Friday, December 11, 2009

Ubud;Desaku yang kucinta

.... Pul sinoge jukut timbul basang gede
Caruak caruak...

Begitulah kami bernyanyi saat rambut kami dikepang dua.
Atau rambut dia yg dicukur cepak dan disisakan sedikit jambul didepannya berbentuk kotak, mirip daun saiban.

Berlari dan berlari adalah kegemaran kami.
Menelusuri setapak pematang sawah dengan tawa yg girang.
Kaki dihentak-hentakan untuk menakut-nakuti anak katak.
Berteriak nyaring melengking tuk menghalau burung.

Para lelaki kecil mengulur benang layangan menantang matahari.
Sedangkan kami mencari capung dan mengejar kupu-kupu.

Ejekan demi ejekan adalah nyanyian persahabatan kami.

Hingga senja terbenam dan langit memerah jingga.
Kami pulang diiringi suara jangkrik.

Singgah disungai membasuh badan,
bermain air hingga hari menjadi gelap.
Bergegas memakai baju tanpa dikeringkan handuk.
Kami tetap tertawa.

Sungai kecil yg jernih tempat seluruh desa mandi dan mencuci.
Kami menghomatinya dengan tak membuang sampah.

Ceritaku itu tentang masa lampau, tentang waktu yg kulewati 20 th yang lalu. Saat Ubud masih desa yang sama dengan desa-desa lainnya dibali.

-----
Hari ini nyanyian pul sinoge itu jarang kudengar.

Ubud tak lagi sama,
maju seiring modernisasi.
Sawah tempat kami bermain dulu telah hilang,
Bagaimana aku hendak bercerita sebagai penutur tua bahwa dulu ada sawah disana?
Benar-benar ada bukan dongeng seribu mimpi.
Tapi yg dilihat anak kami adalah hotel, restaurant yang berjejer.
Disebutnyalah kami pembual tua.

Anak-anakpun mulai menertawakan kami.

"Bu, itu bukan sungai, tapi selokan"

Sungai sempit, kotor dan berbau. Sudah kecil diambil setengahnya utk didirikan restaurant diatasnya.
Lagi-lagi lahannya diambil.

Saudaraku, itu sungai bukan samudera luas. Dia tak mampu menampung semua sampah yang kau buang kesana.

Ah, rindu aku mendengarkan nyanyian pul sinoge.
Ingin kubernyanyi disisi sungai itu, berbisik saja agar samar-samar
Biar aku dikiranya penunggu sungai yg menangis

Sebagai penunggu sungaipun mungkin aku bingung, diberikannya aku hamburger atau spagethi, bukan lagi laklak tape.

Atau rasa-rasanya nya aku ingin memilih menjadi gamang, agar aku takut-takuti mereka yg merusak sungai.
Biar lari terbirit, merasuki tubuh pekerjanya, dan berbicaralantang seperti orasi

"Kembalikan sungaiku, atau kau kuusik terus sepanjang kau mengontrak tempat ini, kubuat penampakan tubuh besar hitam agar para tamumu lari dantak datang lagi"

Atau bolehlah aku menjadi penyihir yg mengutuk para investor agar menjadi kodok krn kini katakpun tak dapat tempat di sawah.

Ah, begitulah desaku yg kucinta.
Caruak caruak..

Ubud, 10 desember 2009
D.purnami
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

No comments: