Saturday, October 3, 2009

Hitam bintangku

Aku adalah seorang perempuan yang lahir dari rahim seorang ibu
Sama sepertimu.

Namun bedaku,

Akulah orang yg baru lahir yg langsung menanggungkan dosa,

Telah menorehkan rasa sakit mendalam kepada semua yang mencintanya atas kepergiannya

Dan dia adalah seorang perempuan mulia yang memilih jiwanya hilang untuk menghadirkanku di jagad ini.

Tak hanya aku yg menangis saat di lahirkan, isakan keluarga, dan orang sekampung mengiringi kelahiranku. Tangisan yang ternyata bukan untuk menyambutku, tapi mengantarkan kepergian ibuku.

Itulah hari pertama aku membuka mata, menghirup nafas dan mengenal bumi dan manusia.

Begitulah mereka menyambutku.

Nyaris setiap hari wajah murung dan air mata jatuh ketika mereka menggendongku. Berbulan-bulan waktunya, dan mereka terus menghadirkan eskpresi tersebut.

Dan akupun mengenalnya sebagai tanda sapaan.

Bulan mati - adalah hari kelahiranku, tak ada seberkas sinar yg terpancar dari bulan. gelap.

Meninggalnya ibuku adalah kehilangan pertamaku.

Si pembawa sial adalah panggilanku dari dua kakak perempuanku. Mereka membenciku amat sangat karena akulah mereka kehilangan ibu.

Aku tumbuh dikucilkan, dan hanya disayang oleh nenekku.
Dia mengasuhku hingga aku berusia 13 tahun, dan akhirnya meninggal karena sakit.

Ayahku kemudian menitipkanku di adik perempuannya, dia tak begitu sehat, menderita kanker rahim. Tak sampai 3 tahun aku bersamanya diapun meninggal.

Aku diambil kembali bersama ayahku, dan dua kakak perempuanku.

Kamipun hidup tak rukun. Ayahkupun sakit-sakitan hingga tuhanpun memanggilnya.

Begitulah mereka satu persatu meninggalkanku.

Hitam bintangku mengambil semua orang yang kucintai.

Aku ingin membuat sempurna hitamku.

Tiga perempuan yatim piatu dan seorang yg dikucilkan.

Biar biarlah dua kakak yang tak mencintaiku tersebut kulenyapkan saja.
Cukup kudorong pada sumur tua yang dibuat ayahku.

Biarlah malam ini sempurna hitam bintangku.

3 oktober 2009
D.purnami


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

I bapa Gingsir

Seruling itu terdengar mendalu dalu,

Seorang lelaki paruh baya mengenakan pakaian adat bali, dan destar putih yang diikatkanya seperti seorang pemangku.

Sesekali memainkan ritme syahdu, kemudian berganti menjadi begitu bergembira dan semangat.

Dia terdiam mengelus seluringnya dan menaruhnya.

Kemudian dia bernyanyi, lagu-lagu kakawin sansekerta.

Sambil berkibas-kibas dia berbicara padaku yang sama-sama berteduh.

' Nak istri, tiang niki nak ngayahin jagat, menyuling uli semeng nganti suryane engseb. Boya ye napi, tuah nyelimburang manah, lan ngibur turise.

Cingak je nika pak polisine mekebus ngatur jalane macet ring perempatane. Ubud nyangsan kosek, akeh pendatang driki, ngeliuang braya sane ngalih pengupa jiwa driki, kewala ten dadi ajak menyama.

Nak istri niki guide? Ngateh turis ke ubud?

' Ten pak, tiang jagi tangkil kepuri, kewala ratu cokorda kari akeh penangkilne, driki tiang maembon'


' Ngih, meneng sampun driki, tiang mepamit dumun , mangkin tiang jagi manyuling merika, ring pos polisine, nika nak timpal-timpal tiange. dot tiang nepukin pak polisine nika mekenyem'

' Dumaris pak, tiang nyaksiang saking deriki'

Dengan bersemangat dia memainkan seruling sesekali menyanyi dan menari. Tak hanya pak polisi, pedagang canang, ancung, guide, turis semua tertawa menyaksikannya.

Beberapa turis memotretnya sambil memasukkan uang ke sakunya.

Setelah selesai dia menghibur,dia mengambil 2 lembar uang seribu dan menyerahkan kepada pedagang kopi yg digoda-godanya.

'Baang bli kopi sik luh, ne manis, bensep bli spesial megending untuk iluh'

'Ah tiang sing ngenemin bli buduh'

Sambil membawa kopinya dia kembali duduk disebelahku berteduh.

'Nak istri, Mangkin nak purnama kapat, bungane ngerompyang, cerucuke mamunyi, I matan ai endag semengan, galang manah tiang.

I wawu wenten turis nyelepin pis siu-siuan ring kantong tiange ane sampun uek brengmeng. Kadene tiang pengamen. Wenten paica jeg katunas tiange maan tiang melinin I luh kopi semengan.

Tiang niki nak trah Arya, arya pering saking mas. Wastan tiange I gingsir. Tiang nak guru agama niki, kewala ten meangkat. Tiang nak sesai meburuh di kantor camat. Senin- jumat tiang ngiring sampun pak camat. Ne mangkin sabtu minggu jadwal tiange ngibur panjak cokorda dipasar.

Peh ratu cokorda nak seneng tiang nyak manyuling driki, seneng tiang nyingakin cokordan tiange ica.

Mimih dewa ratu ubud mangkin nak sampun lian ken pidan. Yen kari napi ten ubud nika ubad. Tiang driki mangkin nak puruh nepuikin gunine calah mangkin.

'Ngih pak, pateh tiang puruh mase niki, lanturang nak malih apisan menyuling, gending I bungan sandat ngih. Pang ilang puruh tiange.

2 oktober 2009
D.purnami
Ancak saji puri ubud.
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT