.


Aku terhenyak dengan semua damai namun sangat terasa asing.

Wahai para ruh tua,
Aku tak ingin bersama kalian,
Di sebuah dunia tempat kalian bersemayam.

Aku ingin kembali ke duniaku, melakukan hal yg sepatutnya kulakukan sebagai manusia.


Engkau para ruh tua,
Terima kasih untuk rasa damai dan tenang yg menghanyutkanku.

Terima kasih telah menjemputku, tapi aku tak ingin pergi bersama kalian.


Aku tak yakin kalian masih punya rasa cinta dan keterikatan.

Yang kuyakin kalian telah memotong tali ikatan yg membelitmu dulu seperti benalu.


Aku bukan ruh tua,
aku masih memelihara benalu itu dan membiarkannya tumbuh berkembang ditubuhku.

Belum waktunya aku lepas dari ikatan ini.


Ruh ruh tua mengantarku hingga gerbang besi berkarat.

Aku memandang dalam mata seorang ruh tua.
Aku merasakan getaran cinta yg dalam dari sorot matanya, apakah ruh itu belum terlalu tua sehingga masih memiliki bekas ikatan benalu di jiwanya.


Ah,
ruh tua terakhir di gerbang besi tua.
Jemputlah aku di lain waktu,
aku akan ikut bersamamu, menjalin ikatan yang lain.


Aku terbangun pada sebuah subuh yg dingin bersama cinta seorang ruh tua.


Ubud,19 agustus 2009 subuh.
D.purnami

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Wednesday, August 19, 2009

Tante : versi lain dulu lain sekarang

Hari ini tante kaget sekali, bukan ulang tahunnya, tapi ada seikat bunga dan sekotak coklat di kamar.


Pasti Om yg mengirimnya.
Hati tante berbunga.


Hari ini juga bukan malam minggu, tapi ada sms romantis yg berakhir pada sebuah ajakan dinner.


Tante makin sumringah.


Kerapkali ada kejutan kecil di saat bukan hari spesial


Hati tante sering dibuat melayang .

Dia lelaki memang baik hati.


Walau bukan supir pribadi, dia tetap mengantar dan menjemputnya pulang kerja.

Begitulah cara Om mengejar tante untuk memikat hatinya dengan selalu berusaha ada di didekatnya.
__________

Tapi itu dulu, cerita lalu, sewaktu tante masih gadis.


Tapi kini lain cerita,


Om sering lupa ulang tahun tante, juga lupa kalau malam minggu adalah jatahnya.

Kerjapun kini tak diantar jemput, melainkan diberi 1 mobil dan menyetir sendiri.

Semua berubah karena tante sudah dinikahinya walaupun siri.

Tak lagi Om ingin selalu di dekatnya, melainkan selalu mencari waktu untuk menghindar.


Ah, hati tante nelangsa.
Lain dulu lain sekarang.


Ubud, 19 agustus 2009
07.30
D.purnami
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tuesday, August 4, 2009

Guru

Wanita paruh baya itu duduk di bawah pohon rindang, di bangku-bangku kantin sambil menunggu makan siangnya.

Wajahnya nampak lelah, kerut- kerut telah menghiasi sudut mata, bibir serta dahinya.

Murid-muridnya bermain berteriak hiruk pikuk membuat panas suasana.

Dia memakai setelan coklat, yg mirip warna kulitnya. Rambut nya memutih.

32 tahun dia telah menjabat menjadi guru. Menjalankan tugas untuk mendidik muridnya.

"Mengajar murid kelas 1 kadang lucu, mereka kadang masih harus ditemani orang tuanya. Seringkali menangis dikelas, pipis dicelana bahkan berak

Tahun 1977 saya diangkat jadi guru, gaji saya waktu itu cuman RP 1.080 (seribu delapan puluh rupiah) dan itupun di bayar rapel 3 tahun. Sekarang gaji saya 2 juta rupiah.

Dapat tunjangan beras 10 kilo, itupun beras yg sudah busuk, rasanya ayampun malas untuk memakan.

Tapi saya bangga, anak-anak saya semua sarjana, tumbuh sehat walau makan beras yg tak enak. Mereka sudah menjadi manajer, gajinya 10 kali lipat gaji saya.

Tapi saya masih senang melakoni pekerjaan saya menjadi guru, mengajarkan murid mengenal huruf dan angka. Mungkin ada dulu salah seorang murid saya yg saya ceboki, kini telah menjadi pejabat.

Ya saya hanya seorang guru."

Bel kelaspun berdering, dia bergegas mengajak murid-murid
Masuk kelas.

Dedicated untuk ibu saya.
Thanks bu untuk semuanya.

Rumah kecilku, 4 agustus 12.30
D.purnami


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Terima kasih ; kau besuk aku.

Terima kasih,

Kau telah datang membesukku malam ini.
Walau kurasa waktunya terlalu malam bagiku, dini hari tepatnya.


Tak ada penjaga yg melarangmu masuk, tak ada aturan jam besuk yg harus Kau ikuti.

Semua adalah waktumu.

Kau tak membawa buah, bunga atau kue kering untukku.

Yang kau bawa adalah senyum. Obat yg kurindu selama ini.
Obat yang seketika menyembuhkanku dibandingkan semua obat penahan sakit, antibiotik yg telah diberikan dokter.


Malam ini kita berbincang. Mungkin tepatnya kau akan mendengarkan saja, karena curhatku akan sangat panjang.

Ah, sepanjang apapun itu waktu kita begitu banyak.
Bisa saja aku yang akan tertidur dalam curhatku.
Bahkan saat aku terlelap pun kuyakin kau kan tetap menjagaku.
Tetap dengan senyum dan kehangatanmu.


Ah, dari mana kumulai,
semua berlomba muncul dikepalaku untuk berebut diperbincangkan.

Walau kutahu waktumu tersedia banyak untukku sebanyak yang kumau.

Untuk kau yg begitu sayang padaku,

Aku sadar, aku telah berlari begitu jauh darimu, menampikanmu, bahkan menyangkalmu.

Aku juga telah merusak semua yang kau beri.

Aku buatmu kesal,
agar kau menamparku,
agar kau membeciku.

Tapi tidak,
kau tetap merangkulku,
merangkai kembali semua yg telah kurusak.

Kau tetap tersenyum untukku.


Saat aku terbaring tak berdaya seperti ini,
Kau tetap datang membesukku walau larut sekali.
Antara aku sadar dan tidak.

Kau maafkan aku seperti tak terjadi apapun,
kau ajak aku berbincang begitu lama sehingga tak sadar akan waktu yg sudah pagi.

Bulir- bulir air mataku jatuh membasahi jiwaku yg telah lama kering.
Kau masih mendengarkanku dengan senyum yg bersahaja dan hangat.


Tak ada sedikitpun nampak raut kemarahan, kekecewaan, dan kekesalan.

Mungkin karena kau tak punya semua rasa itu.

Yang kau punya hanya rasa sayang dan maaf.


Malam ini,
Pada kakimu aku memohon maaf
Atas semua keangkuhanku.
Atas semua perkosa terhadap tubuh ini.
Atas semua lalai yg kubuat.


Aku telah lama tak berani pejamkan mata karena ketakutanku untuk tak bisa terbangun esok hari.

Malam ini kau temaniku,
akupun berani terlelap, karena kuyakin esok aku akan terbangun dan menyapa mataharimu.

Jikapun aku tak bangun, setidaknya aku berani memejamkan mata dengan tenang dan ditemani olehmu.


Terima kasih,

Kau luangkan waktu tuk besuk aku yg tiada arti ini.
Untuk jadikanku orang yang spesial.
Untuk tunjukkan kau begitu sayang dan cinta padaku.

Terima kasih untuk semua yang telah kau beri untuku.


Ubud, 4 agustus 02.30 am
D.purnami


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Friday, July 31, 2009

Cinta sebatas obrolan

Mas, seperti apa nanti design rumah kita?
Kamu mau yg bagaimana sayang?
aku ingin rumah yg minimalis saja. Hanya ada 1 bangunan saja dengan halaman yg luas”
akan kuciptakan istana itu untukmu sayang


Mas, cincin kawinnya kita mau yang berbahan emas putih apa emas kuning?
kamu sukanya emas apa?
Aku suka emas putih dengan dua butir berlian, perlambang dua insan yg terikat mas.
Baiklah kita akan pesan sesuai design yang kamu inginkan.


Hmmm, nanti pas acara penikahan kita, mau pakai baju warna apa?
Putih saja sayang.
Ya aku juga suka putih, biar bisa kupesan kebayanya.
juga menandakan sucinya cinta kita.


Aku ingin nanti bulan madu ke bunaken.
Ke Bali saja sayang.
Pokoknya Bunaken!
Bali !


Mas, nanti untuk nikahnya kita pakai adat jawa kan? Aku kan keturuan jawa.
Tidak kita pakai adat Minang saja. Acaranya juga akan dirumah.
Mas, orang tuaku akan kecewa kalau tidak pakai adat jawa.
Orang tuaku juga akan kecewa kalau aku tak pakai adat minang.


Mas, nanti setelah nikah kita akan langsung pindah rumah kan? Tidak tinggal bersama orang tua kan?
Kita tinggal dirumah sayang, aku anak tunggal, ibuku sudah tua. Siapa lagi yang menjaga mereka selain aku.
Aku tidak mau tinggal dengan mertua mas.
Tidak! kita akan tetap tinggal dirumah orangtuaku.


Mas, sepertinya aku tak sanggup menjadi istrimu.
Aku juga tak mampu penuhi segala inginmu.



Ubud, 31 Juli 2009 at 3.30 pm
D.purnami

Thursday, July 30, 2009

Cupli's tuna sandwich dan Dompo's bami goreng

Cuplis dan Dompo adalah teman. Kecilku dulu. Pertumbuhan mental mereka lebih lambat dari kami.


Cuplis dan Dompo sering menjadi bahan ejekan dan olok-olok teman mainku.


Entah kenapa teman-temanku juga memiliki kecenderungan memusuhiku.


Aku memang tak pandai main congklak, atau aku selalu kalah main bola bekel, apalagi lompat tali merdeka.


Karena itu mereka tak suka mengajaku. Sama seperti mereka tak suka mengajak Cuplis dan Dompo. Jadi kami sering menghabiskan waktu bersama.


Dompo pintar sekali membuat sajen dan mengemong bayi. Sayang padaku, jika aku sedikit nakal diapun tak enggan mencubitku.


Sedangkan Cuplis suka main gamelan musik, ramah dan suka mengobrol memakai bahasa isyarat denganku, walau yg kupahami hanya sebatas mau makan, mau minum, dan membuat ikatan gelang karet.


Tempo hari, aku berkunjung ke sebuah organisasi nirlaba yg fokus terhadap anak-anak yg cacat mental. Aku menemukan foto Cuplis di gantung di warung makan NGO itu dengan senyum yg sumringah sambil memegang mixer kue. Posenya layaknya koki hebat pada sebuah restaurant.


Aku terharu sekali melihatnya, dia kini mendapat tempat yang pantas, dihargai sebagai selayaknya manusia normal seutuhnya. Diapun menjadi biasa seperti kita.

Mataku semakin berbinar haru saat melihat menu makanan yg menampilkan;

"Cupli's tuna sandwich
Dompo's bami goreng"


Ah sahabat kecilku menyenangkan rasanya!

Sjaki-Tari-Us, 3 pm
29 Juli 2009

D.purnami




Powered by Telkomsel BlackBerry®

Wednesday, July 29, 2009

22:11 Angka kembar

22:11

Adalah angka yg terakhir kuingat.


Paru-paruku seperti tak bisa kuajak bekerja sama.


Pompa saja jantungku!
Buatkan aku kejutan.
Biar aku terbangun dan terhenyak kembali.
Menatap jalang dunia ini.



Angka 22:11

seperti tak berganti,
Tak menambah detikpun
Diam, tak ada suara tik tik tik
waktu menjadi vakum.


Tak usah seret tabung oksigen itu!
Tampar saja aku, siapa tahu aku terbangun dan menggeliat.


Kalau tak berani menamparku atau memompa jantungku,
Menyingkirlah kalian dari tubuhku, karena hanya buat aku makin sesak saja.
Semua oksigen yg harus kuhirup habis oleh kalian yg semua berlubang hidung besar.


Arghhh!!!!!
jangan jejalkan selang itu ke hidungku, hanya udara kecil yg keluar, seperti udara yg ditiup dari pipet kecil. Tak membantu!


Aku butuh banyak oksigen!
Mungkin seperti angin yg keluar dari kompresor untuk mengisi ban mobil.


Ayo tampar aku biar aku bangun, jangan malah menangis.


Ah kalian memang bodoh!
Air mata tak akan menolongku.
Lihat kakiku sudah dingin,
Lututku bergetar.

Waduh,
Kenapa kalian malah panik.

Hey hey hey....
Cepat genggam tanganku yg mulai beku.
Beri aku hangat.


Tolol !
Semua tolol.


Nafasku sudah tersendat bodoh!
Tenggorokanku sudah tercekat.


Ah sudahlah,
Kalian tak bisa kuharapkan.


Lidahku sudah kelu tak bisa lagi aku bicara pada kalian.


Aduhhh kalian malah menambah dingin badanku dengan jatuhan air mata.


Hey..
Mataku sudah berkunang dan semua berputar, mulai tampak gelap.


Aduhhhh !!!!!!
Sakit sekali ada yang mau keluar dan menembus dadaku.


Aghhhhh tolong pegang tanganku.


Dia keluar!


Tit.. Tit.. Tit.. Tiiiiiiiiiiiiiiiiitttttttttt


22:11

Angka itu kembar.


Ubud,22:11 malam
29 Juli 2009
Di tempat tidurku

D.purnami
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Pohon di seberang jendela

Siang ini aku duduk di jendela kantorku memandang bukit yg terhampar luas.


Kami mengenali pohon demi pohon yg ada.


Pohon cinta.

Pohon yg telah memberi teduh terhadap sekian banyak pasangan yg sedang di mabuk asmara.
Entah sudah berapa kata cinta dan sayang yg terekam di bawah pohon itu.
Pohon yang tumbuh rindang oleh pupuk yg bernama cinta.


Seperti cinta, kadang manis kadang pahit, pohon itupun mengikuti musim, berwarna hijau dan berganti merah saat semi kemudian gugur.


Tak hanya pohon, ilalangpun tumbuh rimbun dan tinggi, menari gemulai di tiup angin.
-----


Ilalang gairah.

Di dalam semak diantara ilalang yg bergoyang, sekian banyak pasangan telah menumpahkan gairahnya.


Bibir yg saling memagut, pelukan yg bukan lagi hangat tapi panas, bra yg terjatuh lunglai, dan kancing celana yg tak lagi berfungsi.


Diantara Ilalang mereka menumpahkan gairah.
---------


Pohon pre wedding.


Pohon ini kerapkali di jadikan sandaran oleh para calon pengantin.


Sekian harapan tentang masa depan bahagia calon pengantin terekam di pohon ini, tak hanya dari balik lensa kamera.


Sekian banyak photo pre wedding yg sudah berlatar pohon ini ug dipenuhi senyum penuh harapan.

---------


Pohon berpenghuni.


Pohon yg jarang disentuh oleh manusia karena dengan radius sekian meter telah memberi aura magis.


Pohon berpenghuni tak perlu memasang tulisan jangan mendekat, tanpa itupun manusia tak berani mendekat.


Hanya makhluk halus yg tak nampak oleh kasat mata menjadikannya istana.

--------

Begitulah aku memandang sekian banyal pohon dari jendela kantorku.


3 pm dengan secangkir kopi.
Ubud,29 Juli 2009
D.purnami
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tuesday, July 28, 2009

Bintang jatuh

Bintang yang jatuh,

Dulu,
aku pernah melihatmu jatuh, sewaktu aku masih berkepang dua.


Malam itu,
Aku bersama teman-teman melihatmu jatuh.

Berteriaklah kami.


"Iihaattttt bintang jatuh !!!!!'


Seketika kami berhenti berjalan, walau anjing menatap kami curiga.


'Psssttt kita meminta kepada bintang jatuh. 3 permintaan!'


Aku orang yg terakhir meminta padamu diantara 2 temanku.


Aku ingat waktu itu aku tak tahu apa yg harus kuminta.


Bukan pacar ganteng seperti yg diminta temanku, ataupun sepeda motor.


Aku diam cukup lama, bukan memikirkan hal serius yg berharga dan sepatunya harus dikabulkan.


Aku mengingatnya,
saat itu aku meminta hal yg konyol.


Dengan cemas aku meminta


' Beri aku keberanian'


Dan itupun kuulang 3 kali. Aku merasa sangat tidak kreatif, bukan meminta 3 hal yg berbeda.


Keberanian yg kuminta,
dan kuminta 3 kali. Bukan karena aku ingin menjadi si pemberani pembela kebenaran.
Tidak itu yg kumaksud.
Sangat sederhana,


Aku ingin berani pulang sendiri di gelap malam waktu itu.
karena aku takut harus berjalan kaki pulang sendiri, dan waktu saat itu sudah cukup malam bagi orang seusiaku. Sementara 2 temanku sudah mendekati rumahnya yg tinggal beberapa meter lagi.

Sejak malam itu aku merasa memang menjadi pemberani.

_________


Bintang jatuh,


Akupun pernah melihatmu jatuh lagi untuk ke dua kalinya.


Waktu itu aku sudah menginjak remaja. Akupun menyaksikanmu jatuh bersama kekasih hatiku.


Lagi dan lagi aku berseru girang


' Heyyyy ada Bintang jatuhhhhhhhh !!!!'


Seruku kepada kekasih hatiku.


' Ayo cepat kita make a wish,
Katanya akan dikabulkan'


Kembali aku terdiam dan tak tahu apa yg harus kuminta.


Aku pun berujar kepada kekasih hatiku.


' Hmmm aku tak ada permintaan apapun kali ini, aku sudah cukup senang menyaksikan dia jatuh saat sedang bersamamu, aku berikan 3 hak permintaanku ini untukmu, silahkan gunakan, dan kamu saja yg membuat permintaan'


Akupun memandang kekasih hati ,memejamkan mata sembari menggenggam tangannya tanpa meminta apapun.


Aku tak tau apa yg kekasih hatiku pinta, tp aku yakin apa yg kami jalani saat ini adalah salah satu permintaannya kepada bintang jatuh saat itu.


Kami hidup bersama.

__________


Bintang jatuh,

Ini kali ketiga aku melihatmu jatuh dari sisi jendelaku. Petang yg hangat.


Kau melintasi purnama, jatuh membentuk segaris cahaya yg begitu cepat.


Aku tertegun.


Aku memejamkan mata, aku memiliki lebih dari 3 permintaan saat ini.
Terlalu banyak hal yg kuinginkan.


Tapi aku tak tahu mana yg seharusnya kuminta.


Kembali aku terdiam.


Aku menghela nafas,


Dan hanya meminta satu hal saja padamu saat itu.


Bintang jatuh,


Aku meminta

' Kabulkanlah setiap permintaan orang yg melihatmu jatuh malam ini'

_________


Bintang jatuh,


Kapan kau jatuh lagi?
Kini aku menunggumu,
Aku mempunyai 3 permintaan lagi.


Ubud, 26 Juli 2009
Ditepi jendela.
D.purnami

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tante; versi pilih mana ya?

Badan tante pegal seluruhnya, lelah sepulang kerja, tapi hari ini sabtu.
Hari yg dianggap spesial olehnya.


Biasanya tante mendapat jatah tidur bersama suaminya tiap sabtu malam.
Maklum tante adalah istri ke dua.


Tante bimbang,
Apakah dia mau pakai minyak urut untuk menghilangkan pegal-pegal badannya atau pakai minyak wangi untuk menyenangkan suami.


Tante tambah bingung memilih pakaian,
Apakah keluar pakai celana jeans atau atau rok mini seksi yg memperlihatkan tungkainya.


Tante pun sibuk menyiapkan pakain tidur spesial,
Hmmmm lingerie yg seksi berwarna hitam atau merah dengan renda.


Jam sudah menunjukkan pukul 8, perut tante sudah lapar.
Demi suami, tante tak jadi memakai minyak urut yg pasti menghangatkan badannya, malah luluran yg membuat porinya terbuka.
Alhasil tante masuk angin.


Tante duduk di sofa dengan rok mini seksi dan wangi tubuh yg semerbak
Menunggu suami datang menjemputnya untuk keluar makan malam.


Bel rumah berbunyi,
Tante berlari dengan sumringah karena tahu pasti siapa yg datang, lelaki yg akan membuainya malam ini.


Tante terkejut melihat lelaki muda berbaju merah menyerahkan sekotak makanan.

'Malam bu, Ini pesanan makanannya, sudah dibayarkan'.


Tante menerima dengan ragu, sembari membuka inbox smsnya.

" Maaf sayang, aku tak bisa tidur dirumahmu malam ini, aku harus membawa kakak madumu ke dokter, nampaknya dia hamil lagi. Selamat makan sayang'


Ubud, 25 juli 2009
D.purnami
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Monday, July 27, 2009

Status; janda dengan 2 anak

' Sudahlah mas, aku sudah tak kuat lagi menghadapimu'

( Lelaki itu diam dan tetap membenahi tali pancingnya)

' Anak kita sudah 15 tahun, selama itu kamu tidak pernah memberi nafkah sama keluarga, aku sudah lelah mas'

(Lelaki itu kini menyulut rokoknya)

' Rumah ini mau kujual mas, kamu harus menanda tangani surat-surat ini. Aku berhak atas rumah ini, karena dulu aku yg membelinya, dengan jerih payahku.'

( Lelaki itu membuka dompetnya yg lusuh, sangat gampang menemukan KTP nya krn tak ada lembaran uang yg menghalangi)

' Anak-anak akan aku bawa tinggal dirumah ibu, aku akan pindahkan barang besok. Pembeli rumah ini akan datang lusa untuk pembayarannya'

(Lelaki itu memasukkan pancingnya ke ransel beserta beberapa lembar pakaian)

'Mas, terima kasih telah menanda tangani surat cerainya'

( Lelaki itu sudah menghilang di balik gerbang berjalan kaki menuju gang)

Klandis - ubud
D purnami.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sunday, July 26, 2009

Koma (---- , ----)

Tomi baru saja lulus smp, saat ini sedang mencari sekolah menengah umum.
Dia tak lulus di sekolah yg di idamkan.
Bapaknya pun sangat marah terhadapnya.


Tomi sedang makan mie sendiri, sejak tak lulus disekolah idamannya dia agak pendiam.


Masih makan mie,Bapaknya datang menghampiri, sembari memarahi Tomi.


Mie Tomi sudah habis dipiring, bapaknya masih tetap marah.


Tomi beranjak dari meja makan dan tak selang berapa menit, dia pingsan.


Tomi tak sadarkan diri, hingga di larikan ke rumah sakit, dokter bilang pembuluh darah otaknya pecah.


Tomi koma sudah 2 minggu lebih.


Bapak menangis terus.


----------- ,

Jika Tomi sadar aku ingin menemuinya dan bertanya

' Dik, bagaimana caranya agar bisa koma?'


Ubud, 26 Juli 2009
D.purnami
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Dialog suami istri # 1

' Makan buburnya sayang'

'Aku tidak mau! '


' Ayolah paksakan dikit, biar ada isi perutmu'


' Ah malas, nanti palingan muntah lagi'


' Came on, kasihan bayi nya, kalau kamu tak makan, dia dapat gizi dari mana?'


'Kenapa kamu peduli sekali?'


' Karena aku sayang dengan kalian'


' Arghh, bayi ini bukan anakmu! Dia bukan berasal dari darah dan dagingmu, dia anak lelaki lain yg kucinta! '


' Ya, walopun bukan buah karyaku, tapi kamu adalah istriku.
Dan bayi itu akan kubesarkan layaknya anakku, walopun lelaki yg kamu cinta sekarang menghilang entah kemana.
Aku mencintaimu melebihi siapapun di dunia ini, sayang'

' ( Istri: hanya terus menangis sembari muntah)

Ubud, 26 Juli 2009
D.purnami
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Ruwatan

'Nak, Kata lontar yg dibacakan pendeta,kelahiranmu tepat pada hari yg tak baik.'


' Hah?! Siapa yg menentukan hari itu baik dan tidak?
Bu, bagiku hari kelahirankulah yg terbaik. Kalo tak baik, buat apa aku merayakannya tiap kali hari itu datang?'


' Harimu itu dipengaruhi oleh banyak hal yg bersifat negatif. Dijabarkannya pada lontar itu sifatmu keras kepala, tak bisa diatur, mau menang sendiri.
Hidupmu juga akan sengsara, sial, dan sering kena bencana.
Yg ibu takutkan adalah kamupun akan sering sakit-sakitan.'


Aduh bu, kenapa tak ada hal baik satupun yg dikatakan lontar itu tentangku?
Gini bu, jika kepalaku tak keras dan lembek seperti kue moci, mungkin aku tak akan berdiri seperti sekarang ini dan tegar memeluk ibu.

Jika aku penurut akupun sudah pasti tak jadi seniman yg ibu tentang sejak kecil, mungkin aku sudah jadi pegawai.
Atau jika aku tak mau menang sendiri, aku mungkin sudah menjadi pecundang kalah yg tau bagaimana harus menjadi manusia yg minimal berguna bagi ibu'


'Arghhh Tapi nak, hidupmu akan sial dan kena bencana terus'


' Loh?! Ingat bu, bukankah sengsara, bencana dan kesialan sudah menjadi kawan baiku selama ini, aku tak menganggap itu hal buruk yg menimpa diriku, tapi hal yg selalu menguatkanku menghadapi hari ini'


' Ibu semakin takut jika kamu tak diruwat kamu akan sakit-sakitan nak, ibu cuma punya kamu sekarang, ibu ga mau kehilangan kamu'


'Bu, manusia itu ditakdirkan untuk lahir, tumbuh hidup, sakit dan mati'
Sakit bukan urusan lontar bu, tapi sakit karena tak mampu menjaga tubuh agar sehat.
Wajarlah kalau sakit jika pola hidupku kacau seperti ini, aku ngopi banyak, ngerokok, dan minum akohol.
A ku yg membuat diriku sakit bu, bukan hari lahirku'


'Ibu tak mau tau, pokoknya kamu harus diruwat'


'Berapa biayanya ruwatan itu bu?'


' Kata pendetanya 3 juta nak'


' Ah ibu, uang dari mana sebesar itu?,
Kini aku tau kenapa aku akan sial, sakit dan sengsara bu.
Aku mulai pusing mencari uang sebanyak itu hanya untuk ruwatan'


Ubud, 26 juli 2009
D.purnami


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Saturday, July 25, 2009

Biar sama!

'Pak, giwang mana yg sebaiknya aku pakai ke acara resepsi mantanmu? '

'Pakai yg sederhana sajalah buk, yg menikah kan bukan kamu, nanti kalau giwangmu lebih besar dari pengantinnya, malah bawa petaka bagiku.'

'Loh, aku kan ingin menunjukkan diriku lebih dari mantanmu pak.'
------------

'Pak, aku pakai minyak wangi yg mana?'

'Pakai saja kenanga.'

'Heh?! Memang aku mau ke kuburan pakai kenanga.'

'ya kalau pakai melati, dikira kau pengantinnya lagi.'

'Ya, aku kan juga ingin harum seperti pengantinnya.'
-------

'Pak, rambutku disasak dan digelung lebih bagus kan? Perlu kutambahi hiasan bunga?'

'Jangan terlalu tinggi sasaknya bu, nanti mempelai wanitanya tak kelihatan.'

'Biar sajalah pak, biar sama tinggiku dengannya.'

'Buk, aku sudah menikahimu, apa ibu mau aku menikahi mantanku lagi agar sama?'

Ubud, 25 juli
D.purnami
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Aku tak punya bapak.

Aku tak punya bapak.

Aku juga,
Aku juga tak punya,
Aku sama seperti kalian akupun tak punya.

Bapaku meninggal karena sakit.

Kalau bapakku karena ditabrak orang.
Sedangkan bapakku pergi begitu saja meninggalkan aku dan ibuku- lenyap menghilang tak bertanggung jawab.
Hmmm kalau aku bapakku lenyap tak bersisa, mayatnyapun tak ditemukan. Sempurna hilangnya.

Ubud, 25 juli 2009
D.purnami
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Friday, July 24, 2009

Monyet !

Saat ini kita akan membahas versi monyet.

Setiap kita berkelakuan lucu, memalukan, atau saat apes di olok-olok oleh teman, kerapkali kita diidentikkan dengan monyet.

Tapi bagaiamanapun setiap orang memandang monyet. Tetap kita merasa tak nyaman disebutnya monyet.

Sebegitu tebalkah sekat derajat kita dengan monyet?

Haruskah kita memaksa diri untuk nampak lebih anggun atau tampan dan beradab demi tak disebutnya monyet?

Panggil saja aku monyet. Aku tak malu untuk tampak tak beradab.

d. purnami
25 Juli 2009

Tuesday, July 21, 2009

Anjing!

Anjing! Sialan ! Bangsat!

Kenapa Anjing selalu diidentikkan dengan umpatan kasar? Ketika orang marah selalu memakai kata Anjing sebagai pelampiasan kekesalan terhadap orang yg diumpat. Padahal Anjing itu tidak pernah kasar terhadap manusia, anjingpun tak pernah mengumpat saat marah, palingan cuman menggeram, tak ada kata yg keluar dari mulut anjing yg selalu dianggap kasar misalnya “ dasar Manusia!, Sialan !. pernahkah kita dengar? ( kalo kalian pernah dengar, saranku larilah sekencang mungkin, ketempat ramai, itu pasti siluman anjing setengah manusia)

Jadi siapa yang sebenarnya kasar? Manusia apa anjing?

Selamat datang di dunia anjing.
Yang tak lagi makan tai
Yang sebenarnya tak suka makan tulang.
Anjing suka makan daging, bukan tulang, tapi manusia juga suka makan daging, jadi?
Lagi-lagi anjing mengalah untuk makan tulang saja.
Jadi siapa yg mau memang sendiri?

Anjing selalu tidur kedinginan diluar menjaga tuannya, menggonggongi manusia yg dicurigai seperti arahan tuannya.
Apakah tuannya pun tak patut dicurigai?

Anjing sebenernya tak patut bermusuhan dengan manusia,
Anjing kamu cukup bermusuhan dengan teman anjingmu saja!
Atau kucing tetangga yg sering menggeliat di depanmu .

d.purnami
Ubud, 19 Juli 2009

Tuesday, April 21, 2009

Status of Symbol

Jika kamu seorang manager di sebuah perusahaan, atau kamu menduduki jabatan yg cukup tinggi dan berpengaruh diperusahaanmu. Bagaimana kira- kira penampilanmu?

Apakah kamu akan mencari segala sesuatu yg mendukung dirimu untuk menunjang statusmu? Atau kamu akan tetap tampil sederhana?

Seorang teman pernah memberiku hadiah Bolpoint Parker.
“ Kamu seorang manager, hargai dirimu. Biar kalo tanda tangan MOU ga pake bolpoint murahan atau parahnya minjem kekolegamu” ( seperti yg sering kulakukan)

Tak pernah terpikirkan olehku sebelumnya bahwa semakin tinggi jabatan ada sedikit tuntuan yg tidak penting untuk mendukung statusmu.

Mungkin seorang manager memang perlu memperhatikan statusnya; perlu mobil agar tak kepanasan dijalan apalagi sampai berkeringat dan bau terik matahari ketika rapat, pakai telp selular terkini yg terkategori smartphone:Blackberry, Iphone ato PDA untuk diletakkan diatas meja saat rapat. Tak hanya handphonenya saja yg diperhatikan providernya juga perlu, langgangan yag pasca bayar, karena tak lucu saat harus menelfon kolega pulsa habis, ga mau malu kan? Dan saat presentasi laptop Apple yg putih dan tipis yg nampak elegant akan menarik perhatian. Tak hanya itu, di sela kekosongan waktu selain bermain dengan smartphonemu untuk mengatur jadwal dan mengganti status Facebookmu, juga perlu mengeluarkan Ipod untuk sekedar mendengarkan lagu favoritmu.

Terus bagaiaman dengan pakaian, tas dan sepatu? Nampaknya merek memang memegang peranan, setelan blazer dari Gucci, Vercasse, Louis Vuiton, akan cantik sekali, tapi apakah mampu di gapai dengan gaji seorang manager? Hahahah..
yah minimal crocslah untuk dandanan santaimu.

Selain itu, parfum dan kosmetik merupakan pendukung juga, merek The Body shop pilihan yg tepat untuk menunjukkan dirimu bahwa kamu wanita yg mencintai bahan alami dan sepakat dengan perjuangan Dame Anita Roddick.

Tak lupa tentang rambut jgn dibiarkan memutih atau malah menguning bekas cat rambut yg lawas biarkan Loreal Profesional menjadi temanmu.

Untuk menghindari matamu dari sinar matahari sunglases Oakley terbaru akan cantik menjadi temanmu, apalagi khusus seri yg menyumbang untuk kanker atau HIV Aids akan lebih menunjang statusmu sebagai orang yg peka tehadap isu sosial.

Jadi mencantumkan status sebagai seorang manager dalam kartu namamu bukan hal yg sederhana. Tapi tetep bisa disederhanakan dengan berbagai pertimbangan lain.

Begitulah sebuah status memposisian dirimu dan menguras isi kantongmu untuk sebuah simbol.

Ubud,
21 April 2009, 16.30

Hari Kartini

Apakah hari kartini sekarang diperingati hanya dengan berkebaya? Sebagai simbol sebuah keperempuanan?
Apakah Kartini hanya identik dengan pejuang wanita yg tangguh dan berani memperjuangkan hak kaumnya?
Kini di kalender sudah pasti tercetak tanggal 21 April sebagai hari Kartini yg terus akan diperingati. Karena tidak mungkin akan meloncati tanggalan tersebut.
Aku tak berkebaya, akupun tak berjuang, tak pula memperingati. Karena kau bukan Kartini
Tapi aku perempuan. ( hanya itu yg kuingat)
Para aktivis perempuan berjuang untuk hak perempuan, kebebasan perempuan serta kesetaraan gender. ( Pejuang Kartini garis depan jika boleh disebut)
Banyak sekali para Kartini yg berada di garis depan untuk memperjuangkan kaumnya. Namun jauh lebih banyak para Kartini yg berada di garis belakang: menikmati menjadi ratu, tinggal dirumah mewah, memiliki pembantu banyak, bangun siang, aktivitasnya ; shoping, ke salon, arisan, ngerumpi sembari memamerkan kekayaan - ( Kartini yg berada di garis belakang,- lagi lagi jika boleh disebut seperti itu)
Adakah yg salah antara kartini tersebut? – Kartini pejuang garis depan dan Kartini pejuang garis belakang?
Tak ada yang salah, semua itu pilihan. Memilih posisi mau berada di depan atau di belakang. Toh keduanya adalah perempuan yang sama-sama memegang posisi, yg secara mendasar juga diikutkan dalam perjuangan kaum perempuan.
Tak ada parameter untuk mengukur, semua sah-sah saja. Semua alasan bisa diterima.
Habis Gelap Terbitlah Terang – Kartini pejuang garis depan selalu mematri itu dalam benaknya untuk selalu membawa terang bagi kaumnya. Tiada mimpi yg jadi kenyataan tanpa kerja keras dapat diartikan seperti itu.
Namun Kartini yg lain tak perlu bersusah payah melewati gelap untuk menyongsong terang, tinggal tidur dan mimpipun jadi nyata.
Kemudian apakah ada yang salah?

Tetap tidak ada yg salah. Semua itu pilihan, mau bekerja keras atau tinggal tidur- tetep sama; mimpi itu akan tetap jadi kenyataan yg sama. Mereka sama-sama perempuan dan sama-sama Kartini.

Selain kaum perempuan sendiri yg menghianati ke Kartinian ini, adakah pihak lain yg mempengaruhi terciptanya Kartini jenis baru ini?

Tetap tidak menyalahkan siapapun,
Cuman tersenyum,
Teringat kenyataan lain bahwa; Kaum lelaki sangat menikmati menciptakan para Kartini baru tersebut.

Semua itu pilihan, tiada yg salah, semua berbahagia pada porsinya masing-masing.

Ubud,
21 April 2009. Pk. 15.00 wita

Wednesday, February 11, 2009

setahun

Setahun sudah berlalu
Tak sekepingpun ingatan tentang lelaki itu pudar.
Dia masih tetap hidup dalam ingatanku

Lelaki yang selalu menceritakan tentang indahnya dunia
Lelaki yang percaya tentang hidup adalah pengabdian
Lelaki yang sering lupa mengajariku salam perpisahan

Dialah,
Lelaki yg tak punya apa-apa kecuali cinta dan keteguhan hati
Lelaki yang pergi di hantar cinta manusia dan disambut rindu alam.

Pada hujan aku kenang diammu
Pada api aku kenang hangatmu
Pada angin aku kenang baumu
Pada debur ombak aku kenang hidupmu

Cinta dan kenanganmu membuat aku akan tetap bertahan
Melanjutkan seribu kisah tentang kehidupan.

( setahun kepergian ayah tercinta)
11 februari 2009 12.00 wita

Friday, February 6, 2009

Bersamamu

Dengan pasti kujejakkan langkah
meninggalkan satu fase kehidupanku.
untuk merengkuh dirimu, lebur menjadi satu.

Sepakat kita bergandeng tangan untuk berjalan
menantang masa depan
walau tak tahu angin akan berhembus kemana.

---------- Bersamamu aku berani.

Mari,
Rasakan denganku tarian sang daun
kicauan sang burung
dan gerimis hujan yang kan menemani kita merenda sang waktu.

--------- Bersamamu aku bersuka cita.

Wanitaku,
Kau laksana pelangi, warnai dunia kecilku
kaulah alasanku untuk merayakan kehidupan
ijinkan aku menjadi mataharimu
mengucap satu janji untuk selalu menyinari cakrawala hatimu.

-------- Bersamamu kau jadikan aku lelaki seutuhnya

Dewiku,
Pada tanganmu aku berpegang,
pada matamu aku yakin tentang hidup
pada jiwamu aku berserah
kaulah pelabuhan akhir dari semua perjalanan panjang ini

--------- Bersamamu aku akan menempuh perjalanan hidup ini

Kadek Purnami
5 Februari 2009; / 15.00wita
[ dedicated untuk seorang sahabat kecil yang sedang berbahagia ]

Matahariku

Ingin kuceritakan kisah sebuah pagi yang tanpa matahari.

[..dari sisi jendela tempatmu berdiri, kutatap kabut tipis menutupi bukit yang membuatnya tampak samar, tapi jelas aku tahu bukit itu tetap indah.]

Tulus kubiarkan setengah jiwaku pergi bersamamu,
agar mampu buatmu tersenyum,
agar tak gigil oleh dingin,
tak luruh oleh sepi,
tak hampa oleh kosong.

------ Setengah; sejatinya dialah seutuhnya.

Saat kau jelang hari sendiri dalam keterasingan;
Ijinkanlah aku menyandingkan tapak yang sama dalam setiap langkahmu.
menari bersamamu dalam gemulai bayang yg kau cipta
berbisik lembut dalam keheningan hati.

-- Hingga yang ada hanya dirimu yang luruh bersamaku

Tak perlu kau hitung waktu bahkan menantinya,
Karena dialah waktu yang sesungguhnya ada bersamamu.

Jika sang pencinta bertanya, untuk apakah dia terikat ?
Hanya untuk sebuah waktu yang ingin dinikmati bersama
hingga akhir nafas

Ingatlah,
Matahari tak akan pernah sendiri menandai waktu,
Bulan dengan setia akan mengganti siangmu menjadi malam.
Dialah seutuhnya waktu.

d.purnami
4 Februari 2009

Friday, January 30, 2009

Kegagalan

Ketika kegagalan datang pada sebuah waktu diantara sekian panjang jalan kehidupan, itu adalah bagian dari jalan itu sendiri yang memang harus dijalani. Jadikanlah ia teman yang akan mengajarimu menerima arti hidup sesungguhnya. Gagal bukan berarti akhir dari segalanya. Tapi dia akan membantumu tumbuh dan berkembang.

[sebuah saat ketika ditemani oleh kegagalan]