Friday, February 8, 2008

hening ... riuh...

Hening..
riuh…
sebentar hening, sebentar riuh..
layaknya suara hati
tenang sesaat, bergejolak kemudian.

Malam memang tak berbintang
juga tak ada bulan
hanya pekat yang tersisa.
dan angin yang hampa

Langkah kuseret disepanjang lorong-lorong
di iringi dengkuran halus yang terdengar sesekali
tubuh hanya digeletakkan diatas lantai yang dingin
beralaskan tikar dalam gulungan kecemasan

Langkahku terhenti pada sebuah ruang
lampu temaram dan hening
hatiku bergejolak
kutahan bulir air mata
agar tak meriuhkan keheningan.

Kutatap,
lelaki tua itu terbaring
muka pucat
mata yang suram
jangut memutih membuatnya tampak layu
dalam keheningan

Disisinya,
wanita tua itu
terpekur terlungkup
nafas penuh keresahan
tetap menggenggam tangan sang lelaki tua
dalam keriuhan bathinnya

Mereka,
adalah obor jiwaku
sukmaku bertaut dengan keresahannya
nadiku dipicu detaknya
padanya
aku bersimpuh
menggumulkan asa
agar kurasa hening serta riuh hatinya.

d.purnami
Sanjiwani, 7 Februari 2008.