Wednesday, January 24, 2007

Move Your Body ...

Melihat iklan layanan masyarakat di Tv mengenai gaya hidup sehat tak hanya membuat saya setuju namun termotivasi dan terinspirasi untuk melakoninya “cukup olahraga, cukup makanan bergizi dan rekreasi”, jika di jalani akan menjadikan kita sehat jasmani dan rohani. Sangat disadari kesehatan merupakan aset yang sangat penting untuk mendukung aktivitas keseharian kita, seperti ungakapan Men sana in corpore sano, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Tapi kebanyakan dari kita biasanya tersadar betapa pentingnya menjadi sehat jika kita dalam keadaan sakit. Saya teringat saat tak sengaja menguping obrolan seorang dokter dengan pasiennya.
“.... Anda memilih mau sehat atau sakit?”
Waktu itu saya berfikir, pilihan yang sangat gampang yang diberikan oleh dokter tersebut, dan si pasienpun dengan gampang menjawab
“Ya, tentu saja saya pilih sehat, dok”
Saya yakin tak seorangpun mau memilih sakit tapi di balik pilihan yang gampang tersebut ternyata ada beberapa hal yang cukup susah dan membutuhkan komitmen tinggi yang di syaratkan oleh sang dokter.
“Baiklah, kalau anda mau sehat anda harus melakukan hal berikut ini, kurangi makan daging (disarankan vegetarian), cukup istirahat tidak boleh tidur larut apalagi subuh, berhenti minum-minuman yang mengandung akohol dan kafein. Tidak merokok serta rajin berolah raga. Tapi jika mau sakit jalani hidup sesuka hati anda. “
Tak terdengar jawaban dari si pasien ….. (pilihan dikembalikan kepada anda)

Sore yang cerah ini saya lewati dengan bersantai bersama seorang teman wanita yang cantik dan selalu rajin merawat tubuh. Dia mengeluhkan tentang bertambahnya lingkar pinggang, perut, pinggul yang semula saya kira mengalami kesalahan tempat penyuntikan silicon . ( ehhe..he.. sori ya jeng.. peace)
Sembari menyeruput kopi dan memandang bukit campuhan yang hijau menghampar, saya setia mendengarkan keluh kesahnya ( tepatnya melamun karena kadang terdengar kadang tidak( ehe sorri lagi jeng) teman saya merasa resah dengan komplain dari lelaki idamnnya akan tubuhnya yang sudah mulai tidak proposional lagi, saya jadi teringat iklan salah satu produk pelangsing tubuh dimana sang lelaki terobsesi dengan wanita bertubuh seksi. Tapi setelah sekian lama saya terbang, saya tersentak sendiri dan teringat bahwa tak hanya dia yang terkena masalah tersebut tapi sebentar lagi saya bisa dihampiri masalah serupa.

Sudah cukup lama rasa malas menyerang saya untuk menggerakkan tubuh, walaupun hanya sekedar ke warung yang jaraknya tidak lebih dari 50 meter saya lebih memilih mengendarai motor. Belakangan ini saya mengabaikan ritual hidup sehat, terjadi ketidak seimbangan antara rohani dan jasmani. Nyaris sebulan ini saya absent dari kegiatan yoga, berenang ataupun sekedar jogging santai. Waktu lebih sering saya habiskan untuk membolak balikkan majalah, membaca halaman demi halaman novel yang tebal, nonton film, bergelut dengan cat minyak, kanvas dan imajinasi atau duduk berjam-jam di depan computer mengerjakan tugas kantor, chatting bersama teman, menuliskan cerita pendek serta menuliskan hasil kotemplasi diri dan tidur di waktu subuh. Semua kegiatan itu tidak menggerakkan sedikitpun tubuh saya, dan membuat pantat terasa panas harus duduk berjam-jam. Hal tersebut diperparah dengan sekotak camilan, coklat, dan kopi. Alhasil badan saya mulai berontak dan tidak sehat.

Tiba- tiba saya nyeletuk mengeluarkan ide yang cukup mengangetkan teman saya. Bagaimana kalau kita mulai menggerakkan badan, kita awali dengan menyusuri bebukitan campuhan di sore hari dan tiap pagi pergi kekantor dengan berjalan kaki mengingat antara rumah dan kantor saya tidak lebih dari 1,5 kilo. Awalnya teman saya meragukan ide tersebut, karena potensi saya yang cukup besar untuk mengingkari ide saya sendiri. Tapi, saya meyakinkannya bahwa saya bersungguh-sungguh.

Dengan terpaksa teman saya mengambil sepatu kets dan menemani saya menembus ilalang menjadikannya sore yang penuh gerutu. Saya berlari diantara hijaunya alang-alang yang setinggi lutut, berteriak dan mendengar gema suara sendiri dan pada akhirnya terlentang menengadah menatap langit yang kian memerah. Gerutu teman saya tak berhenti diiringi kulitnya yang terasa gatal tertusuk ilalang, mengingat ini bukanlah ide baik untuknya atau cara dia mengembalikan bentuk tubuhya yang proposional. Biasanya dia akan mengunjungi Gym mengikuti kelas Body language atau aerobic dan salsa bukan bukit ilalang dan sawah ( maaf teman, melakukan sesutau yang beda asik juga kan ?)

Dan pagi ini saya menepati janji saya untuk berjalan kaki ke kantor. Saya memantapkan diri untuk memulai menggerakkan badan. Banyak hal biasa menjadi tidak biasa. Hampir sudah setahun saya melintasi jalanan tersebut dengan mengendarai sepeda motor namun, baru ini saya memperhatikan banyak hal lebih detail yang sering terlewati. Hanya dengan modal berangkat lebih awal saya memulainya. Tiap langkah saya nyaris terhenti karena harus menyapa dan mengobrol dengan tetangga atau tersenyum saat berpapasan dengan para ibu-ibu yang pulang dari pasar. Saya pun kadang dituntut untuk lincah dan gesit menjinjit, meloncat saat trotoar jalan jebol ( pak bupati yang sekarang mo dipilih kembali ga? ayo dong trotoarnya di alokasikan dana) atau menghindari “puff” anjing yang sembarangan di sepanjang jalan, banyak sekali anjing liar tanpa empu yang tak terurus ( bagaimana dengan wacana pemeliharaan anjing wajib pajak? dan mengurangi kecelakaan yang disebabkan menabrak anjing). Tak hanya itu ternyata saya juga harus sigap menyela diantara mobil dan motor yang diparkir sembarangan sepanjang jalan raya Ubud. Maklum banyak orang bisa beli mobil namun jarang punya lahan untuk bikin garasi lebih baik dikontrakkan nambah penghasilan ( nah kalo fenomena yang ini solusinya gemana? bikin tempat parkir umum aja yuu). Atau saya harus menutup idung saat melintas di depan beberapa restoran bukan karena bau masakan yang membuat perut saya berbunyi tapi karena sampah yang belum diangkat. Perjalananpun saya sengaja buat menarik dengan berjalan masuk melintasi pasar merasakan riuhnya keadaan pasar pagi. Menyaksikan para buruh tua yang masih berjuang untuk hidup di usianya yang dua kali lipat usia saya dimana seharusnya sudah beristirahat menikmati masa tua namun tetap semangat mencari nafkah hidup. Mereka harus menjungjung barang yang berkilo-kilo yang mungkin tak pernah bisa saya angkat. Saya juga menatap para pedagang yang bengong menunggu pembeli dan celingukan mencari uang guna membayar pajak. Mereka semua bangun subuh untuk mencari nafkah dan berjuang mempertahankan hidup mereka. Saya jadi berfikir, kenapa saya yang masih produktif dan energik kalah semangat hanya untuk sekedar menggerakkan badan. Saya pun dengan senyum, langkah pasti dan semangat melewati hari ini dan mulai menggerakkan badan menyeimbangkan rohani dan jasmani. Men sana in corpore sano gitu deyh..

Ayo teman-teman semua gerakkan tubuhmu..