Saturday, August 22, 2009

Bermimpi tentang ruh tua

Malam tadi,


Aku bermimpi,
bukan mimpi seperti biasanya tentang orang yg disayangi atau hal yg aku inginkan.


Bukan,
bukan tentang hal yang sesederhana itu.


Aku bermimpi,
Tentang ruh ruh tua yg sebagian aku kenali, sebagian lagi tidak.

Hanya ruh tua yg masih dalam dua tingkat keturunan yg kuhafal.


Seperti menonton rekaman film lama yg usang,
Gambar hitam putih, kabur dan menekan perasaan akan masa lalu yg hilang.


Aku bermimpi,
Ruh ruh tua yg mengajaku memasuki dunia mereka,
seolah aku sepatutnya bagaian dari mereka.

Memaksaku memasuki masa lalu mereka yg sejatinya tak ingin ku ketahui.


Mereka bersuka cita menyambutku,
merangkulku,
melibatkanku,
dan memperlakukanku sebagai ruh tua.


Aku terhenyak dengan semua damai namun sangat terasa asing.

Wahai para ruh tua,
Aku tak ingin bersama kalian,
Di sebuah dunia tempat kalian bersemayam.

Aku ingin kembali ke duniaku, melakukan hal yg sepatutnya kulakukan sebagai manusia.


Engkau para ruh tua,
Terima kasih untuk rasa damai dan tenang yg menghanyutkanku.

Terima kasih telah menjemputku, tapi aku tak ingin pergi bersama kalian.


Aku tak yakin kalian masih punya rasa cinta dan keterikatan.

Yang kuyakin kalian telah memotong tali ikatan yg membelitmu dulu seperti benalu.


Aku bukan ruh tua,
aku masih memelihara benalu itu dan membiarkannya tumbuh berkembang ditubuhku.

Belum waktunya aku lepas dari ikatan ini.


Ruh ruh tua mengantarku hingga gerbang besi berkarat.

Aku memandang dalam mata seorang ruh tua.
Aku merasakan getaran cinta yg dalam dari sorot matanya, apakah ruh itu belum terlalu tua sehingga masih memiliki bekas ikatan benalu di jiwanya.


Ah,
ruh tua terakhir di gerbang besi tua.
Jemputlah aku di lain waktu,
aku akan ikut bersamamu, menjalin ikatan yang lain.


Aku terbangun pada sebuah subuh yg dingin bersama cinta seorang ruh tua.


Ubud,19 agustus 2009 subuh.
D.purnami

Powered by Telkomsel BlackBerry®