Thursday, July 30, 2009

Cupli's tuna sandwich dan Dompo's bami goreng

Cuplis dan Dompo adalah teman. Kecilku dulu. Pertumbuhan mental mereka lebih lambat dari kami.


Cuplis dan Dompo sering menjadi bahan ejekan dan olok-olok teman mainku.


Entah kenapa teman-temanku juga memiliki kecenderungan memusuhiku.


Aku memang tak pandai main congklak, atau aku selalu kalah main bola bekel, apalagi lompat tali merdeka.


Karena itu mereka tak suka mengajaku. Sama seperti mereka tak suka mengajak Cuplis dan Dompo. Jadi kami sering menghabiskan waktu bersama.


Dompo pintar sekali membuat sajen dan mengemong bayi. Sayang padaku, jika aku sedikit nakal diapun tak enggan mencubitku.


Sedangkan Cuplis suka main gamelan musik, ramah dan suka mengobrol memakai bahasa isyarat denganku, walau yg kupahami hanya sebatas mau makan, mau minum, dan membuat ikatan gelang karet.


Tempo hari, aku berkunjung ke sebuah organisasi nirlaba yg fokus terhadap anak-anak yg cacat mental. Aku menemukan foto Cuplis di gantung di warung makan NGO itu dengan senyum yg sumringah sambil memegang mixer kue. Posenya layaknya koki hebat pada sebuah restaurant.


Aku terharu sekali melihatnya, dia kini mendapat tempat yang pantas, dihargai sebagai selayaknya manusia normal seutuhnya. Diapun menjadi biasa seperti kita.

Mataku semakin berbinar haru saat melihat menu makanan yg menampilkan;

"Cupli's tuna sandwich
Dompo's bami goreng"


Ah sahabat kecilku menyenangkan rasanya!

Sjaki-Tari-Us, 3 pm
29 Juli 2009

D.purnami




Powered by Telkomsel BlackBerry®