Wednesday, July 29, 2009

22:11 Angka kembar

22:11

Adalah angka yg terakhir kuingat.


Paru-paruku seperti tak bisa kuajak bekerja sama.


Pompa saja jantungku!
Buatkan aku kejutan.
Biar aku terbangun dan terhenyak kembali.
Menatap jalang dunia ini.



Angka 22:11

seperti tak berganti,
Tak menambah detikpun
Diam, tak ada suara tik tik tik
waktu menjadi vakum.


Tak usah seret tabung oksigen itu!
Tampar saja aku, siapa tahu aku terbangun dan menggeliat.


Kalau tak berani menamparku atau memompa jantungku,
Menyingkirlah kalian dari tubuhku, karena hanya buat aku makin sesak saja.
Semua oksigen yg harus kuhirup habis oleh kalian yg semua berlubang hidung besar.


Arghhh!!!!!
jangan jejalkan selang itu ke hidungku, hanya udara kecil yg keluar, seperti udara yg ditiup dari pipet kecil. Tak membantu!


Aku butuh banyak oksigen!
Mungkin seperti angin yg keluar dari kompresor untuk mengisi ban mobil.


Ayo tampar aku biar aku bangun, jangan malah menangis.


Ah kalian memang bodoh!
Air mata tak akan menolongku.
Lihat kakiku sudah dingin,
Lututku bergetar.

Waduh,
Kenapa kalian malah panik.

Hey hey hey....
Cepat genggam tanganku yg mulai beku.
Beri aku hangat.


Tolol !
Semua tolol.


Nafasku sudah tersendat bodoh!
Tenggorokanku sudah tercekat.


Ah sudahlah,
Kalian tak bisa kuharapkan.


Lidahku sudah kelu tak bisa lagi aku bicara pada kalian.


Aduhhh kalian malah menambah dingin badanku dengan jatuhan air mata.


Hey..
Mataku sudah berkunang dan semua berputar, mulai tampak gelap.


Aduhhhh !!!!!!
Sakit sekali ada yang mau keluar dan menembus dadaku.


Aghhhhh tolong pegang tanganku.


Dia keluar!


Tit.. Tit.. Tit.. Tiiiiiiiiiiiiiiiiitttttttttt


22:11

Angka itu kembar.


Ubud,22:11 malam
29 Juli 2009
Di tempat tidurku

D.purnami
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Pohon di seberang jendela

Siang ini aku duduk di jendela kantorku memandang bukit yg terhampar luas.


Kami mengenali pohon demi pohon yg ada.


Pohon cinta.

Pohon yg telah memberi teduh terhadap sekian banyak pasangan yg sedang di mabuk asmara.
Entah sudah berapa kata cinta dan sayang yg terekam di bawah pohon itu.
Pohon yang tumbuh rindang oleh pupuk yg bernama cinta.


Seperti cinta, kadang manis kadang pahit, pohon itupun mengikuti musim, berwarna hijau dan berganti merah saat semi kemudian gugur.


Tak hanya pohon, ilalangpun tumbuh rimbun dan tinggi, menari gemulai di tiup angin.
-----


Ilalang gairah.

Di dalam semak diantara ilalang yg bergoyang, sekian banyak pasangan telah menumpahkan gairahnya.


Bibir yg saling memagut, pelukan yg bukan lagi hangat tapi panas, bra yg terjatuh lunglai, dan kancing celana yg tak lagi berfungsi.


Diantara Ilalang mereka menumpahkan gairah.
---------


Pohon pre wedding.


Pohon ini kerapkali di jadikan sandaran oleh para calon pengantin.


Sekian harapan tentang masa depan bahagia calon pengantin terekam di pohon ini, tak hanya dari balik lensa kamera.


Sekian banyak photo pre wedding yg sudah berlatar pohon ini ug dipenuhi senyum penuh harapan.

---------


Pohon berpenghuni.


Pohon yg jarang disentuh oleh manusia karena dengan radius sekian meter telah memberi aura magis.


Pohon berpenghuni tak perlu memasang tulisan jangan mendekat, tanpa itupun manusia tak berani mendekat.


Hanya makhluk halus yg tak nampak oleh kasat mata menjadikannya istana.

--------

Begitulah aku memandang sekian banyal pohon dari jendela kantorku.


3 pm dengan secangkir kopi.
Ubud,29 Juli 2009
D.purnami
Powered by Telkomsel BlackBerry®