Thursday, September 10, 2009

Aku yang hidup, yang bertutur.

Aku yang hidup,

Yang wajib mengingat dan mengenangkan.

Yang akan menjadi penutur tua,
Berkisah kepada anak cucumu,
Tentang lelaki tua yang bersahaja.

Bercerita atas reinkarnasimu.
Bahwa pernah terlahir sosok sepertimu yang penuh cinta.

Yang selalu meninggalkan jejak kedalaman makna pada hati yang lapang.

Sejarah yang kau cipta, atas diriku dan atas saudara sedarah dagingku.

Aku yang akan menjadi penutur tua,
Tentang kisah kau kembali bereinkarnasi dengan sosok yang beda.

Untuk pengingat bahwa kita satu garis keturunan

Akulah penutur tua itu,

Namun,
Aku tak ingin kehilangan sosok yang kukenal oleh reinkarnasimu.

Walau ku tahu,
kau adalah sebuah jiwa yang tak nampak,
yang tak bisa berwujud tanpa raga.

Yang terlalu cepat ingin mendekat kembali, mencari raga pada setiap kelahiran yang ada.

Kini kutahu Kau adalah jiwa yang juga merindu.

Yang juga menangis pada kasat mata,
Yang juga memohon untuk kembali
Yang juga bersuka cita.


Pada gadis kecil kau meminjam raga yang baru,
aku tak mengenalmu,
Jiwamu tak sama,
Hatimu bukan hati yang kukenal.

Kau tak pernah bereinkarnasi dalam ingatanku.

Kau tetap sosok yang akan kuingat sama.

Pada karma,
Pada tautan waktu itu
Pada jalinan status yang kau tinggalkan dulu.

Aku yang hidup, akan tetap mengenangmu sama.


10 september 2009
Ubud,
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT