Saturday, January 16, 2010

Ruang kita

Kini aku tahu kenapa kau selalu berlari keruangan kecil dipojok studio mu itu.

Ruangan yg tak lebih dari 1, 5 X 2 meter.
Tempat kau bersembunyi kala luka, sedih, kecewa, maupun haru.

Ruang yang kedap suara, yang tak kan memperdengarkan jeritanmu, isakmu ataupun amarahmu.

Ruangan yang kau ciptakan sendiri, kau isi dengan semua keluh kesah hatimu, yang kemudian kau tinggal kosong.

Ruang yang kini hampa tanpa sisa, hanya lelehan lilin yang tak juga mampu terangi hatimu yg sering luka.

Ruang yang kau tinggal, yang kini aku kunjungi.

Aku merasa senang diruang sempit ini.
Aku pun melakukan hal yang sama.

Aku berlari kesana dan tertawa saat aku tak mampu mengangkat tangan kiriku dengan baik, menampar pipi sendiri yang tak hentinya kebas. Tak akan keluar satu patah kata kesakitan diruang itu.

Ruang kita,
Tempat merintih sendiri, terpuruk di sudut mati diterangi sebatang lilin yg semakin meleleh dan mati oleh tetes air mata.
Tempat kau memohon kematian yang dipercepat.

Kini aku paham kenapa kau tak mau berjuang dan memilih pergi.

Maafkan aku yang sempat mencacimu sebagai pecundang kalah yang tak berani berjuang, karena akupun tak berbeda nemilih jalan sepertimu.

jika kau melihatku sekarang,
Tunggu aku, kita akan bersulang untuk sebatang lilin yang meleleh.


Ubud,16 Januari 2010.
D.purnami

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT