Kerentaan, kulit keriput, aktivitas yang minim, badan membungkuk dan sakit-sakitan. Mungkin hanya sedikit orang yang menikmati hari tuanya dengan kesehatan yang cukup fit.
Apa juga yang anda fikirkan jika usia kita sampai di umur sekian, apakah kita masih didampingi oleh orang terkasih, atau mungkin saja tidak. Saya terpaku di depan cermin, mengamati wajah, rambut dan kulit, 40 tahun lagi saya akan menyerupai mereka dan itupun kalau saya masih bisa bertahan hingga usia itu.
Makan malam hari ini memang spesial, dari menu yang dihidangkan hingga tamu yang hadir diatas usia 60 tahun. Semua masakan dibuat lembek dan melalui proses blender layaknya bubur saring, menu pembuka menghadirkan sup labu yang hanya berisi garam dan merica, menu utama hanya kentang rebus ditumbuk lembek dan daging ayam yang sudah lunak dan ditutup dengan pudding coklat yang manis. Saya adalah orang termuda yang duduk diantara mereka, rasanya seperti suster sebuah panti usia lanjut. Mungkin ini merupakan makan malam tercepat saya, semua makanan lewat dengan gampang ditenggorokan seperti minum jus tak perlu mengunyah tinggal menyeruputnya, sehingga meringakan beban usus saya.
Seusai makan malam ditemani Red wine sebagian dari mereka mengisi Sudoku, main Mahjong dan membaca buku. Sebagai lansia dari negara barat, menghabiskan sisa hari tua di pulau
Salahkan mereka yang bernasib kurang baik berharap sebuah kehidupan baru yang nantinya diharapkan mampu menolong mereka mengakhiri penderitaannya. Atau berdoa memohon agar Tuhan cepat-cepat mengambil jiwanya?
Sambil memandangi para lansia dari negara barat itu bermain Sudoku, saya bertanya kepada seorang tuan menir dari belanda.
“ Tuan menir, sebenarnya untuk apa bermain Sudoku?”
“Ya untuk melatih otak agar tetap aktif dan mempertahankan kecerdasan otak”