Wednesday, December 30, 2009

Semoga selamat di tahun 2010

Waktu; lagi-lagi saya terpukau oleh yang namanya waktu. Selain kata cinta, nafas, nadi, kata waktu bagi saya sangat dasyat. Menghipnotis semua mahluk yg berakal dan berbudi.

Bagaimana tidak, hanya waktu yg menjadi saksi atas bertumbuhnya hidup fisik, fikiran dan firasat.

Kenapa ada terompet, pesta, harapan baru, tekad dan semangat baru tiap menyambut tgl 1 januari? Karena waktunya telah tiba.

Jadi mungkin seperti mengikuti jadwal saja utk selalu beresolusi, berharap tiap awal tahun.

Sedikit perlu penyadaran diri, bahwa tanpa disambut, dirayakan dan dipestakan, tanpa dilepas matahari sore 2009 dan disangsong matahari 2010,
waktu tetap berjalan.

Tanggal 31 desember akan tetap lewat, karena tak ada lagi yang bersepakat ada nama bulan lain lagi setelah desember. Kita semua menerima dan sepakat kembali berhitung bulan januari bertanggal 1 bukan tgl 32. Begitulah kita semua hapal dan meresapkan siklus waktu yg dasyat ini ke dalam diri manusia.

Apa makna selamat tahun baru ?
Apakah selamat membuat harapan baru? Hidup yg lebih baik dr sebelumnya?
Atau semoga selamat melewati th 2010?
Apapun maknanya tetap sah dan boleh-boleh saja.

Memandang subuh;
melihat bulan tergantikan oleh matahari, menyaksikan bintang yg bersinar menjadi lenyap dan digantikan oleh berkas cahaya matahari, mendengar ayam berkokok, burung berkicau tanpa paham yang namanya detik waktu.
Merasakan udara basah yg menjadikannya embun di pagi hari.
Semua itu terjadi saat manusia terlelap. Apakah kita terus harus merasa hebat?

Semoga semua selamat di tahun 2010, dan tersadar oleh waktu kita yang semakin hari semakin sedikit. Bahwa tubuh manusia dibuat terbatas oleh waktu.
Tak berlebihanlah jika kita eling saudaraku.

Semoga selamat melewati th 2010.

Salam kasih embun pagi.
D.purnami.
30 desember 2009
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Saturday, December 19, 2009

Selamat pagi dokter !

Ayam sudah berkokok dok,
Bukankah itu pertanda pagi akan datang sebentar lagi?
Mentari kabarnya telah terang di merauke.

Maaf saya membangunkan dokter terlalu pagi,
Ada hal besar dikepala saya.
Tak sabar saya ingin mengkonsultasikan pada dokter.

Hmmm mungkin sebesar telur naga eragon? Ah tapi pink meranum seperti buah naga.
Sebaiknya saya goreng ceplok saja hal besar itu, atau di jus biar manis dan sehat?

Sebentar dok, saya menyeduh kopi dulu, kata dokter, secangkir sehari masih boleh kan ?


Ah ini sudah benar-benar pagi dokter.

Saya senang, pil dari dokter membuat saya terjaga hingga pagi.


Janji dok saya tidak akan bandel lagi.

Dan hal besar dikepala saya akan semakin besar dok.


Ubud, 19 desember 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Rumah baruMU

... Beri aku jalan pulang menuju rumahmu.
Tunggu aku di depan pintumu.
Biarkan aku selalu disampingmu.
Tertidur hening...
Dalam rumah BaruMu.


Ubud, 18 desember 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Friday, December 18, 2009

Aku dimana?

Mereka perempuan-perempuan berukuran bra 36/38 cup B.
Bukan bra berenda tapi bra katun polos warna senada kulit, kancingnya put atas putingnya yang menghitam.

Didalamnya sumber hidup bagi bayi dipangkuannya.

Perempuan-perempuan hebat. Tiada lelah seperti sapi perah.

---

Mereka lelaki-lelaki yang berkantung mata hitam.
Terkantuk tiap pagi.
Disela kopi bercerita tentang popok basah yang harus di cuci,
Bukan lagi bualan bra hitam berenda.

---

Mereka para lelaki yang harum, berbaju bagus, berwajah porselen, bermobil mewah.
terlalu sensitif walau tak datang bulan,
Terlalu perhatian walau bukan perempuan.

Berceloteh tentang anak-anak mereka yang diadopsi dan dibesarkan bersama-sama.

" ibuku itu, lelaki yang botak, begitulah dia memperkenalkan keluarganya kelak "

----
Begitupula para perempuan yang membesarkan anak bersama.

" Ibu ini, seperti ayah ku, dia selalu membelaku jika ada yg nakal terhadapku"

----

Aku dimana?
Aku hanya perempuan yang meneteki tanpa air susu.


Ubud, 18 desember 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Selamat malam dokter

Mataku masih belum terpejam walau waktu sudah menunjukkan tengah malam.

Larut semakin larut begitulah malam yg mulai dingin.
Seperti fikiranku yg larut membekukan otakku.

Aku tidak menghitung domba agar kantukku datang.
Tapi aku menghitung jumlah dokter yang telah dan akan kutemui sebulan ini.

Ah, genap sembilan. Sudah kutemui 6 orang tinggal 3 orang lagi.
Akhir tahun dipenghujung desember, waktu cuti berliburku harus kugunakan untuk berkencan dengan mereka.

----
Aku teringat tentang permintaan seorang dokter yang telah kutemui agar aku beraktivitas yang menenangkan dan tidak boleh ada unsur yang mengejutkan.

Akupun mengiyakan; meluncurlah aku dari ketinggian 10 meter dan merasakan seperti mati terlempar. - menyenangkan! Dan kuulangi sekian kali. Aku terkejut dok!

-------

Dokterpun menyarankanku untuk berdiet dan mengatur pola makan agar organ tubuh vitalku kembali sehat dan normal.

Bukankah aku memang tidak normal dok? Aku masih ingat sederet panjang list alergiku dari makanan, cuaca, obat,serta bahan pakaian. Terlalu panjang listnya!
Menderita sekali rasanya dok!

-----
"Kamu pasien bandel!"

"Tidak dok, saya cuman ingin menikmati hidup.
Yang membuat saya hidup bukan pil yang harus saya minum tiap hari.
Tapi semangat hidup saya dok!
Itu yang membuat saya bertahan sampai malam ini."

Ngggg.....
Dan akupun salah..
Semangat hidup hanya satu sisi dari keping mata uang.
Sisi lainnya dibutuhkan menjadi seorang pecundang kalah dan mengakui diri memang sakit dan harus menelam pil pil itu tiap beberapa jam!

" Dokter benar, saya pasien bandel"
------

Kemudian, metabolisme tubuh ini semakin menurun. Terlalu lesu untuk tersenyum, terlalu lelah untuk beraktivitas.

Di daftar A obat flu biasa yang kuminum seharusnya tak berdampak alergi bagi tubuhku, tapi nyatanya kini dia telah membuatku bengkak sekujur tubuh, kembali aku berlari menemui dokter untuk diberi anti alergi.
------

Akupun masih harus menemui satu dokter lagi, yang akan mengutak atik tubuhku, membiusku, memperbaiki saluran-saluran yang macet, memperlebarnya, membersihkannya.


Wait a minute!
Hey, itu sebenarnya dokter atau mario bross dan luigi?
"Dia benar lagi, itu dokter! mario bross tidak pakai baju putih!"

Ya baiklah, Aku akan masuk bengkel manusia, tubuh ini perlu diservis!
-----

Malam tadi,
Dokter beri saya obat tidur yang menenangkan fikiran saya,
Dan kutelan tiap 6 jam, aku hanya merasakan tubuhku melayang, tapi tidak tidur dan tidak tenang.


Malam sudah larut..
Aku belum terpejam...
Dokter sudah menelan obat tidurnya dia terlelap.

Selamat malam dokter..
Sweet dream.

Ubud, 18 desember 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Thursday, December 17, 2009

Mimpi dan fikiran liar

Ipar perempuanku begitu antusias menceritakan mimpinya tentang aku.

Dia bermimpi aku meninggal,
Akupun antusias mendengarkannya.

Ah ini yang menyenangkan ( fikirku)

diceritakan bahwa aku mati dan mayatku tidak ditemukan.

---
Apakah jika aku meneruskan rencanaku ke thailand seorang diri itu sebuah jalan menuju kesana? Untuk lenyap selamanya?

Bukankah menyenangkan mati dengan sempurna tanpa meninggalkan jasad sekalipun?

Akupun mulai berfikir liar, mereka-reka kematianku yg sempurna.

Pesawat yang kutumpangi jatuh di gunung atau laut hingga jasadku tak ditemukan.

Atau mungkin saat aku mengunjungi salah satu kebun binatang aku dimakan macan atau buaya?

Atau bisa jadi aku diculik di negara orang, kemudian dikuliti dan lemaku diambil dan dijual untuk bahan kosmetik?

Atau terjadi kecelakaan pada kendaraan yg kutumpangi, paspor dan semua identitasku hilang?

Hmmmm sempurna.

Tapi ibuku tiba-tiba berkata,

Ah kalau dimimpikan mati pasti umur panjang. - itupun jika iparku ingat membalikkan bantalnya.
( Kurasa tidak, bapakku kumimpikan mati, seminggunya lagi mati, karewna aku lupa membalikkan bantal hehehe)

Tapi semua lamunanku menjadi buyar saat mendengar lelaki kecilku berkata

"Bunda, tolong bacakan cerita "

Ah, kau malaikat penyelamatku, bahkan dari lamunan liarku.
Tak usah membalikkan bantal.


Ubud, 17 desember 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Jenuh

Jenuh aku melihat matahari terbit tiap pagi,
Jenuh pula melihatnya terbenam tiap senja.
Jenuh aku mengikuti aturan waktu yg penuh angka-angka yg disepakati.

Jenuh bertegur sapa
Jenuh berekspresi untuk reaksi sosial,
Jenuh kenapa harus makan berulang-ulang.

Aku ingin lupa ..
Jenuh aku menjadi ingat


Jenuh pula menuliskan nama diakhir tulisan..


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Friday, December 11, 2009

Ubud;Desaku yang kucinta

.... Pul sinoge jukut timbul basang gede
Caruak caruak...

Begitulah kami bernyanyi saat rambut kami dikepang dua.
Atau rambut dia yg dicukur cepak dan disisakan sedikit jambul didepannya berbentuk kotak, mirip daun saiban.

Berlari dan berlari adalah kegemaran kami.
Menelusuri setapak pematang sawah dengan tawa yg girang.
Kaki dihentak-hentakan untuk menakut-nakuti anak katak.
Berteriak nyaring melengking tuk menghalau burung.

Para lelaki kecil mengulur benang layangan menantang matahari.
Sedangkan kami mencari capung dan mengejar kupu-kupu.

Ejekan demi ejekan adalah nyanyian persahabatan kami.

Hingga senja terbenam dan langit memerah jingga.
Kami pulang diiringi suara jangkrik.

Singgah disungai membasuh badan,
bermain air hingga hari menjadi gelap.
Bergegas memakai baju tanpa dikeringkan handuk.
Kami tetap tertawa.

Sungai kecil yg jernih tempat seluruh desa mandi dan mencuci.
Kami menghomatinya dengan tak membuang sampah.

Ceritaku itu tentang masa lampau, tentang waktu yg kulewati 20 th yang lalu. Saat Ubud masih desa yang sama dengan desa-desa lainnya dibali.

-----
Hari ini nyanyian pul sinoge itu jarang kudengar.

Ubud tak lagi sama,
maju seiring modernisasi.
Sawah tempat kami bermain dulu telah hilang,
Bagaimana aku hendak bercerita sebagai penutur tua bahwa dulu ada sawah disana?
Benar-benar ada bukan dongeng seribu mimpi.
Tapi yg dilihat anak kami adalah hotel, restaurant yang berjejer.
Disebutnyalah kami pembual tua.

Anak-anakpun mulai menertawakan kami.

"Bu, itu bukan sungai, tapi selokan"

Sungai sempit, kotor dan berbau. Sudah kecil diambil setengahnya utk didirikan restaurant diatasnya.
Lagi-lagi lahannya diambil.

Saudaraku, itu sungai bukan samudera luas. Dia tak mampu menampung semua sampah yang kau buang kesana.

Ah, rindu aku mendengarkan nyanyian pul sinoge.
Ingin kubernyanyi disisi sungai itu, berbisik saja agar samar-samar
Biar aku dikiranya penunggu sungai yg menangis

Sebagai penunggu sungaipun mungkin aku bingung, diberikannya aku hamburger atau spagethi, bukan lagi laklak tape.

Atau rasa-rasanya nya aku ingin memilih menjadi gamang, agar aku takut-takuti mereka yg merusak sungai.
Biar lari terbirit, merasuki tubuh pekerjanya, dan berbicaralantang seperti orasi

"Kembalikan sungaiku, atau kau kuusik terus sepanjang kau mengontrak tempat ini, kubuat penampakan tubuh besar hitam agar para tamumu lari dantak datang lagi"

Atau bolehlah aku menjadi penyihir yg mengutuk para investor agar menjadi kodok krn kini katakpun tak dapat tempat di sawah.

Ah, begitulah desaku yg kucinta.
Caruak caruak..

Ubud, 10 desember 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Yang tersisa

Kembali aku menatap langit
Mengertilah aku bahwa dia terlalu sering berganti warna

Sore ini semburat cahaya merah dan abu memukau
Begitu diam begitu kelam dalam gairah tertahan

Kau datang mengetuk
Telah kubuka pintuku lebar

Aku meluruhkan segala angkuh
agar mampu mendengar suara diammu
melepaskan semua angkara
Agar mampu cecap rasamu

Apa yang tersisa pada senja merah?

Hanya cinta yang bertumbuh semakin besar


Ubud, 11 desember 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Thursday, December 10, 2009

Kutukan rasa

Senja yang selalu indah kerapkali membuatku menangis,
Ketidakrelaan siang berganti malam.
Tapi siapa yang mampu menghalangi matahari tuk terbenam?
Siapa yang mampu mengatur waktu pagi menjadikannya malam.

Begitulah alam mengutuk kehidupan pagi, siang, sore, senja dan malam.

matahari terbit seindah matahari terbenam.

_____

Akupun paham saat air mata duka mengalir, pernah kulewati suatu masa air mata haru dan bahagia juga menitik dalam suka cita kehidupan.

_______

Pernah kau buat aku bahagia hingga terlena,
Pernah jua kau buat aku sakit hingga terpuruk.
______

Berani aku mencintaimu, berani jua aku tersakiti.
____

Hingga kubertanya apa yang tersisa setelah rasa sakit dicinta dan senangnya dicinta kucecap?

Begitulah kutukan itu terus membelit rasa-rasaku.
Yang membuatku tahu hidup itu sendirilah yang senyatanya kutukan.

Ubud, 10 desember 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Wednesday, December 9, 2009

Hanya tiga hari saja

Aku teringat bagaimana waktu itu mereka meninggalkanku
Tiga puluh lima tahun yang lalu.
Aku dititipkan pada keluarga lain yang kemudian membesarkanku.

Kini setelah aku setengah baya dan kau renta
Waktu kembali mempermainkan kita.
Aku dan kamu betemu.

Kau sebut aku anak, dan aku menyebutmu ibu.
Pertemuan singkat tiga hari.
Bagaimana aku mampu merangkai kata
Untuk nyatakan pada dirimu

“Bu, aku selalu rindu padamu”
Tapi , kemudain aku memilih diam
Karena tiga puluh lima tahun tak bisa kuungkapkan dalam tiga hari

Hal sederhana kami lakukan dalam tiga hari,
Dia memasak untukku, begitupun aku memasak untuknya.
Dia memberiku selembar kain, aku memberinya seuntai kalung.
Kau bilang sayang padaku
Akupun begitu.

Hingga akhirnya waktu 72 jam habis.
Kau kembali ke tanah perantauan
Aku tetap disini bersama keluarga yang kau titipkan.

Sebulan setelah pertemuan singkat itu
Yang kusebut bapak memberi kabar

“Nak, Ibumu telah tiada”

Ah, seperti apa ikatan tali anatara aku dan ibuku
Hanya tiga hari saja Kau beri aku mencecap indahnya bersama dia.



8 Desember 2009
d.purnami

Monday, December 7, 2009

menebus roh sendiri

Aku mengenal sekali wajah orang yang duduk disebelahku.
sudah dua tahun lebih dia sirna dari hidupku.

Aku seperti menonton wayang,
Dia, aku dan orang-orang yg tak begitu aku kenal duduk berjejer bersila.
Menatap layar putih besar.

Silih berganti gambar-gambarku yang muncul.
Wajahku dari sejak kecil hingga dewasa nampak begantian, aku dan dia menonton diriku sendiri.

Kemudian dia mendekat dan berkata
"Tebuslah rohmu"
Agar kau kembali hidup

Ah,
Kenapa aku harus menebus?
Aku tak pernah menggadaikannya, adakah seseorang yang memperjual belikan rohku ini?
Apa bayarannya untuk rohku yang dingin ini?

Dia menatapku tajam,
"Sembuhkan lukamu"
Dan berjalanlah pulang.

Ya , aku akan pulang.
Tapi kerumahmu.

Kenapa saat aku sudah bersamamu kau malah mengusirku?
Kenapa aku harus ditebus lagi?
Biar saja mereka menyitaku, aku ingin pulang kerumahmu.

Karena aku tak ingin menebus rohku sendiri.


7 Desember 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Sunday, December 6, 2009

Tanjung sari

Angin berhembus ringan diantara panas yg penat,
Kubiarkan buih ombak membasahi ujung kaki yg telah dibalur pasir.

Aku memandang lurus kedepan
Biru membentang.
Pernah rasanya suatu hari aku berdiri seperti ini, ditemani dan bergenggam tangan.

air telah kurasakan menyentuh lutut, suara anak kecil berteriak girang,
Juga sepasang muda mudi yang bercengkrama sambil berpeluk di dalam air.

Air telah menyentuh pinggang, suara-suara itu hilang, disekitar yang ada hanya pemancing tua.

Kulentangkan tubuhku
Menengadah,
Mata terpejam
Kubiarkan ombak - ombak kecil membawaku kesana kemari.

Sesekali terhempas ketepian, dan mendengar kembali suara anak kecil berseru.
"Lihat, dia mengambang, dia mati"
Aku tersenyum, berkata dalam hati "itu yang kuinginkan anak kecil"

Tubuh masih kubiarkan mengambang
Beberapa orang menyingkir membiarkan tubuhku lewat.

Cukup lama aku mengambang
Aku ingin lupa, aku ingin dibawa ombak lebih ke dalam, menjauhi para pemancing, menjauhi anak kecil tadi dan membuat yg dia kata menjadi benar.

Masih dalam lamunanku,
Seorang telah membuyarkan semua inginku,
Papan kanonya telah menyengol tubuhku.
Aku terbangun, dengan sangat enggan berenang ke tepian.

Sialan
Hanya itu yang kuucapkan.


Tanjung sari, 5 Desember 2009
D.purnami






Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Friday, December 4, 2009

Nikmat menjadi gila

Pada waktu kemarin,
Aku begitu bersemangat sampai lantang menyuarakan
" Serius, aku ingin hidup lebih lama lagi, aku harus sembuh dan sehat, ada yang harus aku lindungi dan perjuangkan, aku tak ingin mati muda dan meninggalkan malaikat kecilku seorang diri"

Itu adalah waktu kemarin,
________

Hari ini telah berbeda,

Matahari masih tetap bersinar, burung pun bernyanyi, tapi aku merasa gelap, nyanyian burung seperti hantu yang merintih sakit.

Ya benar-benar berbeda dengan waktu kemarin.
---------

...... Aku terdiam mencoba hening,mendengarkan rintihan si hantu lamat-lamat.
Kenapa begitu dekat dan nyata?
Nampaknya itu bukan rintihan si hantu, aku mengenal rintihan itu dengan baik. Ya memang benar bukan hantu.

Ah,
Ternyata itu aku yang merintih kenapa begitu pilu, gigil dan dingin.

Akupun kembali terkaget mendengar degup jantung yang keras, terkadang cepat, lambat, terhenti dan kemudian cepat lagi.
Mungkinkah orang disebelahku takut sehingga detaknya begitu kacau?
Aku melihat lagi, tak ada orang lain disini kecuali aku.

Ah,
Lagi-lagi itu aku. Aku tak mengenali detak jantungku sendiri.

Akupun terengah,
Aku jengah
Dan kemudian aku lelah.

Ah,
Bisakah aku tak bangun lagi?
Berhenti berjuang, dan mati muda saja?

Aku tak punya siapa-siapa.
Teman, kawan, saudara, semua terdiam tak bersuara.
Apakah aku yang kelu atau mereka?

Ah,
Tak perlu dirisaukan, bukankah hidup ini memang sendiri?
Ya berjalanlah kembali sendiri.

-----------
Detik ini,
Mereka pun mulai menyebutku gila.
Predikat yang bagus. Sekalian saja berlaku gila, bukankah lebih gampang daripada harus bermuka manis saat hati hancur?

Ya, menyenangkan aku tak usah bangun berhari-hari, tak usah makan, tak usah mandi. Menyenangkan bukan?

Baiklah, aku akan menarik selimutku kembali, menutupi tubuhku, biar masih gelap kurasa, mendengarkan suara hantu, suara perut yg mengeroncong, dan suara jantung yang berdangdut. Biar bau ini semakin masam, rambut semakin gimbal.

Bukankah nikmat disebutnya gila?


Ubud, 4 desember 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Thursday, December 3, 2009

Kehilangan

Masih juga aku tertegun dengan hampa yang tertinggal ini.
Akan dia yang telah diberi dan kini diambil lagi.
Waktu yang menjadi sia-sia,
Dan getir yang disisakan.


Bathinku masih mengingat dia ada.
Tak pernah menyangka akan kesirnaan yg begitu cepat.


Kembali merasa kehilangan, karena aku kembali merasa memilikinya.


Kembali tertegun, sadar bahwa yang kumiliki kini adalah kehilangan.


Datang, pergi, datang lagi dan pergi lagi.
Hanya kehilangan demi kehilangan yang tetap ada.

Kehilangan yang bersetia, menemani perjalananku untuk menyambut lagi sebuah kedatangan baru.

Mungkin kelak, jika berani berharap.


3 desember 2009
D.purnami


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Tuesday, December 1, 2009

Karibku Luka dan Duka

Sejak kau kenali diriku dengan baik, kau kerapkali datang menjadi tamu dikehidupanku.

Kaulah yang bernama Luka.

Temanmu juga, tak pernah pergi dari rumahku bertahun-tahun mendampingiku, sudah kuusir dengan segala cara tetap saja dia tinggal. dia kupanggil Duka.

Luka dan Duka, kau berdua kini karib denganku.

Ah,
Dikiranya aku kuat,
Disangkanya aku hebat


Kau beri aku kegagalan berkali-kali.
Tangisankupun kau lambangkan sebagai rasa sayangku padamu.


Luka, Duka,
Aku ini hanya orang lemah,
Yang selalu merintih dalam diam.
Yang selalu mengaduh dalam tiap helaan nafas.

Pergilah karib dari hidupku.
Berhentilah menjadi temanku.
Berilah kesempatan tuk Suka datang sesekali.

Biar, biar dibuatnya aku terharu, mensyukuri tiap derai waktu.
Biar terkembang sekuntum senyum pada bibirku yang kian mengering.
Beri aku sesekali melantunkan lagu riang dan menari diatas kaki yang kaku.

Sekali saja,
Berilah waktu untuk Suka datang.
agar mampu aku bercerita pada kawan-kawan lain dan berteriak girang
"Aku bahagia kawan"

Karibku Luka dan Duka, pergilah.


1 desember 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Pernah ada bintang

Pernah ada bintang
Diantara kami
Yang memberi haru dan bahagia
Walau sejenak saja.

Kini,
Bintang kecil itupun pergi
Luruh bersama alam
Sirna diantara kami

Kami diam mematung
Seolah terbangun dari mimpi indah

Setidaknya,
Pernah ada bintang diantara kami.


Ubud, 1 november 2009 pk 04.30
D.purnami

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT