Friday, January 5, 2007

CCTV - Polisi - Pencuri

Ada pemandangan baru sejak pertengahan Desember lalu di sepanjang jalan raya Ubud yang menarik perhatian orang yang melintas. Pemasangan kamera CCTV itu lebih banyak di kira pemasangan kabel telpon atau pemasangan lampu jalan oleh warga sekitar. Kamera yang ditujukan untuk merekam aktivitas orang yang berlalu lalang di seputaran Ubud ini nantinya diharapkan akan membantu kinerja kepolisian.

Desaku belakangan ini sering tidak aman, banyak tindakan kriminal terjadi yang sangat meresahkan. Bagaimana tidak, sebagai desa yang selalu padat di kunjungi wisatawan mancanegara ternyata tidak mampu memberikan jaminan keamanan. Akan menjadi sangat mubasir ketika para pelaku pariwisata sibuk melakukan promosi wisata dan bebagai program recovery Bali. Pencurian tidak hanya menyasar wisatawan asing namun juga warga lokal. Sebenarnya kepolisian dan pecalang / keamanan desa telah dikerahkan untuk pengamanan ekstra menyambut Nataru ( Natal dan tahun Baru). Sebuah pos polisi telah didirikan lengkap dengan fasilitas TV di pusat keramaian pasar Ubud. Sekian kali saya melewati pos tersebut, saya lebih sering melihat mereka terpaku pada layar TV atau mengobrol dengan para pedagang acung wanita. Keprihatinan saya semakin menjadi-jadi ketika penjambretan seorang wisatawan asing terjadi di dekat pos polisi dan ironisnya Si penjambret tidak tertangkap. Terus bagaimana dengan cctv yang dipasang yang harusnya merekam kejadian penjambretan tersebut. Saya pun mendapat jawaban dengan tidak sengaja ketika saya harus menemani bibi saya ke kantor polisi melaporkan rumahnya yang juga di gondol maling. Disanalah saya melihat beberapa orang programer sedang sibuk menyiapkan dan mentraining para polisi untuk menjalankan program cctv tersebut. Jadi saudaraku sekalian ....ternyata ....... CCTV di jalan raya ubud tersebut belum aktif. Dari hasil obrolan ringan saya dengan pak polisi, ternyata banyak kasus pencurian yang terjadi di beberapa toko, rumah dan hotel. Salah satu yang di ekspos oleh media adalah kasus perampokan sepasang tamu korea yang sedang berbulan madu di sebuah villa yang baru beroperasi. Hal tersebut semakin mencoreng nama desaku sebagai tujuan wisata yang minim keamanan. Walaupun villa tersebut telah di lengkapi dengan cctv namun kontruksi pagar pembatas yang rendah tak mengurangi niat si pencuri untuk masuk. Menjadi sebuah dilema bagi hotel di Ubud ketika harus memilih diantara keamanan dan keindahan. Jika dipasang tembok pembatas tinggi akan kehilangan pemandangan sawah yang bisa menaikkan harga kamar. Alhasil para polisi sangat disibukkan dengan agenda pengejaran perampok yang diberikan limit waktu sebulan oleh Kapolda bali. ( selamat berjuang pak polisi !!!!!)

.....dan.... dengan berbagai kejadian tersebut apakah kita harus membenci pencuri? Saya sendiripun masih bingung,.... apalagi setelah keluarga saya mendapat musibah saat Toko perak kami dibobol maling dan polisi tak menemukan hasil apapun. Mungkin inilah fenomena yang disebut sudah jatuh tertimpa tangga, dimana kami harus disusahkan lagi dengan istilah “uang terima kasih” untuk polisi selama kasus pengsutan berlangsung.

Bagaimanapun pencuri juga manusia, punya hati tapi tak berasa. Sebuah profesi yang kini banyak digeluti oleh orang “kepepet”. Pencuri juga butuh makan dan punya keluarga yang harus di berikan nafkah. Jika tidak ada pencuri maka polisi akan kehilangan pekerjaannya, anggap saja sebagai sebuah rantai kehidupan.

Seorang keluarga maling juga tetap memiliki kasih sayang, tengoklah pesan seorang ibu maling terhadap anaknya ketika sang anak berangkat bekerja
“ Nak, hati-hati kalau nyopet”
Dan sebagai seroang ibu dari keluarga non maling, wajiblah memberikan pesan kepada anaknya “Nak, hati-hati, agar tidak di copet”
Atau sebuah slogan yang selalu ditanamkan oleh bapak maling terhadap anaknya
“Seorang pencuri itu harus jeli melihat kesempatan yang ada, memiliki keberanian yang tinggi dan kemauan serta niat yang kuat. Alhasil akan berhasil”

Ya apapun itu, sepertinya semua umat manusia di dunia ini bertujuan untuk bertahan dan meneruskan hidup, jadi biarkan saja semua berjalan di jalurnya masing-masing.
Cuman, mohon untuk selalu mengingat sebuah pesan dari bung NAPI, bagi anda yang memilih profesi kehidupan sebagai non maling.
“ Kejahatan ada dimana-mana WASPADALAH !!!!! “
Sedangkan bagi anda yang berprofesi sebagai maling ingatlah pesan
" Kesempatan ada dimana-mana Cermatlah!!!!!!"