Tuesday, April 5, 2011

Mengemis Waktu

Tak malu menatapmu,
Mengemis waktu,

Walau terlalu lusuh untuk menyapamu
Hati yang sobek penuh compang camping
Tubuh anyir penuh kotor
Tapi tak malu menghadapmu

Mengemis,
Memohon belas kasihanmu
Berikanlah waktu lebih panjang
Untuk selesaikan jalan takdir yg tergores.
Maka aku dg tegar akan menjalaninya.

aku akan terus mengemis padaMu.

RS- 27 feb 2010
Kadek purnami

Tanpa Pesan

Saat berada pada titik terendah hidup.
Semua menjadi berarti atau tiada arti.
Antara jalan terus atau berhenti.
Keyakinan lenyap,
Kepercayaan sirna,

Adakah yg berati saat itu?
Adakah yg akan menolong ?
Perjuangan adalah kata yg berat, tak ingin mengerti, bahkan mengucapkannya.

Saat titik terendah dalam hidup
Ingatan begitu tumpul
Tak paham tentang hidup
Tak merasa apa yg indah
Tak ada logika

Detik detik waktu dipenuhi rasa khawatir.
Fikiran dilintasi gambar-gambar yg berlalu lalang yg berusaha mengais ingatan diantara perjuangan waktu.
Lidah kelu tak ingin bicara.

Waktu terasa kian habis dan berarti..
Berjuang dengan skenario terburuk hidup
Nafas pendek-pendek mencekat ditenggorokan
Telinga mendenging,pandangan menjadi hablur, tubuh menggigil, merasakan dingin yg amat menjalar dari ujung jari kaki merambat naik mendekati jantung
Mencoba mencari nadi, menghitung denyut yg ada dan tiada sesaat menghilang dan muncul lagi,
Fikiran membuat skenario terburuk inikah saatnya berpulang?

Ah..
Tunggu sebentar..
Saya sedang sendiri
Beri waktu sedikit lagi

Tiba-tiba dengan waktu yg begitu sedikit, ingin rasanya melakukan banyak hal.
Saya ingin mendengar suara yg seindah beledu yg memberi rasa nyaman seperti morfin.
" Sayang, katakan kau mencintaiku "
Dan aku akan membalasnya
" terima kasih telah mencintaiku dengan baik"

Apakah hanya itu yg ingin dilakukan?
Tentu tidak,
Aku ingin menghubungi ibu, kakak, keponakan, sahabat dan bilang pada mereka semua bahwa aku mencintai mereka.
Tapi apakah waktunya cukup ?

Tak hanya cinta yg ingin kukatakan
aku ingin menyelesaikan lukisanku
Ingin pergi ketempat yg aku suka
Harus mendelegasikan pekerjaan
Dan banyak lagi yg ingin kulakukan..
Tapi waktu tak ada..

Jika waktu sedikit cukup meninggalkan pesan singkat saja.. Minimal sempat memberi tanda..

Aku menimang
Dalam skenario terburuk,
Aku harus pergi..
Ada ayahku yg menunggu jadi tak perlu khawatir, matipun aku akan baik-baik saja bersama ayah.
Ah ayah tak punya cinta seperti belahan jiwaku..

Semua menjadi begitu kacau,
Nafas menjadi semakin pendek,
Tubuh semakin dingin
Dan aku berkata pada diri
" Boleh kok pergi tanpa meninggalkan pesan, tanpa menyelesaikan yg belum selesai tanpa pamit pada siapapun,
Membawa semua rahasia, ingin, dan cinta bersama diri"
Lahir sendiri, pulangpun sendiri..
Kulepas semua resah,
Dan semua menjadi begitu terang,
Nafas menjadi ringan, tubuh menjadi hangat dan senyumpun tersungging dari bibir.

Tak perlu ada pesan untuk siapa-siapa.

Ubud, 21 februari 2011
Kadek purnami

bukan orang biasa

Aku melawan,
Ringkihnya tubuh ini
Rapuhnya jiwa yang gigil
Lemahnya mental seorang pecundang
Fikiran yg liar tak berbatas
Rasa takut yg berlebih
Khawatir yang tak mengenal logika
Kecemasan yg membunuhku pelan.
Aku melawan karena aku bukan orang biasa,

Aku menerima,
Menelan belasan butir pil setiap harinya
Meminum bertakar-takar sendok obat
Bergelas -gelas ramuan pahit
Aku menerima karena aku bukan orang biasa.

Aku menghindari kedai kopi,bar,
cukup segelas air putih hangat saja untukku,
Aku mengindari Berbagai makanan enak yang menggiurkan biar kutelan ludah saja..
Aku menghindar karena aku bukan orang biasa

Aku tak beraktivitas energik seperti kalian, nyaris enam dari bagian organ tubuhku tak berfungsi dengan baik,
Aku tak bisa banyak bicara dan tertawa harus lebih banyak diam,
Dan kau tahu, banyak hal yg tidak bisa aku lakukan dengan normal,
Karena aku bukan orang biasa.


Ubud, 20 februari 2011
Kadek purnami