Thursday, December 27, 2007

Perjalanan Cinta

Sebuah kisah

Tentang perjalanan cinta

telah dimulai

Mencari pasangan jiwa

---------------------------------------------------------

Akankah sebuah cinta sejati ditemukan?

Bagai cerita dalam dongeng

Sang pangeran menemukan cinta sejatinya pada seorang putri.

Ia melihat cerminan jiwanya ada pada diri sang purti

-----------------------------------------------------------

Kemudian,

Apa yang dapat dikata

Jika dongeng tak sepenuhnya khayalan

Seorang datang,

Dalam siraman sinar rembulan yang bertabur bintang

Kekasih,

Adakah cermin yang lebih bening dari dirimu?

Dimana aku dapat melihat bayang diriku ada pada jiwamu.

Dan diapun berkata

Cinta sejati itu telah kutemukan

Saatnya untuk mengakhiri perjalanan cinta ini

Ijinkan aku untuk bersemayam dijiwamu

Hingga akhir nafasku

Karena kau telah jadikanku sempurna

Dalam bahagianya hati.

***

Untuk sebuah purnama diakhir bulan desember 2007

d.purnami

24 desember 2007.

Hujan di Bulan Desember

Pada sebuah pagi yang menyambut

Mentari hangatkan bumi

Dedaunan berayun menghantarkan angin

Seekor anjing bergeliat malas enggan tuk beranjak

Dan kami para manusia hendak memulai cerita kehidupan.

Ku menatap sawah hijau yang membentang

Merasakan tiupan semilir angin

Dan gemericik air yang mengalir

Nyanyian burung bagai bait nada yang indah

Terbang rendah mencari makan

Sebuah pagi yang indah

Kutelusuri setapak demi setapak tanah sawah ini

Saya terdiam dan bertanya dalam hati

Mampukah saya menjaga alam yang indah ini

Sayapun menunduk malu atau entah apa

Belum banyak hal yang dapat kulakukan

…. Idep Demosite 5-9 november 2007

Sekeping cerita bersama sahabat.

------------------------------------------------

Wisnu telah membasuh pertiwi selama lebih dari 2 minggu, tumbuhan dan tanah menjadi basah memberikan kesegaran jiwa. Pepohonan seolah bersorak girang setelah kemarau yang cukup panjang.

Aktivitas memang sedikit tersendat, dan waktu saya menjadi lebih banyak untuk duduk terpaku dibalik jendela memandangi rinai hujan yang bagai jarum perak menghunus. Air sungai mengalir deras di bawah kamar, memang tak terdengar romantis seperti biasanya. Sayapun menjadi sedikit cemas jika terjadi banjir.

Kopi pun telah dituang untuk cangkir yang kedua, hujan belum juga reda, besok adalah natal, saudara umat kristiani tentunya juga sedang bersuka cita menyambut hari yang damai. Atau seorang sahabat yang sedang bahagia merayakan hari ulang tahunya. Ya semoga semua berbahagia.

Sambil mengetik saya memperhatikan telunjuk saya yang masih terasa sakit, cidera ringan waktu simulasi penyelamatan korban. Saya teringat dengan teman-teman sukarelawan penanggulangan bencana di nusa ceningan, nusa lembongan, tegalalang, dompu, rembang, aceh. Teman nampaknya kita sudah harus bersiap sedia menjadi tim relawan jika bencana datang menghampiri. Hujan semakin deras di bulan Desember.

d.purnami

24 Desember 2007

Wednesday, December 12, 2007

Tuesday, December 11, 2007

Save the Planet.

Apakah anda pencinta daerah Ubud?

Atau anda senang datang ke Ubud?

Apakah anda suka nongkrong di jalan Monkey forest sambil Ngopi?

Apakah alasan anda senang datang ke Ubud karena daerahnya sejuk, udaranya segar, merasa adem dan nyaman,

Atau Ubud sangat berkesan dalam hati anda karena anda bertemu kekasih, jadian, atau menikah di Ubud.

Apapaun alasan anda …

Jika anda benar-benar cinta dengan Ubud.

Mari bergabung dalam program penanaman pohon yang di selenggarakan oleh manajemen Monkey Forest Padangtegal.

Bagi siapapun yang ingin berkontribusi dalam menyelamatkan Bumi ini dan ingin Ubud agar tetap segar, kami tunggu kontribusi anda untuk menanam pohon pada lahan yang telah disediakan.

Caranya sangat gampang sekali.

Cukup dengan membayarkan uang sejumlah RP. 150.000 anda bisa menanam satu pohon. Lahan dan pohon telah disediakan. Dan anda akan mendapatkan sertifikat langsung.

Disamping menanam pohon anda juga bisa bermain sepuasnya dengan kera-kera yang pasti lucu tapi kurang menjanjikan keramahannya. ( yang pasti tidak seramah saya)

Jadi tanamlah satu pohon untuk sebuah kenangan anda atau cinta anda pada Ubud, ataupun cinta anda pada gadis Ubud atau lebih spesifik cinta anda pada galang bulan. Semua alasan anda dapat diterima untuk menyelamatkan bumi ini.

J he..he..he..

Salam hangat,

d.purnami

originally from padangtegal Ubud.

Monday, December 10, 2007

Dulu Banjar Buluk Babi , kini Banjar Padang Kencana

Ada orang mengatakan setelah kita meninggal selesai sudah masalah hidup kita. Penyataan tersebut memang benar, mereka yang arwahnya meninggalkan dunia ini memang telah menyelesaikan masalah hidupnya, namun terkadang jasad yang ditinggalkan masih tetap meninggalkan masalah bagi keluarganya.

Hal ini terjadi pada Dadong Bega, seperti namanya dadong Bega yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia diam, nenek ini memang diam dan terbujur kaku. Dia tidak tahu kalau kematiannya adalah pemicu hingga meledaknya bom waktu. Kasus desa adat Bulu Babi yang tak diselesaikan sejak dahulu, nyaris hingga pergantian bupati.

Padangtegal dan Pengosekan adalah desa yang bertetangga, warisan leluhur kalau kedua desa ini adalah bersaudara. Ida Bethara pun mesameton. Sekitar 60 Kepala keluarga desa pengeosekan memang mekhayangan tiga di desa pekraman Padangtegal. Namun sejak tahun 2002, sekitar 12 warga tempekan Buluk Babi kembali mendesa pekraman ke pengosekan. Tinggal 48 warga yang masih tetap bersikukuh medesa pekraman ke padangtegal, dengan alasan titah dari para leluhur harus dilaksanakan, kalau tidak nanti pasti kepongor. Alhasil mereka 48 warga ini statusnya terkatung-katung, susah untuk membuat KTP serta pembuatan surat-surat administratif lainnya.

Banjar Buluk Babi mungkin tak mengenal istilah dimana tanah dipijak disanalah langit di junjung. Memijak tanah pengosekan namun menjunjung langit padangtegal. Sudah pasti tak ada titik temu.

Warisan adat dan budaya kita memang agung, namun ada juga warisan dari para leluhur yang jauh dari keagungan. Fanatisme adalah akar permasalahan yang memecah belah hakikat kita sebagai manusia yang dicipatakan dari satu asal yang sama. Kita kembali dibuat untuk lupa kalau berpijak di tanah yang sama, dan menyembah Tuhan yang sama. Buat apa memakai Udeng yang nyotot jika pemikiran kita hanya ingin menusuk pemikiran dan hati orang. Lagi- lagi Ego dan ego tetap menang dan mendominasi pemikiran dan hati manusia .

Akhirnya, dengan negosiasi yang terkesan alot dan hingga petang hari, terilhami juga kedua kubu yang berunding tersebut pencerahan untuk mencari jalan keluar dan mengendorkan urat saraf. Banjar Buluk Babi akhirnya berdiri sebagai banjar sendiri, dengan desa dinas di Pengosekan, dan tetap menyungusng khayangan tiga di Padangtegal. Banjar Padang Kencana adalah jelmaan baru dari banjar Buluk Babi. Akhirnya sebelum bupati berganti diselesaikannya juga masalah ini. Kini Pak bupati pun merasa plong PR sudah diselesaikan.

Ada satu catatan diluar kasus tersebut yang paling memprihatinkan adalah emosi warga Pengosekan yang berlebihan. Pohon sepanjang jalan utama ikut menjadi sasaran emosi warga. Dengan tak terkendali mereka memangkas habis pepohonan sebagai tanda protes.

Pohon yang telah ditanam berpuluh tahun dan tumbuh kembang seiring kasus tersebut kini ditebang dalam hitungan menit.

Apa ada yang salah dengan pohon tersebut?

Kenapa pohon yang merindangi dan menyejukkan sepanjang jalan itu harus ikut terkena dampak?

Saat delegasi PBB dan utusan berbagai negara sedang bersidang membicarakan keselamatan dunia. Disaat semua orang berkumandang untuk Go Green, mereka malah menebang pohon. Sungguh disayangkan dan mempermalukan diri. Memang nampak kualitas manusia kita yang tak menghargai alam. Jangankan mengatasi masalah Alam, mengatasi emosi diri saja sudah tak mampu.

Atau mungkin saja dengan ditebangnya pohon tersebut masalah juga bisa dipotong dengan cepat?

Atau jangan-jangan pohon itu sumber masalah? Apakah ada penunggunya yang mengahntui warga? Ha..ha.. nampak berlebihan imajinasinya. ( tetap saja pohon itu korban dan tidak bersalah)

Aku sebagai salah satu warga padangtegal merasa lega juga kasus ini bisa diselesaikan.

Banjar Padang Kencana akhirnya berpijak diatas tanah pengosekan dan menjungjung langit pengosekan, namun tetap melirik langit tetangga untuk dijunjung juga.

Apa karena rumput tetangga memang lebih ijo.

Sejak kapan langit jadi ijo?

Go green juga?

( nampak mulai ngawur)

Celebingkah batan biu, gumi linggah ajak liu, ada kene ada keto..

9 Desember 2007

d.purnami

Friday, November 23, 2007

Sasih Kanem

Tahun 2007 ini hari kajeng kliwon sasih kanem (bulan keenam) jatuh pada 19 November, Menurut orang Hindu Bali, bulan ini menjadi hari yang keramat. Biasanya banyak sekali cerita mistis mulai merebak, semerbak wangi kemenyan dan kenanga..hi..hi.hi..

Apakah memang benar sekeramat itu sasih kanem?

Entah mitos atau memang benar seperti itu, namun sejak kecil saya memang sudah dicekoki informasi oleh para tetua tentang betapa keramat dan seramnya jika sasih kanem tiba. Cerita yang muncul beraneka ragam dan selalu berisikan intrik-intrik seram dan keramat, membuat merinding dan nyali menciut. Dulu, diceritakan banyak orang meninggal pada sasih kanem, tak hanya itu, kita juga sering diharuskan untuk tidur di bawah beralaskan tikar agar tak diambil oleh Ratu Bagus Gede Mecaling sebagai tumbal. Para tetua juga sering bilang kalau setiap sasih kanem dilangit kelam sering muncul sinar-sinar yang berkelebat yang merupakan peperangan antara para leak unjuk kesaktian.

Sebenarnya apakah memang seperti itu? Sayapun tak tau pasti. Namun hari ini saya tergerak untuk mengkait-kaitkan beberapa kejadian saja. Sasih kanem sering jatuh antara bulan November dan Desember yang dikenal sebagai musim penghujan, namun tak sepenuhnya hujan turun, cuaca terkadang panas terik dan tiba-tiba berubah hujan, angin kencang, petir ikut menyambar. Tak dielakkan beberapa daerah seperti Ketewel, Sukawati dan Denpasar tersapu angin puting beliung. Cuaca yang sangat tidak bersahabat atau musim pancaroba ini seringkali membuat penurunan kondisi fisik. Penyakit flu dan demam dengan mudah menyerang, keadaan diperparah dengan banyaknya lalat yang bertebangan kesana kemari menebar berbagai penyakit, alhasil kita menjadi diare. Jika memang watak sasih kanem seperti itu setiap tahunnya, kemungkinan dulu saat dikatakan banyak orang meninggal saat sasih kanem sebenarnya karena daya tahan tubuh yang lemah, sakit tanpa diobati dan kemudian meninggal.

Atau mitos lainnya lagi, konon kita sering diminta tidur di lantai beralaskan tikar saja agar kita tidak dijadikan tumbal oleh Ratu Bagus Gede Macaling, mungkin hal ini dikarenakan watak sasih kanem yang dipengaruhi oleh sasih katiga yang bersifat panas, sehingga setiap malam kita sering merasa gerah dan panas yang menyebabakan sulit tidur sehingga orang-orang merasa lebih sejuk tidur di lantai daripada diatas kasur, bukan seperti mitos yang dikatakan karena Ratu Bagus Gede Mecaling akan mengambil orang-orang yang tidur diatas kasur dan dijadikan tumbal, namun karena memang lebih sejuk tidur di lantai.

Tak ketinggalan cerita seram lainnya yang mengatakan tiap malam menjelang sasih kanem banyak ada sinar berkelebat dan itu adalah para leak yang sedang berperang mengadu kesaktian mereka, tapi jika dilihat dalam 2 hari belakangan ini saya memang sering bergadang untuk menyaksikan sinar yang berkelebat di langit kelam namun bukan untuk menyaksikan leak yang sedang berperang tapi menyaksikan serpihan meteorit yang bejatuhan mungkin sebenarnya para tertua kita dulu sebenarnya sedang menyaksikan bintang jatuh yang sering terjadi sekitar bulan November dan bukanlah leak yang sedang berperang.

Entahlah apakah itu benar atau mitos, saya juga tak tau pasti. Hanya satu yang pasti yang saya rasakan ketika memasuki awal sasih kanem, saya sangat disibukkan untuk melakukan ritual upacara.

Sebagai perempuan Bali yang tinggal di desa, masih sangat kental sekali ritual adat dan keagaamannya. Satu hari tersita untuk melakukan ritual. Ketika pagi menyongsong, saya awali untuk melakukan upacara kajeng kliwon dirumah sendiri, berkeliling rumah nyaris lebih dari tiga putaran, jongkok bangun menghaturkan segehan cukup membuat saya bercucuran keringat seperti aerobik. Mata perih karena asap dupa dan bau arak yang menyengat untuk sang bhuta kala. Dengan sarana itu diharapkan dapat menetralisir dan menjauhkan segala energi negatif yang ada dilingkungan rumah dan di dalam diri kita. Memang benar terbukti, energi negatif dari diri sayapun hilang, saya jadi tidak sempat marah atau berfikir yang tidak baik karena harus fokus pada ritual berikutnya dan fisik saya cukup kelelahan sehingga tak sempat menebarkan energi negatif dan memilih untuk minum kopi. (Berhasil kan ritualnya? J)

Siang hari di panas terik ritual dilanjutkan menuju pura di khayangan tiga yakni pura Desa, Puseh dan Dalem. Saya harus menjunjung 2 wadah banten yang cukup besar diatas kepala, cukup membuat leher terasa kaku. Bagaiaman tidak, banten itu berisikan beras, telur, kelapa, buah-buahan yang lebih dari 5 kilo yang dipersembahkan kembali kepada Ibu pertiwi, bumi tempat kita berpijak. Ritual upacara sebagai ungkapan terima kasih atas karunianya agar umat manusai selalu diberi keselamatan, dijauhkan dari mara bahaya, dan manusia disadarkan untuk menjaga keseimbangan alam agar tak murka. Walau keringat mengucur tak menghalangi ketulusan saya mempersembahkan dan menghaturkan bhakti kehahadapNya dalam bait doa yang tak henti saya panjatkan. Prosesi acara berlangsung hingga matahari tenggelam, setelah itu kembali kerumah untuk menghaturkan pecaruan di depan rumah untuk dipersembahakan kepada sang bhuta kala agar tak masuk kerumah.

Petang berganti malam, para sesuhunan-Ida Bhatara ( manifestasi Tuhan dalam bentuk Barong dan Rangda yang disakralakan ) tedun Ngunya - diusung berkeliling mengitari desa diikuti oleh seluruh warga untuk memberikan pemberkatan. Dentingan genta, semarak bunyi gamelan membuat hati riang, nyaring suara kidung membawa angan terbang menemui sang pencipta, semerbak wangi dupa menusuk sukma. Warga Desa dengan khusuk mengikuti, berjalan beriringan dalam doa mohon keselamatan untuk diri, keluarga, lingkungan dan alam semesta. Mohon kedamaian di jiwa, di dunia dan alam semesta.

Sesuhunan di usung melewati jalan dan gang kecil, menjadi tontonan yang menarik bagi para bule yang sedang duduk makan malam direstoran, bahkan lebih menarik dari makanan yang mereka pesan. Pada setiap persimpangan, sesuhunan berhenti sekitar 20 menit, dihaturkan pecaruan dengan ritual pemotongan ayam. entah berapa ekor Ayam yang mati pada hari itu di Bali untuk sebuah pelengkap upacara ritual, perlu kita ingat ayampun berperan untuk keselamatan semesta. Kemacetan yang begitu panjang tak terhindarkan, seluruh warga duduk sepanjang jalan.

Malam kian larut, posesi belum berakhir, kaki sudah mulai lelah, mata mengantuk dan perut keroncongan. Fikiran mulai tidak fokus dan bercabang, banyak godaan datang yang mengganggu bhakti saya. Ada satu hal berkelebat dalam benak saya ketika saya duduk di trotoar jalan menunggu pemangku menyelesaikan bait matranya. Kenapa sesuhunan desa kita bertandang ke desa sebelah (sebut saja desa T ) Tanya saya pada seorang tertua yang duduk disebelah saya, dijawabnya konon, bahan kayu dari sesuhunan di desa T tersebut diambil dari hutan kera di desa saya, sehingga secara otomatis sesuhunan tersebut memiliki kekerabatan persaudaraan. Benarkah seperti itu? Terus bagaimana dengan sesuhunan di desa tetangga lainnya sebut saja desa P yang juga kayunya diambil dari hutan kera? Seingat saya beberapa tahun yang lalu kami juga mengunjungi desa tersebut, namun kali ini tidak. Apakah karena wilayah yang harus dikunjungi terlalu jauh dan memakan waktu lama hingga subuh menjelang untuk ngunya? Tertua disebelah saya tak menyahut, sayapun diam. Kembali saya berfikir sendiri sembari mengusir rasa kantuk, teringat kejadian beberapa bulan sebelum sasih kanem tiba, ketika desa saya bersitegang dengan desa P mengenai urusan tapal batas desa yang hingga hari ini belum terselesaikan. Walau sekian kali terjadi pertemuan rahasia antara bapak bupati dan perwakilan pengurus desa tetap tidak ada titik temu. Hari ini sesuhunan tidak memberi pemberkatan ke wilayah desa P. Kenapa sesuhunan menjadi ikut terlibat dalam permasalahan ini? Sekala dan nisakala menjadi tanpa batas. Sebenarnya siapakah yang menentukan sesusuhan tersebut memberi pemberkatan ke desa tetangga? Apakah para pengurus mendapat pawisik dari sesuhunan atau para pengurus desa sendiri yang memutuskan?

Beberapa tahun belakangan ini nampaknya ada trend baru juga di bidang spiritual. Sesuhunan saling mengunjungi antara desa satu dengan desa lainnya. Tujuannya sangat mulia, memberikan pemberkatan untuk warga agar kita semua diberi keselamatan, rukun saling asah, asih dan asuh, mengingatkan bahwa kita semua adalah saudara, menatap matahari yang sama dan berpijak pada bumi yang sama. Tapi terkadang seperti ada kepala di balik udeng. Sesuhunan sepertinya dijadikan alat politik kekuasaan oleh para pengurus desa untuk menunjukkan kuasanya atas territorial wilayah tertentu. Semakin besar wilayah yang dituju semakin banyak memiliki massa. Kenapa sesuhunan dilibatkan dalam urusan ego manusia dan politik kekuasaan? Kenapa semua menjadi tiada batas dan bercampur aduk? Seperti fenomena persiapan pilkada saja, calon bupati AS ngayah menari kepura-pura yang bukan khayangan tiganya. Tak kalah juga dengan bupati B, walaupun tak bisa menari namun dia sangat rajin mebakti ke pura manapun, yang bukan pura khayangan tiganya juga. Mebakti dan menarikan sesuhunan pura khayangan tiga orang lain berarti pula mengambil hati warga yang menyungsung sesuhunan di pura tersebut. Fenomena sasih kanem yang memang aneh dan gerah.

Kaki saya sudah lelah sekali berkeliling, perut terasa keroncongan, dan tenggorakan terasa kering. Fikiran tidak bisa fokus kembali dalam bait doa-doa. Fikiran lain tersbersit kembali, bagaimana jika ternyata seluruh sesuhanan di Bali berkerabat, berarti setiap sasih kanem seluruh warga Bali akan berjalan berkeliling Bali ngunya ngiring ida betara, dapat dibayangkan betapa panjang deretan pengiringnya, angklung dari berbagai daerah mengiringi seperti festival PKB, butuh beberapa hari untuk berjalan, dan betapa macet seluruh jalan di Bali. Apakah akan ada kebijakan daerah libur 3 hari untuk menyambut sasih kanem? Seperti halnya tajen yang diusulkan untuk dibuyatkan perda?

Entahlah…

Mungkin tadi saya sempat tertidur sehingga saya mimpi buruk seperti diatas.

Saya butuh seteguk air, sesuap nasi dan istirahat

Bait matra telah diselesaikan oleh pemangku.

Sasih Kanem,

Mohon kami diselamatkan dari ego manusia yang semakin menjadi-jadi

Lindungi kami dari mara bahaya yang sejatinya diciptakan manusia

Jauhkan kami dari perang antar saudara

Manusialah bhuta kala itu

Manusialah Ida Ratu Bagus Gede Mecaling yang menjadikan saudara sendiri sebagai tumbal.

Sasih Kanem,

Selamatkan kami.

*** d.purnami

20 November 2007

Friday, October 12, 2007

Pengintai

Subuh itu matahari belum terbit

udara terasa dingin

mobil melaju kencang dalam jalanan yang sepi

berharap waktu melambat.

Subuh itu matahari belum terbit

jaket menghangatkan tubuh

motor dilaju kencang di jalan yang sama

berharap dapat bertemu sebelum burung besi itu terbang

Tak bertemu,

dan bukan berarti tiada harapan lagi

berdiam diri

pada waktu yang sama dan tempat berbeda

Tanpa bicara

Namun aku mendengarnya berbisik

Tak nampak

Namun aku merasakan keberadaannya

Tiada pelukan perpisahan

Namun seolah dia mendekapku

Sebenarnya, kita sedang pada waktu dan tempat yang sama

Dia tetap mengintai dalam setiap langkahku

Wajah murungku terekam olehnya

Kesedihan hatiku terbaca jelas.

Tetap mengintai

dia tak bergerak sedikitpun

tetap disitu hanya memandangku

dengan kesedihan dan kemurungan yang sama

Matahari telah terbit menghangatkan

Burung besi telah terbang

Kita berpisah

Tanpa sepatah kata namun penuh oleh rasa

Sang pengintai hanya memandang keatas.

***d.purnami

Juli 2007

Lasso

Diatas sebuah meja kayu yang berhiasakan setangkai lily putih.

Secangkir kopi ditemani boneka beruang yang bernama Lasso.

Dipandanginya lamat-lamat yang seukuran telapak tangan.

Seolah mengerti apa yang terfikir olehnya.

Tersenyum dia sendiri.

…………………………………………………..

Lagi dan lagi dia bergulir ke masa lampau

Lasso adalah teman kecilnya yang sempat di abaikannya.

Lama sekali waktu itu berlalu, kini kembali lagi di bongkar dari gudang.

Dia hanya mencari Lasso yang setangkup kecil.

Dulu boneka itu tak bernama, baru kali ini diberi nama, itupun diambil dari nama belakang salah satu penyayi lelaki yang dipujanya.

Kini Lasso sangat berarti baginya,

Memberi bau dan rasa nyaman yang berbeda.

Ada titipan hati pada tubuh mungilnya.

Juga sebuah kisah indah bagi perempuan yang kini tak kecil lagi

*** d.purnami

Agustus 2007

Wednesday, October 10, 2007

Pohon Jambu & perempuan kecil

Perempuan itu duduk di pojok bale menatap pohon jambu yang sudah tua dengan kulit pohon mengering dan berkeriput. Semua bangunan dirumah ini telah berubah. Dia teringat 18 tahun silam, dibawah pohon jambu itu dia sering berteduh dan bermain sendiri.

Perempuan kecil berkepang dua yang tak punya banyak teman.

Kegemarannya adalah menantang matahari, mengejar kupu-kupu, menangkap capung dan katak, berlari di pematang sawah ataupun menelusuri sungai yang jernih.

Disanalah perempuan kecil itu menemukan dunianya yang ceria dan tenang.

Sesekali dia harus memanjat pohon jambu untuk bersembunyi dari panggilan sang ibu.

Sahabatnya bukan teman sebaya namun para nenek di desa itu. Alasannya sangat sederhana, mereka tak pernah mengucilkannya atau memusuhinya.

Mereka selalu mengasihi dan memanjakannya dengan dongeng serta ketela rebus dan biji tiwul. Sebuah dongeng yang tak pernah mau diselesaikan, agar ada alasan baginya untuk mengunjungi sang nenek di esok hari.

Sebagai balasan dari kebahagiaanya, perempuan kecil itu cukup melipatkan daun sirih sang nenek yang gemar menginang sirih.

Sudah cukup lama masa itu telah lewat, namun masih teringat jelas di benak perempuan yang tak lagi kecil dan berkepang dua.

Ah… mereka semua kini telah menjadi leluhur yang disembah oleh keturunannya.

Perempuan itu beranjak dari bale dan mengambil satu dupa menancapkannya di bawah pohon jambu sembari mengusap lengan.

“Untuk mereka yang telah pernah menyayangiku serta dongeng kalian yang tak pernah usai, aku terkenang kasih kalian”

Esok semua kenanganku dirumah ini akan hilang, pohon jambu itupun akan ditebang.

Tuesday, October 9, 2007

Jeda

Pada sebuah waktu, kosong dan luang.

Sebuah jeda yang kurindukan.

Cukup lama tak menuliskan apapun pada Galang bulan, seolah purnama tersaput awan. Memang cukup tidak adil menelantarkan wadah yang selama ini menampung seluruh inspirasiku.

Butuh Jeda sesaat.

Kini aku kembali lagi untuk sekedar bercerita tentang hal yang kulalui. Sekian lama bergaul dengan para sastrwan membuatku lupa akan bagaiaman menuliskan sebuah kisah.

Pada sebuah pagi awal oktober

Kuterbangun oleh pesan singkat yang masuk, ucapan terima kasih dari para penulis yang telah kembali kedaerah serta negaranya masing-masing. Aku tersenyum lega hajatan para sastrawan “Ubud Writers & Readers Festival” telah berakhir dengan lancar, seolah flu dan pegal disekujur tubuh cukup terbayarkan. Fyuh.. enam hari yang cukup berat telah kulalui dengan semangat, gairah, senyuman, tekanan serta air mata yang membuat hatiku mengharu biru. Semua telah ditutup dengan seikat bunga dan tatapan mata dalam yang bersetia menemani.

Teruntuk mereka yang telah bersetia padaku melewati masa sulit, ku ucapkan terima kasih untuk waktu dan perhatiannya. Sudah kurindukan kembali satu minggu itu..

Pakaian aku masukkan ke dalam tas dengan lambat.

Thanks! Jeda itu akhirnya datang

Waktu luang yang kurindu.

Tuesday, September 4, 2007

Dadong Nyadet

Malam terasa dingin

Anjingpun tak hentinya melolong panjang

Sebuah cerita hidup telah berakhir

Tak ada yang menangisi kematiannya

Hanya anjing yang terus melolong

Hingga buatku terjaga

Seklumit kisah kulewati besamanya

Harusnya tak cukup buatku bersedih hati

Tapi aku masih memikirkannya

Belum tuntas aku menuliskan

Satu kisah sederhana tentang dia

Nenek tua renta yang hidup sendiri

Di sebut gila oleh kebanyakan

Atau malah mereka yang kebanyakan gila

Hingga akhir nafasnya

Aku belum membelanya

Dadong Nyadet,

Dengan cincin jinar

Dan kembang jepun

Aku belum selesai menuliskanmu.

Ubud, 31 Agutus 2007

Saturday, June 23, 2007

setahun yang lalu dan hari ini

Setahun yang lalu,

pertama kali kuberbagi

tak hanya ruang namun keseluruhan hidupku


Satu tahun sudah terlewati,

saat mata tak bisa memejam

hanya mampu meneteskan air mata


Melebur jadi satu,

kau miliku

aku milikmu


Setahun berlalu,

kita arungi bersama

dengan kasih.


Hari ini,

alam memberikan ruang

waktu menjadi luang


Ada aku, kamu dan kesempatan

kau mengenalku lebih dalam

menyapa pada tubuh dan jiwa yang sakral


23 Juni 2006-2007

Atas nama cinta

***d.purnami

Friday, June 15, 2007

Jangan Ragukan Aku

ada jarak

jeda sesaat

waktu tak sama


tak terlihat mata

tak tersentuh

tak yakin


kata tak beri arti

laku tak mampu tunjukkan


diam..

sendiri..

hanya berbisik

pada jiwa


Jangan ragukan aku.

***d.purnami
15 Juni 2007

Wednesday, June 13, 2007

Waktu

Bagai sebuah perjalanan kisah panjang kehidupan,

pencarian dalam tanya.

hingga sampai pada sebuah titik waktu

ada kamu dan aku

dipertemukan oleh waktu.

berdua,

diberi kesempatan tuk berbagi

mengukir cerita baru tentang cinta.

menoreh kenangan penuh makna

tuk diresapi dalam hati

Bersamamu,

mengarungi kesederhanaan pemaknaan cinta.

mengemban cinta dengan arif

menyayangi tanpa ada yang terluka

kau telah sentuh satu rasa

yang hanya kubagi denganmu


***d.purnami

13 Juni 2007

Thursday, June 7, 2007

Dalam Secangkir Kopimu

Aku wanita,
yang akan dengan senang hati
menyeduhkan secangkir kopi
untuk kekasih hati


Dalam secangkir kopimu
gula adalah senyuman termanisku
kopi adalah semangatku
panasnya air adalah kehangatanku


Kuramu dengan keintiman rasa
reguklah
alirkan ke dalam darah
Agar aku ada dalam tubuhmu


*** d.purnami
Ubud, 3 Juni 2007.

Pada suatu pagi

-------Aku dan mentari

Mentari menyapa

Pancarkan hangat cahaya

Menelisik lewat celah jendela

Padanya kutitipkan

Senyumku untukmu


---------Aku dan Angin

…dan

Angin berhembus tenang

Menerbangkan sisa daun kering

Memberi sejuk di hati

padanya pula kutitipakan satu pelukan


--------Aku dan burung

Seolah tak ingin melewatkan

Sebuah pagi yang indah

Burungpun berkicau merdu

Terbang rendah menjejak pertiwi

Saling menyapa

Padanya kutitipkan juga nyanyian hati

Pada suatu pagi yang tenang

Yang ingin kunikmati bersamamu.

***d.purnami
Ubud, 3 Juni 2007

Monday, May 28, 2007

lelah

aku tak cukup kuat

untuk mengejar

satu titik cahaya

yang ingin kugapai


lorong gelap itu

terlalu panjang

berliku

tak ada arah

tak ada petunjuk


aku lelah

ingin istirahat sejenak

merenungi

perjalanan panjang


aku merindukan

tarian jiwa

nyanyian hati


aku merindukan

adanya diriku

seutuhnya

*** d.purnami

28 Mei 2007

Senja

duduk diantara kursi kosong

menjadi saksi jatuhnya senja

menikmati semilir angin

hampir dua jam

berceloteh tentang hal yang terlintas di benak

menertawakan kekonyolan hidup

memberi hangat suasana dalam keakraban


menyeruput kopi yang mengepul

mengisap dalam rokok kretek

dan mereguk anggur merah

kutatap dirimu


dalam setiap tegukan kopi

ku tahu kau menelan kenyataan

dalam setiap isapan rokokmu

kutahu kau katakana betapa kau cinta padaku

dalam setiap hembusan asapmu

ku tahu kau betapa menginginkanku

dan dibawah anggur merah

kau ingin berteriak


senja berganti petang

aku belum beri kau isyarat


***d.purnami
23 Mei 2007

Kembali

petang telah datang
tak lagi ramai
kitapun harus berpisah
akhiri cerita hari ini

tubuhmu telah menghilang
tak lagi nampak
akupun membalikkan badan
menyusuri jalan

tapi
aku kembali lagi
ketempat itu
duduk seorang diri

menghayati waktu yang terlewati
menghirup bau yang tertinggal
mengingat setiap kata yang terucap
merasakan hangatnya hati

***d.purnami
Ubud, 26 Mei 2007

Monday, May 14, 2007

kehangatan

bukan karena syal yang kau balutkan

atau jaket yang kau pinjamkan

ataupun anggur merah yang kuteguk


kehangatan yang begitu dalam

jauh, di dasar lubuk hati

menjalar

mengalir

dalam darah

dalam hembusan nafas


kehangatan jiwa

beri bahagia

beri damai

begitu nikmat dan nyaman kurasa


kehangatan yang teramu dari

kejujuran

tulus hati

cinta

kasih sayang


*** d.purnami

Friday, May 11, 2007

sebuah kesempurnaan

Aku tahu

Kau ingin nampak sempurna

Lakukan yang terbaik

Tanpa cela sedikitpun


Tapi satu hal,

Kesempurnaan

Tak akan beri arti

Tanpa

Kejujuran



*** d.purnami, May 2007

mengetuk dan menutup

aku sadar tak akan pernah bisa menggenggammu

kau bagai angin, tak nampak namun terasa


jika suatu saat kau harus pergi

tutuplah pintu itu

jangan tinggalkan bantingan keras

memekakkan telinga dan luka

pamitanlah dengan senyum


sama seperti ketika dulu kau datang

mengetuk dengan sopan dan halus

menunggu

tersenyum


*** d.purnami, May 2007

jangan beri aku lebih

jangan beri aku cinta

atau hanya sekedar ucap & ungkap rasa suka

cukup kasih sayang yang tulus


jangan beri aku ciuman

aku hanya butuh pelukan

atau pinjamkan sesekali pundakmu untuk bersandar

sekedar tuk melepas gelisah


Jangan pandangi dada, pingul dan jenjang betisku

Tapi tataplah mataku

kau juga kan rasakan nikmat terdalam


Jangan sentuh leherku tuk bangkitkan gairah

cukup genggam erat tanganku


jangan beri aku lebih


*** d.purnami, May 2007

Sunday, May 6, 2007

aku dan ketakutanku

cemas,
resah,
gelisah,

waktu terasa lama
membuat hati semakin resah
menghirup nafas dalam
sekedar tenangkan hati
yakinkan diri semua akan berjalan lancar
keringat dingin mengucur
menambah ketakutan

pintu terbuka
ramah sapanya
seolah ingin tenangkan gelisah

genggaman tangan harus kulepas
melangkah seorang diri
tanpa menoleh kebelakang

sepi
hanya aku dan dia
sorot lampu silaukan mata
aku semakin bergetar

telinga mendengung
lidah kelu
tak ingin ucap kata
takut semakin menyergap

tangan halus
dentingan alat bersentuhan

perih...
tersayat...
nyeri..
mengerang..
mengejang...

aku masih sendiri diruangan itu
kubuka mata
semua telah selesai
dia tersenyum
semua segera baik-baik saja.

.. tak salah ucap

kata-katanya bagai sebuah maklumat
menghunus tajam menyayat hati
lelehkan air mata yang tak seharunya jatuh
melemaskan seluruh saraf

berharap aslah dengar
atau salah ucap
sekedar guyonan di siang hari
tuk usir penat

mata beradu
saling yakinkan diri
hanya lelucuon intelektual

mencoba terbahak
tetapi tak ada yang lucu
yang tersisa kelu
ketika yang didengar tak salah kata

coba tenangkan diri
berkata dalam hati

dia hanya manusia biasa
sekedar ramalan didukung data dan fakta
bicara berdasar diagnosa
dia bukan penentu

***d.purnami, mei 2007

Friday, May 4, 2007

I’ll be alright

sudah selesai

titik bukan koma

bukan sampai jumpa

tapi cukup sampai disini


kembangkan senyum terindah

hembuskan nafas terdalam

tak usah ucap kata

diam pilihan yang tepat

kenangan tak usah disimpan

akan rusak saraf halus

tutup ! jangan sisakan ruang

hapus ! ambil lagi kertas kosong

goreskan indah warna dan lukis kembali

untuk sesuatu yang baru


semua akan baik-baik saja

mentari tetap bersinar

bumi tetap berputar

waktu tertap berjalan


lahir sendiri matipun sendiri

mereka hadir hanya mendukung

tuk semarakkan sandiwara hidup

semua akan berjalan sesuai cerita

dan baik baik saja


*** d.purnami, Mei 2007

kata seorang sahabat

Apa yang mungkin terjadi dalam waktu 24 jam?

Apapun bisa terjadi.

Keberuntungan, kesuksesan, kebahagiaan, rejeki nomplok atau mungkin malah sebaliknya semua yang terjadi terasa buntung, gagal, atau kehilangan dan ditinggalkan orang terkasih. bisa juga satu hari itu dilewati dengan damai dan aman-aman saja.

Hari ini aku sedang buntung, bahagia tak berpihak padaku, masalah menemani sampai harus menguras emosi. Namun saat tetesan air mata terakhir kuseka, aku teringat seorang sahabat yang pernah berkata padaku

“ seorang perempuan kalau sedang merasa senang dia tidak akan berteriak girang namun hanya tersenyum penuh arti, begitupun saat kesedihan menghampiri dia tak akan tenggelam dan hanyut, namun segera bangkit mencari pemecahan”

Thanks untuk dia, seorang sahabat yang ajari aku arti seorang perempuan.

*** d.purnami, Mei 2007

Thursday, May 3, 2007

arti hadirnya


datang tanpa ketukan

masuk menelisik menuju yang terdalam

bersemayam dan mengendap dalam lubuk.


datang dan pergi bagai sebuah musim

sisakan rindu di hati tuk dinanti

terbang tertiup angin

kembali terbawa masa

tak selamanya dapat kugenggam

hanya sisakan harapan yang selalu kurindu


resah saat penantian tak kunjung tiba

indah ketika dia kembali menyapa

merindu

mendambakannya

entah esok akan terasa sama

atau hanya hampa


angin tuntunlah tuk ikuti hembusanmu

menemui harapan memupuk rindu

agar bisa rasakan hal yang sama


*** d.purnami, 3 May 2007.

... yang terbaik '

aku tak menunduk lagi

tak akan ingkari

atau bersembunyi

dan takut


aku berani

mengetuk pintumu

menengadah

menyapamu

tanyakan jalanku


aku siap atas jawabanmu

tulus, iklas dan berserah

menerima segala hendak


kuyakin kau tak akan siakan aku

dan beri yang terbaik


*** d.purnami
Ubud, Mei 2007

Bangku panjang stasiun

malam kian pekat

aku masih terduduk di bangku panjang stasiun

menanti kereta terakhir yang lewat

berharap kau ada disana


entah sudah berapa puisi yang tercipa

terangkai dalam indah dan perihnya kata

mengenang cerita lalu tentang kita

dalam bangku panjang stasiun


tak ada kereta lagi yang datang

dingin telah menusuk tulang

syal merah kukalungkan

beri dekapan hangat


mentari telah merekah

kau tak ada di kereta terakhir itu

bangku disisiku telah terisi

Tapi bukan olehmu


*** d.purnami.
Ubud, April 2007

Sudut kecil

hanya sebagian tak utuh

kau isi satu sudut saja

dirasakan olehnya sudah penuh

dan kau dihamba penuh sahaja


Padahal bagimu dia tak cukup sempurna

Tak cukup indah untuk kau bawa

Tapi tetap kau tempati sudut kecil itu


aku datang tuk isi sisa sudut yang lain

tak diberikan ruang sedikitpun

ruang itu akan tetap kosong

hanya disisakan untukmu


aku melihat dia sempurna

dan aku ingin isi dengan penuh

pergilah kau dari sudut kecil itu

agar aku bisa isi dengan utuh


*** d.purnami April 2007

Monday, April 30, 2007

semua ada waktunya

lambaian bagai sebuah salam perpisahan
tatapan mata seolah meninggalkan pesan
amanatkan suatu saat nanti kau kan datang
hampiri lagi dalam sebuah ukuran masa

tak ada sisa pelukan atau ciuman
tuk sekedar diingat atau dikenang
untuk sebuah cerita penuh makna
yang bisa disemayamkan dalam jiwa

esok kau datang lagi untuk beri salam
atau pergi lagi karena sudah waktunya
kau hanya sisakan setangkai bunga
yang terus kusirami dengan cinta

bunga tumbuh dan berkembang
menarik kumbang yang terbang
melayang-layang dalam bimbang
hingga semua terasa hilang

semua ada waktunya
kata bijak penuh harapan yang tertinggal
menggantungkan rasa tuk kecap asa
membuat penantian tak terasa

Friday, April 20, 2007

19 April - Sebuah hari yang tercipta untukku

Pagi ini cuaca sangat cerah, tak seperti hari-hari kemarin yang selalu diselimuti mendung.
Kubuka jendela menghirup udara segar dan medengarkan kicau burung. Duduk dipinggir jendela sembari menikmati secangkir kopi panas sangat pas untuk membangkitkan semangat menyambut pagi. Pepohonan hijau dan biasan cahaya dari air kolam renang menyejukkan mata. Kutatap mentari serta merta berbisik dalam hati

“jadilah matahariku hari ini dan terangi jiwaku”


Hari ini usiaku bertambah, waktukupun kian berkurang di dunia ini.Hal itu semakin menyadarakanku untuk berusaha mengurangi berbuat dosa.

Kulirik lelakiku yang masih terbenam dalam balutan selimut, urung niatku membuka kelambu, karena tak ingin angin usik tidurnya. Belahan jiwaku yang selalu hadir dengan kesederhanaan, kesabaran dan ketulusan membuatku tetap bergadeng tangan bersama arungi kehidupan.


Tak ada pesta yang meriah dalam hari ulang tahunku kali ini. Lilin tak kunyalakan di atas kue tiramisu kegemaranku, tapi aku nyalakan diatas altar suci. Aku bersimpuh menunduk dalam waktu yang cukup lama berucap syukur aku masih bisa nikmati hidup hingga hari ini.

Matahariku telah terbenam tinggalkan senja merah yang merekah hangat. Kembali kududuk di dekat jendela resapi anugrah terindahNya, rangkaian tulip putih nampak menonjol dan indah di pojok ruangan, menyiratkan kesederhanaan dan ketulusan.

Teruntuk mereka yang mengasihiku; keluarga dan sahabat tercinta, terima kasih telah warnai hidupku menjadi lebih indah.

Tuesday, April 10, 2007

Mawar Putih Mantan Kekasih

Semangatku menyambut pagi setinggi gedung bertingkat di hadapanku, bagaimana tidak, hari ini kontrak kesepakatan kerjasama di tanda tangani, permohanan dana kami dikabulkan membuat penantian dalam proses waktu tiga bulan akhirnya membuahkan hasil. Tirai jendela kamar kubuka membiarkan biasan cahaya menerangi ruangan. Telah satu minggu apartemen ini aku tempati, menurut feng shui kamar ini memiliki energi yang bagus, kamar dengan posisi menghadap timur berarti menyambut matahari sebagai sumber energi sedangkan nomor 8 dipercaya sebagai angka keberuntungan, manisfestasi dari delapan penjuru mata angin. Kesempurnaan feng shui itu sedikit terganggu dengan pemandangan gedung di depan kamr tidurku. Logo salah satu penyedia layanan jaringan telfon seluler terlalu mendominasi pemandangan, harusnya aku mendapatkan royaliti dari perusahaan tersebut karena merek perusahaan itu begitu melekat dalam ingatan.

Lagu yang menyentak kuputar untuk menambah semangat, kugerakkan sedikit tubuh sekedar melemaskan badan. Sejujurnya aku adalah salah seorang penderita sindrom I hate Monday, aku sering tersugesti merasa malas mengawali hari setelah liburan akhir pekan sehingga hari senin akan kulewati dengan perasaan Monday blues. Tapi tidak boleh berlaku untuk hari senin ini. Kutelusuri satu per satu agendaku, diawali dengan sarapan pagi di sebuah excecutive lounge bersama seorang calon donatur dari perusahaan minyak ternama, membicangkan sebuah proyek seni rupa, kemungkinan dana akan turun mengingat sang pemilik sangat menyukai dunia seni. Telah kubuktikan sebelumnya saat aku mendapatkan akses untuk bertandang ke rumah pribadinya yang mirip galeri lukisan. Rapat kulanjutkan dengan makan siang di sebuah rumah seorang duta besar negara tetangga, misiku kali ini adalah mendapatkan dukungannya dalam membawa seorang penulis ternama untuk membuat sebuah lokakarya kepenulisan. Satu kunci lain untuk mendapatkan simpatinya adalah jangan lupa memuji kucing anggora kesayangannya. Dan agenda terkahir adalah makan malam dengan perkumpulan wanita socialite guna membuat proyek sosial yang ditujukan untuk anak-anak putus sekolah. Dari daftar tamu yang dikirimakan kulihat beberapa nama selebritis ibukota, dapat kubayangkan malam itu akan dipenuhi wanita cantik dengan tata rambut bersasak tinggi, gemerlap berlian, wangi farfum ternama dan senyum sumringah di bibir. Pastinya hariku akan bergairah ditambah beberapa jadwal tambahan menyela diantara coffee break. Kubuka lemari pakaian mencari setelan yang pas, kutemukan sebuah terusan hitam selutut, akan tampak formal jika dipadu dengan jas, untuk malam hari cukup mengganti jas dengan selendang sutra bermanik dan sepatu hak terbuka berornamen tali yang akan memperlihatkan betisku yang jenjang. Sapuan hiasan minimalis dengan fokus pada garis mata membuat mataku terlihat tajam dan segar. Sedangkan untuk rambutku yang lepek kuusapkan foam pengeras agar terlihat sedikit terkembang berkesan basah. Sebagai sentuhan akhir tak lupa kusemprotkan parfum keluaran salah satu merek kosmetik ternama. Semua itu menjadi bekal penampilanku hari ini.

Sembari memasukkan semua berkas kantor dan siap beraktivitas kubuka pintu kamar, langkahku terhenti dan tertegun dengan apa yang kulihat, seikat mawar putih berpita merah, kutersenyum dalam hati seperti perpaduan warna sang Saka tingal di kibarkan saja. Sejenak kuberfikir kalau hari ini bukan ulang tahunku, atau hari valentine dan pastinya juga bukan hari jadianku dengan Rio. Kekasihku itu tak mungkin berlaku romatis seperti ini, nyaris setahun ini kami bersama, namun belum setangkai bungapun diberikan untukku. Lelaki yang kurang romantis namun tetap memikat hatiku. Cepat kuraih kartu yang diselipkan diantara duri mawar tersebut “ Cinta kan membawamu kembali” aku terhenyak dengan kata-kata singkat itu membuatku lemas dan sepertinya hariku tak akan sukses jika dilanjutkan. Gontai dan penuh tanya kuawali langkahku menuju parkiran, kukendarai mobil perlahan sambil sesekali melirik ponselku untuk sekedar mengecek apakah ada pesan lanjutan dari si pengirim bunga tersebut, ternyata tak ada. Fikiranku meluncur ke sekian tahun lalu sebelum mengawali perjalanan cintaku dengan Rio. Lagu mantan kekasih dari Sheila on 7 mengalun dari radio yang kunyalakan menarik ingatanaku pada sederetan mantan kekasihku. Cukup banyak lelaki yang singgah di hatiku semenjak aku mulai mengenal apa artinya cinta. Pertulangan yang setidaknya cukup bagus untuk referensiku sebelum memutuskan lelaki yang tepat menjadi pendamping hidupku.

Sore hari seluruh pertemuan sudah kuselesaikan, tinggal bertemu dengan para wanita socialite. Aku meluncur sebelum macet tiba sambil menjemput seorang teman yang tinggal di sebuah apartemen kawasan Casablanca. Aku sedikit ngeri dengan pemandangan dari kamar temanku itu, sederetan kuburan dengan tanda salib berjejer rapi, belum lagi harus melewati sebuah terowongan yang konon sering dikenal dengan cerita horornya namun dia sangat menyukai kawasan apartemen ini padahal ada penawaran bagus dengan lokasi yang lebih strategis di kawasan Mega Kuningan. Makan malam dengan para wanita kaya telah usai, cukup melelahkan mendengarkan cerita mereka. Kegiatan sosial ini otomatis akan mendongkrak popularitas mereka. Tak masalah bagiku apapun tujuan mereka yang penting masyarakat kurang mampu bisa mendapatkan bantuan.

Jakarta terasa indah jika dimalam hari, kupandang kerlip lampu malam seolah –olah mengerling menarikku dan menyesatkan dalam kegairahan malam kota ini. Rio menelfon mengajak keluar menikmati angin malam Jakarta.

Babe, jalan yuk, nongkrong di Kemang”

“Uhhm, sori aku capek sekali, besok ada presentasi kerja”

“Ah, urusan kerjaan besok aja difikirnya, ayolah sayang, work hard, party hard juga dong”

“Maaf sayang, sepertinya tidak malam ini deh”

“Okay kalau begitu aku keluar dengan teman-temanku saja ya?”

“Yepp, party safe ya sayang”

Kembali kupandangi buket bunga mawar putih itu dan mengira-ngira pengirimnya. Aku teringat pada Hendra, lelaki yang kuputuskan sebelum aku menjalin hubungan dengan Rio, mungkinkah dia yang megirimakan mawar itu. Tapi sepertinya tak mungkin, karena menurut informasi dari temanku dia telah memiliki kekasih baru dan segera menikah,dan juga dia bukan tipe lelaki yang bisa memaafkan. Sederetan lelaki singgah dalam hatiku hanya dalam hitungan minggu, tak ada yang bertahan lama. Aku teridur dalam rasa penasaran.

Pagi ini aku terbangun melewati rutinitas seperti biasa dan bersiap untuk bekerja. Kubuka pintu kamar dengan perlahan, seikat bunga mawar putih kembali ada di depan pintu, cepat kuraih kartu yang terselip. “Sandra, cintaku hanya tercipta untukmu” Nyaris satu minggu setiap hari ada bunga mawar yang sama di depan kamar dari seluruh kartu ucapan yang diselipkan menunjukkan betapa dia masih mengharapkanku. Aku menaruh mawar itu dalam jamban besar, malam ini aku berjanji memasakkan calamari salad favorit Rio. Dia datang mendahului 30 menit sambil membawa sebotol anggur putih dan film terbaru. Hubunganku dengn Rio telah memecahkan rekor usia waktu pacaran kami. Rio adalah seorang kekasih yang bisa menjadi sahabat. Awal hubungan kami memang karena pertemanan, kemudian menjadi teman spesial dan akhirnya kami sepakat berpacaran. Sejujurnya waktu itu kami sama-sama sudah memiliki pasangan tapi daya tarik Rio membuatku tergoda sampai akhirnya aku memutuskan Hendra dan menjalin hubungan dengan Rio. Walaupun hubungan kami telah melewati masa satu tahun, sekalipun Rio tak pernah membicarakan komitmen akan pernikahan. Tidak seperti Dimas yang baru kenal beberapa hari telah menyatakan cinta dan ingin meminangku, tanpa fikir panjang langsung saja aku menghilangkan jejak darinya, walaupun kuakui dia lelaki yang sudah mapan, ganteng dan baik hati tapi itu bukan menjadi sebuah alasan bagiku untuk membuat sebuah komitmen. Setelah kuputuskan tak pernah lagi aku mendengar kabar dari Dimas, konon cerita dari teman, dia merasa sakit hati atas sikapku dan meninggalkan Indonesia untuk bekerja di negeri kangguru. Sambil memasak aku melirik Rio, tangannya tak pernah terlepas sedetikpun dari telfon genggamnya, jemarinya sibuk mengirimkan pesan sesekali tersenyum sendiri.

“Sms dengan siapa sayang, hati-hati nanti jempolmu kurus”

“Dengan teman-teman, mereka mengajaku jalan, bolehkah aku pergi dengan mereka? nonton filmnya kapan-kapan saja ya ”

“Uhmm, baiklah, taruh saja filmnya diatas meja kamar”

“Ok, wow.., mawar putih, tumben kamarmu dihiasi bunga?”

“Iya, karena kamu spesial”

Kutekan suaraku agar dia tidak menaruh curiga pada mawar tersebut. Aku mulai cemas dengan hubungan yang kujalin dengan Rio yang tidak pernah menyingung komitmen lebih jauh. Bulan depan adalah ulang tahunku, umurku telah memasuki kepala tiga, aku berharap dia melamarku, sering kubayangkan betapa lengkapnya hidupku mempunyai pendamping Rio dan kami memilki anak yang lucu-lucu.

Sore ini sebuah rapat di batalkan, aku menuju pusat perbelanjaan mencari gaun yang akan kukenakan makan malam bersama Rio saat ulang tahunku nanti. Sedikit tak percaya dengan apa yang kulihat, lelaki yang saat ini kucinta dan kuharapkan melamarku bergandengan tangan dengan seorang wanita lain. Hatiku bergemuruh tak sangka dihianati, seperti sebuah adegan sinetron kudekati dia dan terjadilah pertengkaran diantara kami, sepertinya Rio tak berusaha menjelaskan hubungannya dengan wanita itu.

Rio, aku minta penjelasan darimu atas semua ini”

“ Maafkan aku atas semua ini, Sandra maaf, aku tak berani jujur padamu, aku belum siap berkomitmen lebih jauh denganmu, aku masih ingin berpetualang, kutahu kamu menanti komitmenku untuk hubungan kita, tapi maafkan aku tak bisa”

Jawaban Rio membuat darahku membeku dan tak tak pernah kusangka lelaki yang kucinta menghianatiku. Mungkin benar apa kata orang, sebuah hubungan yang diawali dari perselingkuhan tak dapat menjamin sebuah kesetiaan. Rio memang tak pernah berhenti berpetualang, entah berapa wanita lagi yang akan dia arungi hatinya. Kutermenung dengan kejadian sore tadi, sakit terasa pada hatiku. Saat aku ingin serius berkomitmen, tak kutemukan lelaki yang siap kuajak berkomitmen. Mungkin memang hukuman bagiku telah menyiakan sekian banyak lelaki yang tulus padaku. Penyesalan memang selalu datang terakhir. Tiga hari lagi ulang tahunku hari terasa sepi, tak ada mawar putih, ataupun permintaan kembali dari Rio. Aku harus bersiap melewati ulang tahunku sendiri. Jam 12 pas, kuucapkan selamat ulang tahun pada diriku, lama aku tak berdoa, kini aku teringat pada Tuhan, mohon ampun pada kesalahan yang pernah kuperbuat, dan berharap Tuhan memberikan kesempatan untuk menemukan lelaki yang tepat. Hari ini sengaja aku aku mengambil cuti libur, walaupun tak ada pacar aku akan tetap merayakan ulang tahunku, pantai adalah salah satu tempat yang akan kukunjungi hari ini. Sembari mempersiapkan segala kebutuhan kudengar seseorang mengetuk pintu kamarku, kuintip dari lubang kaca kecil tak begitu kukenali tubuh itu, yang pasti adalah seorang lelaki. Kubuka pintu kamar, tak menyangka akan apa yang kulihat.

“Dimas??!!!”

“Ya, ini aku, selamat ulang tahun Sandra”

Kuterima buket mawar merah yang besar darinya dengan segala kecanggungan, aku mempersilahkan dia masuk.

“ Lama tak berjumpa denganmu, kamu makin tampak dewasa dan matang”

“Thanks, kok kamu tahu aku tinggal disini?”

“Ya, tahu aja, oh ya apa kamu memiliki acara di hari spesialmu ini?”

“Uhmm, tidak juga sih”

“Kalau begitu aku ingin mengajakmu keluar berjalan-jalan “

Tak mengerti atas sikapku, aku mengikuti ajakan Dimas dan membatalkan rencanaku menikmati liburan di pantai.

“Kapan kamu kembali ke Indonesia?”

“Sejak dua bulan lalu aku pindah kerja disini”

“Bagaiaman kamu tahu aku tinggal disini?” Pertanyaan ini kuulang, karena aku masih penasaran bagaiaman dia tahu tempat tinggalku yang baru.

“Maaf, tanpa maksud mengintaimu, aku tahu seluruh kegiatanmu hingga orang yang dekat denganmu”

“Wow.. kamu telah mengintai dan memasuki area pribadiku”

“Bukan maksud hati seperti itu, hanya memastikan kamu baik-baik saja”

“Tapi kamu tidak bermaksud menjadi malaikat penyelematku kan?”

“Andai kamu tidak keberatan aku ingin menjadi malaikat hatimu”

“Dimas, kamu sedang tidak menanti penolakan dariku untuk kedua kalinya bukan?”

“Aku akan terus mencoba hingga kau lelah menolaku atau seseorang telah meminangmu. Selama kamu masih belum dimiliki oleh seseorang, tak salahnya aku mencoba bukan? Bagaimana dengan mawar putih yang kukirimkan, apa kau menyukainya? “

Kuterdiam sepanjang perjalanan, tak menyangka akan semua hal yang terjadi, mawar putih, diputuskan oleh Rio, ulang tahun bersama Dimas. Apakah ini jawaban dari doaku semalam?.

Friday, March 23, 2007

.... dalam kerentaan

Apa yang anda fikirkan tentang umur diatas 70 tahun?

Kerentaan, kulit keriput, aktivitas yang minim, badan membungkuk dan sakit-sakitan. Mungkin hanya sedikit orang yang menikmati hari tuanya dengan kesehatan yang cukup fit.

Apa juga yang anda fikirkan jika usia kita sampai di umur sekian, apakah kita masih didampingi oleh orang terkasih, atau mungkin saja tidak. Saya terpaku di depan cermin, mengamati wajah, rambut dan kulit, 40 tahun lagi saya akan menyerupai mereka dan itupun kalau saya masih bisa bertahan hingga usia itu.

Makan malam hari ini memang spesial, dari menu yang dihidangkan hingga tamu yang hadir diatas usia 60 tahun. Semua masakan dibuat lembek dan melalui proses blender layaknya bubur saring, menu pembuka menghadirkan sup labu yang hanya berisi garam dan merica, menu utama hanya kentang rebus ditumbuk lembek dan daging ayam yang sudah lunak dan ditutup dengan pudding coklat yang manis. Saya adalah orang termuda yang duduk diantara mereka, rasanya seperti suster sebuah panti usia lanjut. Mungkin ini merupakan makan malam tercepat saya, semua makanan lewat dengan gampang ditenggorokan seperti minum jus tak perlu mengunyah tinggal menyeruputnya, sehingga meringakan beban usus saya.

Seusai makan malam ditemani Red wine sebagian dari mereka mengisi Sudoku, main Mahjong dan membaca buku. Sebagai lansia dari negara barat, menghabiskan sisa hari tua di pulau Bali merupakan hal yang indah, sebagian dari merekapun berharap dapat meninggal di pulau dewata ini. Saya masih duduk di antara mereka dan memikirkan apa yang para lansia Bali lakukan dalam mengisi aktivitasnya.. Beda tempat beda juga budayanya, Lansia di Bali dalam kesehariannya, pagi hari membeli bubur untuk sarapan, siang hari ditugaskan mengemong cucu, sore hari latihan persantian, mejangeran ataupun senam, petang hari para dadong mejejahitan dan para pekak meminum tuak. Tapi tak semua lansia di bali menikmati hari tuanya dengan bahagia, sebagian dari mereka masih harus tetap bekerja mencari isi perut dalam kerentaan, tak hanya menanggung sakit namun masih harus membanting tulang mempertahankan hidup.

Salahkan mereka yang bernasib kurang baik berharap sebuah kehidupan baru yang nantinya diharapkan mampu menolong mereka mengakhiri penderitaannya. Atau berdoa memohon agar Tuhan cepat-cepat mengambil jiwanya?

Sambil memandangi para lansia dari negara barat itu bermain Sudoku, saya bertanya kepada seorang tuan menir dari belanda.

“ Tuan menir, sebenarnya untuk apa bermain Sudoku?”

“Ya untuk melatih otak agar tetap aktif dan mempertahankan kecerdasan otak”

Saya berfikir, kenapa harus memaksakan diri mempertahankan kecerdasan otak jika memang sudah waktunya beristirahat. Tidakkah mereka siap menerima kondisi kerentaan mereka ? inikah ketakutan mereka saat-saat kerentaan menghampiri

Saturday, March 17, 2007

Selamat Hari Raya Nyepi


Adakalanya saat kata tak perlu diucapkan dan tanpa makna
dan mata tak perlu nanar dengan segala goda kasat mata
atau telinga tak perlu bingar dengan sorak sorai suara
Saatnya aktivitas dihentikan untuk sejenak

Nikmati keheningan dalam diam dan sepi.
Merenungkan yang terjadi kemarin dan berharap akan esok yang lebih baik.
Selamat merayakan hari raya Nyepi.
Semoga keheningan hadirkan damai dalam jiwa.

Tuesday, February 27, 2007

Waktuku Telah Tiba - Cerpen

Balipost, 25 Februari 2007

Hari minggu pagi ini secangkir teh hangat menjadi spesial ketika saya membuka halaman demi halaman Balipost, tak hanya karena saya memang sering tersenyum membaca tulisan seorang teman wartawan dalam Bali Orti yang mengisi kolom Bungklang Bangkling, tapi senyum saya semakin merekah saat cerpen pertama yang saya kirimkan ke redaksi Balipost dimuat.
Cerpen Waktuku Telah Tiba, menjadi sebuah momentum komitmen dan kesiapan bagi saya untuk bertanggung jawab pada dunia tulisan. Cerpen tersebut awalnya berjudul "Bocoran Ilahi " yang telah saya postingkan di blog ini, kemudian pada tanggal 14 Februari saat semua orang sibuk merayakan cinta dan kehidupan, saya bergulat dengan bocoran ilahi dengan pemotongan dan penambahan kalimat disana sini dan akhirnya menelorkan judul baru waktuku telah tiba.
Untuk sahabat-sahabat pengunjung blogger Galangbulan cerpen waktuku telah tiba saya postingkan kembali.

Waktuku Telah Tiba

Oleh : Kadek Sri Purnami

Ruang konsultasi lelaki itu tak pernah sepi di kunjungi oleh mereka yang ingin menanyakan tentang ramalan nasib, peruntungan, jodoh, dan rejeki. Telah empat jam aku menunggu dia selesai meladeni para kliennya. Aku datang bukan untuk diramal namun karena aku telah lama tidak bertemu dengannya. Kupandangi foto lelaki itu diruang tunggu. Hampir tiga tahun aku tidak bertemu dengannya, badannya sedikit kurus, uban putih mengkilat menyela diantara warna hitam. Dia nampak semakin dewasa, tampan dan mapan. Lelaki yang pernah mengisi hatiku selama enam tahun dan akhirnya kulukai hatinya. Tak pernah sedikitpun aku menyangka dia akan menjalani profesi sebagai seorang peramal, waktu telah merubah hidupnya. Aku teringat saat mendampinginya wisuda untuk meraih gelar sarjana hukum.
Seorang asistennya mempersilahkan aku masuk setelah seorang kliennya keluar dari ruangannya. Hatiku sedikit bergetar ketika aku memasuki ruangannya. Udara dari pendingin ruangan menyergap dan langkahku sedikit ragu untuk menemuinya.
“ Hai” sapaku canggung dan membuatnya menengadah dengan tatapan tak percaya dalam rasa keterkejutannya.
“ Maya itu kamu? apa kabar? kenapa tumben, ada yang bisa aku bantu? “
“Kabarku Baik, aku kebetulan lewat dan ingin mengunjungimu”.
“Kamu datang sendiri, suamimu dimana?”
“Banyu sedang keluar kota”
Ada nada yang mebuatku tidak enak hati saat mendengar dia menanyakan Banyu. Tak mungkin aku berani mempertemukan mereka. Banyu tidak pernah tahu tentang masa laluku dengan Angga. Ini adalah pertemuanku yang pertama dengan Angga setelah menyandang status istri dari Banyu, seorang pengusaha kaya dari keluarga terpandang. Suasana terkesan kaku diantara kami. Tak berani aku menatap mata Angga, aku takut terseret kembali kepada perasaan yang tak pernah kulupakan.
“ Maya, sepertinya suasana ruang kerjaku kurang nyaman untuk kita mengobrol, kalau kamu tidak keberatan aku ingin mengajakmu makan malam. Aku sadar berlaku kurang sopan terhadapmu, mengajak istri orang untuk keluar makan malam saat suaminya sedang tugas keluar kota”
“Tidak apa-apa”

Aku menunggu dia merapikan berkas-berkasnya. Aku memilih untuk tidak satu mobil dengannya agar aku dapat menenangkan gundahku, kuikuti mobilnya yang merayap di malam kota ini. Aku masih tidak percaya dengan tindakanku yang tidak terkontrol untuk menemuinya tanpa alasan yang tepat. Hasrat sesaat yang ingin mengetahui kabarnya begitu menggebu. Angga berbelok menuju salah satu restoran yang tidak begitu terkenal yang jauh dari keramaian. Kuyakin dia juga ingin menjaga statusku sebagai nyonya Banyu. Kami duduk saling berhadapan, dia menatapku dengan hangat, sama dengan sekian tahun yang lalu. Kuredam rasa yang kembali bergetar, sepintas kulirik cincin yang melingkar di jemari Angga. Mungkinkah dia telah menikah tanpa aku ketahui.
“ Maya, bagaimana dengan kehidupan cinta dan keluargamu ? Angga mebuyarkan lamunanku.
“ Kehidupanku biasa saja, keluarga baik dan sehat”
“ Maaf, apakah kamu sudah mempunyai anak dari buah perkawinan kalian?”
“ Belum”
“ Kenapa, apa kamu masih mau berkarir terus seperti cita-citamu dulu?”
“Haruskah aku menjawab?” tanyaku pelan
“Maaf, kalau pertanyaanku membuatmu tidak nyaman”
“Terus ada angin apa kamu tumben menemuiku setelah sekian lama?”
“Masa kamu sebagai peramal tidak tahu tentang kedatanganku”
“Jangan ungkit-ungkit masalah profesiku disini, walaupun aku sebagai peramal aku tidak mendapatkan pawisik kalau aku akan bertemu denganmu”
Tawanya renyah berusaha mencairkan suasana yang terasa sedikit canggung.
“ Angga, maaf apakah kamu sudah berkeluarga?”
“ Kamu melihat cincin ini? Ya, aku telah menikahi seorang wanita setelah 2 tahun pernikahanmu berlangsung yang tanpa undangan darimu.”
“ Kalau boleh tahu siapa wanita yang telah menggantikan posisiku dulu”
“ Dia wanita yang hebat dan manis. Dia menggantikan posisimu, karena kamu telah meninggalkannya”
Aku mencoba tetap tenang dengan sindirannya yang pedas. Wajar saja Angga terluka atas sikapku yang meninggalkannya begitu saja seolah-olah janji dan kata cinta yang pernah terucap tiada arti dan mempunyai kekuatan.
“Apakah kalian telah mempunyai anak?”
“Aku sama sepertimu, belum memiliki anak. Aku telah bercerai. Karmaku hanya sampai disitu denganya, entahlah kehadirannya tetap terasa hampa karena aku tak pernah bisa mencintainya dengan jujur ”
“ Maafkan aku Angga, sejujurnya perasaan bersalah meninggalakanmu masih membuatku tidak enak. Tapi apa yang dapat kulakukan, jika orang tuaku telah mempersiapkan semuanya dan demi nama keluarga aku harus mengikuti kata orang tuaku dengan menikah bersama Banyu. Tak hanya kamu yang sakit, akupun sakit menjalaninya. Tapi aku yakin kamu jauh lebih kuat dariku. Dan saat ini kuberanikan diri untuk menemuimu dengan segala resiko karena aku tak bisa lagi memendam rasa ini.Untuk menemuimu memang harus dengan perjuangan menunggu selama 4 jam”
“Apakah 4 jam terasa berat dan lama bagimu?”
“Ya, pastinya aku harus sabar mengantri diantara sekian banyak klienmu”
“ Tapi pernahkah kamu membayangkan kalau ada orang yang masih tetap setia menunggumu sekian tahun lamanya mungkin hingga esok dan lusa?”
Aku menyadari arah pembicaraan Angga. Dia masih terluka sampai hari ini atas penghianatan cintaku padanya. Dan kini aku kembali menemuinya membuka luka lama
“Angga, maukah kamu meramalku?”
“ Bukankah kamu tidak begitu percaya akan hal-hal seperti ini. Seingatku kamu berfikir sangat logis, tak percaya ramalan.”
“Ya, kini aku ingin percaya, Ayo Angga ramalah aku dan ceritakan padaku hal yang baik-baik saja”
“Baiklah, dari dulu aku memang tidak pernah bisa menolakmu. Semoga aku melihat hal yan baik-baik saja”
Angga meraih tanganku, dan memperhatikan garis-garis tanganku. Sentuhannya begitu hangat mengingatkanku saat dulu kami sering berpegangan tangan. Kucoba menyembunyikan rasaku padanya. Betapa aku masih mencintai dan merindukannya.
“Apa yang kamu lihat Angga?, tanyaku dengan hati-hati
“ Semuanya baik-baik saja, karirmu makin bagus”
“Baguslah”
Angga masih menggenggam tanganku dan kini dia menatap mataku dalam.
“Maya, ceritakanlah padaku dengan jujur masalah yang sedang kamu simpan, kamu tak bisa menyembunyikannya dariku”

Kutarik nafas dalam dan menunduk, hanya Angga yang kupercaya sejak dulu, dan seberapapun aku menyakitinya dia tidak akan pernah membenciku. Karena kutahu betapa besar cintanya padaku.
“ Angga, Aku tidak bisa memiliki anak, aku merasa telah gagal menjadi seorang wanita dan aku ingin bercerai dengan Banyu”
Angga mendekapku dengan hangat dan dalam sambil berbisik
“Maya, perceraian bukanlah solusi dari masalah kalian, aku melihat ada masalah yang lebih berat yang menyangkut tentang dirimu, ceritalah jika kau ingin”
Aku melepas pelukan Angga, dan berusaha untuk tersenyum dan tegar.
“Aku tidak mempunyai masalah lainnya. Hanya itu saja, sepertinya aku harus pulang dulu sudah agak malam”
“Baiklah jika kamu memang tak ingin berkata jujur padaku. Hubungi saja kapan kamu siap jujur padaku. Dan ingat waktu itu akan tiba”

Pertemuanku dengan Angga, membuka kembali kenangan masa lalu dan cinta diantara kami. Aku berusaha menghindarinya setelah pertemuan itu, karena aku takut Banyu mengetahui pertemuan kami. Hari ini aku libur dari kantor karena kondisiku tidak sehat. Kubuka laptop sekedar mengecek email yang masuk. Satu pesan kudapati dengan judul “ Waktu itu telah tiba”

“ Teruntuk Maya,
Ada satu hal yang belum aku sampaikan padamu tentang sebuah rahasia Tuhan yang disampaikan padaku. Jujur, tak kuasa aku menyampaikan padamu karena aku tak ingin pertemuan itu menjadi yang terakhir. Seperti biasa kamu akan selalu datang dan menghilanng dariku sesuka hati. Aku ingin bertemu kembali denganmu, tapi aku yakin tak mungkin. Kamu tak pernah bisa membohongi dan menyimpan rahasia dariku, kamu lupa kalau aku adalah peramal yang bisa membaca jalan kehidupanmu. Masalahmu tak hanya karena kamu tidak dapat memberikan keturunan dan akan bercerai dengan Banyu. Tapi, kamu sedang sakit, dan niat cerai itu adalah permintaanmu karena ketakutanmu pada penyakit yang kamu derita. Aku tahu kamu ingin meninggal tanpa disaksikan siapaun karena kamu tak ingin menyisakan pedih terhadap suami dan keluargamu. Maya, kamu bisa merahasiakan tentang kanker rahim yang kamu derita kepada keluargamu, tapi kamu tidak bisa merahasiakannya padaku. Dan kutahu waktumu tinggal sesaat. Maya ijinkanlah aku menjadi orang yang menemanimu saat-saat detik terakhir waktu menjemputmu.”

Email dari Angga membuatku termenung, tapi aku telah memutuskan untuk sendiri. Aku tak ingin menyakiti hati Banyu dan keluarganya juga tak ingin membebankan Angga. Hampir sebulan email dari Angga tidak aku balas. Dan kini aku tinggal di sebuah apartemen seorang diri. Aku telah mengajukan surat cerai kepada Banyu, agar dia dapat mencari wanita lain yang bisa memberikannya anak. Beberapa hari ini perutku terasa sakit sekali, kuyakin waktuku telah tiba. Angga selalu terbayang dalam benakku. Aku memutuskan untuk mengirimkan pesan singkat untukknya.
“Angga, jika kamu ingin menemani sisa waktuku, temuilah aku sekarang”
Tak selang berapa lama angga telah datang dengan membawa seikat mawar merah dan mengenakan jas hitam.
“Angga, apakah waktuku telah tiba?”
Angga hanya terdiam dan menggenggam tanganku.
“ Maya, kenakanlah gaun ini, aku ingin menikah denganmu walaupun untuk sesaat”
Angga menyisir rambutku, mengenakan gaun hitam terindah bersulamkan manik-manik, memoleskan lipstik pada bibirku yang pucat.
“ Maya maukah kau menjadi istriku?”
Aku hanya mengangguk pelan dalam tangis, Angga memasukkan cincin bertahtakan berlian serta merta menciumku dengan lembut.
“Angga, kamu jangan menangis, kamu harus kuat”
“Maya, aku telah menangis sejak kamu menemuiku beberapa bulan yang lalu. Disaat orang-orang masih menikmati kecantikanmu dan kerianganmu, tapi aku telah menangis menghitung waktu. Sejak malam itu aku telah melihatmu seperti mayat yang berjalan dan semakin membaut hatiku terluka. Maya, waktumu memang sudah tiba. Karmamu di dunia ini hanya sampai disini saja.

Tak ada yang lebih menyakitkan dalam hidupku saat meramal kematian seorang kekasih yang teramat kucintai. Sebelum kamu menghembuskan nafas terakhirmu, aku ingin kau tahu satu hal bahwa cintamu tak akan pernah tergantikan. Cintamu selalu mengisi seluruh ruang dalam hatiku hingga kapanpun. Bawalah cintaku pergi bersamamu, jangan bawa penyesalan dan kesedihan. Maya, cintamu akan selalu kusemayamkan dalam hatiku.
Pergilah dalam damai dan cinta.

14 Februari 2007

Tuesday, February 13, 2007

Pengorbanan Si Pohon Untuk Istri Tuanku Raja

Aku dan teman-temanku sudah berumur 15 tahun, aku ditanam oleh orang-orang sewaktu sedang gencar-gencarnya lomba desa. Kini aku tumbuh kokoh dan rindang. Aku selalu memberikan kesejukan kepada orang-orang yang melintas di bawahku. Aku juga rajin menyerap polusi yang dikeluarkan asap kendaraan walaupun kadang paruku rusak sehingga membuat kulitku keriput, daunku mengering, kuning dan layu. Sesekali Pak Wena menyiramku menghilangkan dahaga dan menghanyutkan debu yang menempel atau mencukur dahanku yang menjulang melewati kabel telefon ataupun menjulur ke ruas jalan.

Hari ini aku menyaksikan orang-orang berpakaian hitam keluar masuk halaman Puri, kudengar istri dari tuanku raja meninggal. Aku merasa sedih. Temanku si Bambu telah dipotong dan dikumpulkan hampir menjadi 2 truk, dia berkorban untuk menjadi fondasi Bade yang akan dipakai menggusung Istri tuanku raja ke pemakaman. Orang-orang tidak beraktivitas normal semua disibukkan dan berkorban untuk istri tuanku raja mempersiapkan semua perlengkapan upacara pemakaman. Belum lagi tumbuh-tumbuhan lain yang tegolong si sayur mayur dan si rempah, hampir 1 truk di jadikan lawar. Tak hanya kami dari bangsa tumbuhan, tapi dari bangsa hewanpun juga berkorban, si babi, si bebek dan si ayam entah sudah berapa puluh ekor yang mati untuk melengkapi semua upacara. Sedangkan aku pohon perindang jalan belum berkorban apapun hingga detik-detik terakhir.

Aku kagum dengan apa yang di korbankan oleh si bambu dia berhasil membentuk Bade dengan tinggi nyaris 15 meter dan lebar hampir 7 meter. Belum lagi Naga banda yang terkesan sangat angker, bisik-bisik dari orang, Naga banda ini akan dipakai untuk mengantarkan roh istri tuanku raja ke sorga, tak sembarang yang boleh membuat naga banda, hanya mereka yang dari keturunan raja saja. Kalau begitu apakah sorga diperuntukkan bagi mereka yang berkasta tinggi dan kaya saja? Hari Pengabenan sudah semain dekat. Semua orang melakuan kegiatan dengan tulus sebagai bentuk penghormatan kepada keluarga puri disamping adat yang memang dianut oleh masyarakat setempat.

Aku mendengar pertengkaran antara anak dari tuanku raja, mereka berselisih pendapat. Dari kabar yang kudapat dari si angin mereka memperdebatkanku.

“ Kita harus menebang pohon disepanjang jalan ini agar tidak menghalangi, karena ukuran bade kita besar sekali, nanti tidak bisa lewat”
“Kenapa harus mengorbankan pohon dan menebangnya? Bayangkan saja pohon seperti ini tumbuhnya lama sekali kalau ditebang sekarang, 15 tahun lagi baru punya yang seukuran ini. Tidakkah ada jalan lain, mungkin dahannya saja yang dipangkas?
“Tidak pokoknya harus ditebang”
“Aku tidak setuju !!”, Kenapa saat kamu merancang Bade tidak megukur kapasitas jalan raya dulu dan disesuaikan agar tidak usah memotong pohon?”
“Aku pokoknya mau membuat bade yang megah, besar dan wah dan tidak kalah oleh puri lainnya”
“Buat apa bade yang besar, toh jasad ibu ratu hanya seukuran kita tak bisakah badenya diperkecil? Apakah jika ukuran bade dibuat lebih kecil akan mengurangi makna?”
“Ah kamu itu tau apa, pokokya aku mau upacara kali ini menjadi yang tebesar karena kita adalah keturunan raja”
“Bisakah semua upacara ini kita buat secara sederhana, kuyakin ibu ratu bisa menerima”
“ Sekarang aku yang berbalik bertanya padamu, Tidakkah kamu malu jika semua dibuat sederhana, martabat keluarga kita akan jatuh? Kamu masih ingat pengabenan ibu suri di puri sebelah yang di hadiri oleh ribuan orang dan memadati sampai desa sebelah dan juga disiarkan di berbagai media? Aku tidak mau kalah dari mereka !!!”
“Terserah kamu saja, yang pasti aku akan lebih suka jika semua upacara berjalan sederhana tanpa mengurangi makna”

Aku tersentak dengan kata terserah, berarti bade itu akan melewati jalan ini dengan ukuran yang besar dan artinya kami harus mati. Kupejamkan mata sambil menangis bersama teman-temanku mendengar denging suara mesin pemotong pohon yang menderu. Itu berarti waktuku telah tiba, satu persatu kusaksikan teman-temanku roboh langit biru tampak jelas. Tak satupun diantara teman-temanku yang selamat berdiri kokoh. Mereka semua tumbang seiring pengorbanannya terhadap istri tuanku raja.

Itulah cerita pengorbanan keluarga kami, pohon yang yang di potong saat upacara pengabenan istri tuanku raja. Aku selamat tidak dipotong karena aku berada diluar jalan tersebut, kini setelah pemerintah kota mendapakan kritikan dari berbagai masyarakat, Pak wena kembali membawa teman-teman untukku dan mereka ditanam kembali disepanjang jalan raya, teman-temanku masih kecil dia berukuran dengan tinggi 50 cm dan masih harus di pagari bambu agar tidak diusik oleh ayam dan anjing yang jahil. Mungkin 15 tahun lagi mereka akan tumbuh seperti aku.
Tapi apa yang terjadi jika anak dari tuanku raja meninggal? Apakah teman kecilku akan berkorban kembali sama seperti teman-temanku yang dulu? Semoga saja saat itu tiba semua upacara bisa dilakukan dengan sederhana tanpa mengurangi makna dari upacara itu sendiri.