Wednesday, August 26, 2009

Kursus menari

Ribut-ribut dan ribut terus.

Serumpun dan bertetangga.
Bahasa keluarganya seperti bersaudara.

Bagaiamana tidak bersitegang, seperti memperebutkan warisan.
Wajar terjadi disebuah keluarga.

Bagaimana tidak mirip jika bersaudara serumpun, tumbuh berkembang dari akar budaya yang sama.

Seperti dua orang saudara yg tumbuh, disaat dewasa mencari hidup sendiri menggunakan keahlian yg dipupuk dari masa lalu.

Dulu belajar buat sate bareng,
Bu mariam menganggap sate hal biasa, mak cik menganggap hal luar biasa jadilah dia mempatenkan.

Tari reog, pak mamat sibuk menarikannya, pak cik sibuk mempatenkan krn dianggap luar biasa.

Tari pendet,
Sedikit lucu, sebenarnya seberapa banyak sih saudara serumpun kita itu bisa menarikannya?

Beberapa minggu ke depan mungkin saudara-saudara serumpun kita itu akan berbondong-bondong ke bali kursus menari pendet.
Jadi seniman tari kita di bali akan kebanjiran siswa dari negeri jiran.

Atau jangan-jangan sudah ada beberapa seniman kita yang residensi di rumah tetangga kita untuk mengajarkan menari pendet.

Hmmmm
Bukankah begitu banyak seniman kita yg residensi di negara lain juga untuk mengajarkan menari dan menabuh. Bagaiamana jika satu persatu negara itu berfikir mengklaimnya?

Perluasan budaya yg luar biasa.
Pencapaian yg tinggi.

kalau bukan dengan saudara saling caci dengan siapa lagi?

Selamat membuka kursus menari.

Ubud, 25 agustus 2009
D.purnami

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Monday, August 24, 2009

Rindu ku berbincang tentang malam

Rindu ku berbincang tentang malam.

Tentang kelam malam,
Bintang,
Bulan
Derai daun
Angin dingin
Bahkan
Kabut tipis.


Tapi bagaimana hendak berbincang,
jika senja selalu datang memisahkan kita.
Bintang yg kita tatap bukan bintang yang sama.
Atau bulan yg nampak olehku sabit, nampak sempurna olehmu.


Kita tak pernah bisa sepakat tentang malam.
Walau rindu berbincang akan malan kian tak terperi

Pada malamku,
kau menatap langit yang benderang, dan matahari yang bersahaja.

Pada malamku yg berkabut tipis, kau memiliki hangat udara.
Malam kita terbelah oleh waktu yg tak sama.

Bagaimana aku hendak berbincang tentang malam.

Jika, malamku adalah rinduku pada sebuah waktu yg pernah aku lewati bersamamu sekali pada waktu yg sama.


24 agustus 2009
D.purnami
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Saturday, August 22, 2009

Bermimpi tentang ruh tua

Malam tadi,


Aku bermimpi,
bukan mimpi seperti biasanya tentang orang yg disayangi atau hal yg aku inginkan.


Bukan,
bukan tentang hal yang sesederhana itu.


Aku bermimpi,
Tentang ruh ruh tua yg sebagian aku kenali, sebagian lagi tidak.

Hanya ruh tua yg masih dalam dua tingkat keturunan yg kuhafal.


Seperti menonton rekaman film lama yg usang,
Gambar hitam putih, kabur dan menekan perasaan akan masa lalu yg hilang.


Aku bermimpi,
Ruh ruh tua yg mengajaku memasuki dunia mereka,
seolah aku sepatutnya bagaian dari mereka.

Memaksaku memasuki masa lalu mereka yg sejatinya tak ingin ku ketahui.


Mereka bersuka cita menyambutku,
merangkulku,
melibatkanku,
dan memperlakukanku sebagai ruh tua.


Aku terhenyak dengan semua damai namun sangat terasa asing.

Wahai para ruh tua,
Aku tak ingin bersama kalian,
Di sebuah dunia tempat kalian bersemayam.

Aku ingin kembali ke duniaku, melakukan hal yg sepatutnya kulakukan sebagai manusia.


Engkau para ruh tua,
Terima kasih untuk rasa damai dan tenang yg menghanyutkanku.

Terima kasih telah menjemputku, tapi aku tak ingin pergi bersama kalian.


Aku tak yakin kalian masih punya rasa cinta dan keterikatan.

Yang kuyakin kalian telah memotong tali ikatan yg membelitmu dulu seperti benalu.


Aku bukan ruh tua,
aku masih memelihara benalu itu dan membiarkannya tumbuh berkembang ditubuhku.

Belum waktunya aku lepas dari ikatan ini.


Ruh ruh tua mengantarku hingga gerbang besi berkarat.

Aku memandang dalam mata seorang ruh tua.
Aku merasakan getaran cinta yg dalam dari sorot matanya, apakah ruh itu belum terlalu tua sehingga masih memiliki bekas ikatan benalu di jiwanya.


Ah,
ruh tua terakhir di gerbang besi tua.
Jemputlah aku di lain waktu,
aku akan ikut bersamamu, menjalin ikatan yang lain.


Aku terbangun pada sebuah subuh yg dingin bersama cinta seorang ruh tua.


Ubud,19 agustus 2009 subuh.
D.purnami

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Wednesday, August 19, 2009

Tante : versi lain dulu lain sekarang

Hari ini tante kaget sekali, bukan ulang tahunnya, tapi ada seikat bunga dan sekotak coklat di kamar.


Pasti Om yg mengirimnya.
Hati tante berbunga.


Hari ini juga bukan malam minggu, tapi ada sms romantis yg berakhir pada sebuah ajakan dinner.


Tante makin sumringah.


Kerapkali ada kejutan kecil di saat bukan hari spesial


Hati tante sering dibuat melayang .

Dia lelaki memang baik hati.


Walau bukan supir pribadi, dia tetap mengantar dan menjemputnya pulang kerja.

Begitulah cara Om mengejar tante untuk memikat hatinya dengan selalu berusaha ada di didekatnya.
__________

Tapi itu dulu, cerita lalu, sewaktu tante masih gadis.


Tapi kini lain cerita,


Om sering lupa ulang tahun tante, juga lupa kalau malam minggu adalah jatahnya.

Kerjapun kini tak diantar jemput, melainkan diberi 1 mobil dan menyetir sendiri.

Semua berubah karena tante sudah dinikahinya walaupun siri.

Tak lagi Om ingin selalu di dekatnya, melainkan selalu mencari waktu untuk menghindar.


Ah, hati tante nelangsa.
Lain dulu lain sekarang.


Ubud, 19 agustus 2009
07.30
D.purnami
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tuesday, August 4, 2009

Guru

Wanita paruh baya itu duduk di bawah pohon rindang, di bangku-bangku kantin sambil menunggu makan siangnya.

Wajahnya nampak lelah, kerut- kerut telah menghiasi sudut mata, bibir serta dahinya.

Murid-muridnya bermain berteriak hiruk pikuk membuat panas suasana.

Dia memakai setelan coklat, yg mirip warna kulitnya. Rambut nya memutih.

32 tahun dia telah menjabat menjadi guru. Menjalankan tugas untuk mendidik muridnya.

"Mengajar murid kelas 1 kadang lucu, mereka kadang masih harus ditemani orang tuanya. Seringkali menangis dikelas, pipis dicelana bahkan berak

Tahun 1977 saya diangkat jadi guru, gaji saya waktu itu cuman RP 1.080 (seribu delapan puluh rupiah) dan itupun di bayar rapel 3 tahun. Sekarang gaji saya 2 juta rupiah.

Dapat tunjangan beras 10 kilo, itupun beras yg sudah busuk, rasanya ayampun malas untuk memakan.

Tapi saya bangga, anak-anak saya semua sarjana, tumbuh sehat walau makan beras yg tak enak. Mereka sudah menjadi manajer, gajinya 10 kali lipat gaji saya.

Tapi saya masih senang melakoni pekerjaan saya menjadi guru, mengajarkan murid mengenal huruf dan angka. Mungkin ada dulu salah seorang murid saya yg saya ceboki, kini telah menjadi pejabat.

Ya saya hanya seorang guru."

Bel kelaspun berdering, dia bergegas mengajak murid-murid
Masuk kelas.

Dedicated untuk ibu saya.
Thanks bu untuk semuanya.

Rumah kecilku, 4 agustus 12.30
D.purnami


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Terima kasih ; kau besuk aku.

Terima kasih,

Kau telah datang membesukku malam ini.
Walau kurasa waktunya terlalu malam bagiku, dini hari tepatnya.


Tak ada penjaga yg melarangmu masuk, tak ada aturan jam besuk yg harus Kau ikuti.

Semua adalah waktumu.

Kau tak membawa buah, bunga atau kue kering untukku.

Yang kau bawa adalah senyum. Obat yg kurindu selama ini.
Obat yang seketika menyembuhkanku dibandingkan semua obat penahan sakit, antibiotik yg telah diberikan dokter.


Malam ini kita berbincang. Mungkin tepatnya kau akan mendengarkan saja, karena curhatku akan sangat panjang.

Ah, sepanjang apapun itu waktu kita begitu banyak.
Bisa saja aku yang akan tertidur dalam curhatku.
Bahkan saat aku terlelap pun kuyakin kau kan tetap menjagaku.
Tetap dengan senyum dan kehangatanmu.


Ah, dari mana kumulai,
semua berlomba muncul dikepalaku untuk berebut diperbincangkan.

Walau kutahu waktumu tersedia banyak untukku sebanyak yang kumau.

Untuk kau yg begitu sayang padaku,

Aku sadar, aku telah berlari begitu jauh darimu, menampikanmu, bahkan menyangkalmu.

Aku juga telah merusak semua yang kau beri.

Aku buatmu kesal,
agar kau menamparku,
agar kau membeciku.

Tapi tidak,
kau tetap merangkulku,
merangkai kembali semua yg telah kurusak.

Kau tetap tersenyum untukku.


Saat aku terbaring tak berdaya seperti ini,
Kau tetap datang membesukku walau larut sekali.
Antara aku sadar dan tidak.

Kau maafkan aku seperti tak terjadi apapun,
kau ajak aku berbincang begitu lama sehingga tak sadar akan waktu yg sudah pagi.

Bulir- bulir air mataku jatuh membasahi jiwaku yg telah lama kering.
Kau masih mendengarkanku dengan senyum yg bersahaja dan hangat.


Tak ada sedikitpun nampak raut kemarahan, kekecewaan, dan kekesalan.

Mungkin karena kau tak punya semua rasa itu.

Yang kau punya hanya rasa sayang dan maaf.


Malam ini,
Pada kakimu aku memohon maaf
Atas semua keangkuhanku.
Atas semua perkosa terhadap tubuh ini.
Atas semua lalai yg kubuat.


Aku telah lama tak berani pejamkan mata karena ketakutanku untuk tak bisa terbangun esok hari.

Malam ini kau temaniku,
akupun berani terlelap, karena kuyakin esok aku akan terbangun dan menyapa mataharimu.

Jikapun aku tak bangun, setidaknya aku berani memejamkan mata dengan tenang dan ditemani olehmu.


Terima kasih,

Kau luangkan waktu tuk besuk aku yg tiada arti ini.
Untuk jadikanku orang yang spesial.
Untuk tunjukkan kau begitu sayang dan cinta padaku.

Terima kasih untuk semua yang telah kau beri untuku.


Ubud, 4 agustus 02.30 am
D.purnami


Powered by Telkomsel BlackBerry®