Thursday, February 11, 2010

Penutur yg tertinggal

Rambutnya kian memutih
Kerut kedukaan tegaris jelas pada dahinya.

Mungkin hatinya telah sesak oleh kisah hidupnya.
Hanya ingatan kuat yang dibanggakannya,
Hal yang mampu mengenangkan perjalanannya.

Dia seorang yang tersisa dari sebuah garis keturunan.
Ayah, ibu, kakak dan adiknya semua telah dipujanya sebagai leluhur.

Dia merasa tak cukup adil kenapa dia menjadi yang terakhir. Bersama sisa keluarga yang diturunkan.

Dia merasa dihianati dan ditinggal.
Dengan mata yang basah dia bertutur tentang waktu yang dikenangkannya selalu.

Memang ada yang harus ditinggal untuk mengenang.

Begitulah penutur tua yang tertinggal, tak menikmati hari ini, namun menghabiskan waktu mengenangkan masa lampaunya.

Ambi-ambilah aku,
Agar dapat berkumpul dengan mereka.

Begitulah doanya setiap saat.

Ubud 11 februari 2010
Untuk pamanku.

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Mengenangmu

Relung ini masih saja kosong
Seperti luka menganga
Yang tak ingat untuk merekat lagi.

Kini akupun terbiasa dengan kekosongan ini,
Tak lagi aku mengejar tuk mengisinya.

Biarlah aku mengingatnya selalu.

Hanya sedikit rintihan pilu
Bertalu talu dalam sepi.

semakin aku sadar
Terlalu besar aku mencintaimu
Tak berkurang sedikitpun
Walau waktu semakin menyamarkan ingatan lampau.

Kubiarkan kaki melangkah menyusuri sudut-sudut kenangan dirumah ini.
Tempatku bertumbuh,
Mengenal arti cinta dan kasih sayang.

Aku selalu mengenangmu penuh cinta.
11 Februari 2010
D.purnami
Untuk ayahanda.


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT