Sunday, October 26, 2008

Baliku Sayang

“Ingin menjadi tetangga saya?”

Bunyi sebuah iklan apartemen dalam billboard ukuran besar di kuta. Ikon yang di gunakan adalah salah satu diva Indonesia – Kris Dayanti.

Kufikir pasti banyak orang ingin menjadi tetangga selebritis kenamaan Indonesia itu.
Selain apartemen yang bagus dengan fasilitas hotel bintang lima, kira-kira apa yang menjadi daya tarik lain apartemen itu?

Hmmm kalo boleh kutebak BALI! Yapp, the island of paradise.
Tanah kelahiranku yang kucinta.

Sebuah kebanggaan bagi para kaum jetzet Jakarta, Singapore, Taiwan dan beberapa Negara lainnya untuk mempunyai investasi rumah di Bali.

Berapa kira-kira orang Bali asli yang ikut membeli apartemen tersebut? Hmmmm pasti sedikit atau malah tak ada?

“Saya tak sudi menjadi tetanggamu Kris Dayanti!, itulah bathin saya.”


Ray White, Kuta Property, Ubud Property - sale Land, Villa and Houses.

Sakit Hati melihat iklan tersebut.

Tanah siapa yang di kavling dan di jual itu? Tak salah jika pertiwi menangis. Sawah habis untuk pembangungan villa dan hotel. Petani tergusur, air untuk pertanian habis untuk pemenuhan kebutuhan hotel.
Sawah yang dinikmati, budaya yang dikagumi, tak ada kontribusinya, petani hanya menjadi tontonan, tak ada kontribusi untuk pemeliharaan dan kelanjutannya.

Bali destinasi wisata. Menghamba pada wisatawan untuk kehidupan masayrakatnya.

Miris !

Kuta, seminyak, Nusa dua sudah tak seperti Bali lagi, akankah Bali akan bernasib sama dengan Jakarta? Dimana masyarakat asli betawi tergusur oleh kedatangan modernisasi?

BALI – BULE. Beberapa tahun lagi mungkin masayrakat Bali akan seperti itu. Selain ada kampung Jawa juga akan muncul kampung Bule atau Banjar expat. Mungkin saja.
Tak hanya orang jawa yang sehabis lebaran datang membawa sanak saudara untuk bekerja di Bali. Orang Bule juga seperti itu.

Tak dipungkiri semua adalah karena globalisasi. Pertukaran lintas negara. Orang bali banyak yang bekerja keluar negeri, orang luar negeri banyak yang menggali untung di Bali.
Berapa banyak hotel, restaurant dan villa dimiliki oleh orang Bali? mungkin tak seberapa.
Menjamurnya hotel, villa dan restoran juga di dukung oleh masyarakat kita. Seperti halnya melindungi para bule tersebut.datang ke bali dengan visa sosial budaya bukan visa kerja, tetapi nyatanya mereka bekerja di Bali. Atau yang kerap terjadi adalah ”atas nama” sebuah usaha. Misalkan mendirikan sebuah restoran para expat biasanya meminjam nama pemilik tanah atau nama orang lokal sebagai penjamin untuk legalisasi ijin mendirikan usaha. Jadi pada sertifikat restoran tersebut dimiliki oleh orang lokal. Namun pengelola dan yang menuai untung adalah para expat itu sendiri, begitu juga dengan jenis usaha lainnya pendirian usaha garmen, handicraft dll.

Yayasan yang berkedok sosial juga banyak, seperti yayasan kemanusiaan, bencana alam hingga yayasan untuk anjing. Didalamnya semua adalah expat.

Artinya masyarakat kita cukup bangga dengan nama diatas kertas saja, atau tanahnya di kontrak.

Bicara tentang posisi, Nah siapa yang memegang posisi menengah ke atas dalam sebuah perusahaan ataupun organisasi tersebut ? Pasti Bule. Biasanya jika sebuah usaha di jalankan oleh para Bule akan jauh lebih berhasil. Begitulah paradigma yang berkembang selama ini.

Kemudian saya ingin bertanya sebenarnya dimana Posisi orang Bali saat ini?
Apakah sebagai penonton saja dan tetap ramah, tersenyum, dan memegang teguh mental melayani melihat semua perkembangan Bali?

Mungkin kita harus cepat tersadar sebelum terlena.

Di balik kegemerlapan Bali sebagai destinasi pariwisata dunia, masih banyak saudara kami yang kekuangan air, tak punya rumah, tak bisa sekolah. Banyak sekali daerah miskin di Karangasem, Singaraja dll.

Satu sisi pariwisata dan kehadiran para bule memberikan perubahan yang besar terhadap peningkatan taraf hidup masayrakat, namun disatu sisi ini seperti kami merasa di jajah.

Ya, penjajahan yang terselubung, sebentar lagi daerah kami akan dikuasa para bule, banyak tanah yang dijual oleh masayrakat di bali untuk villa dan hotel. Setelah itu kami tak punya apa-apa lagi.

Setelah menjual tanah kita memang kaya dalam jangka beberapa tahun. Namun setelah itu? Jika skill tidak ada tetap kita akan kembali menjadi pekerja rendahan. Atau lebih parah bekerja pada hotel yang didirikan diatas tanah yang dulu kita pernah miliki.

Bali sudah over exploitasi.

Baliku sayang..

Seperti apa kita 20 tahun lagi?
Kasihan anak cucu saya nanti, neneknya tak mampu berjuang untuk mereka.

d.purnami
24 Oktober 2008

Saturday, October 25, 2008

Pancake of the day!

Pagi yang tergesa-gesa. Walau aku bangun lebih pagi, tetap saja aku terlambat. Hanya sempat menyomot 2 pancake isi pisang. Kumasukkan kedalam kotak dan bermaksud untuk kusantap dalam perjalanan ke Denpasar.

Dalam jarak tempuh 5 menit aku sampai dikantor dengan terlambat dibonceng dengan temanku yang belum fasih naik motor matic. Selain ajrut-ajrutan, juga sekian kali aku nyaris terjungkal karena remnya yang terlalu paten.

Ahmad Tohari penulis novel ronggeng dukuh paruk sudah menungguku.
”Maaf saya terlambat sedikit”
“Dimana yang lain ? sapanya
“ Kita jemput ke hotel pak”
”Tadi ada yang datang satu”
”Bapak kenal”
”Belum kenalan saya”
”Siapa ya kira-kira?, jujur saya bingung pak dengan wajah para penulis, saya belum pernah bertemu langsung. Selama ini saya komunikasi via email, sms dan telfon. Juga foto yang dikirim untuk di katalog kebanyakan foto mereka waktu masih ganteng dan cantik pas ketemu beda banget pak. Kemarin saja Dino Umahuk bawa buku ke kantor saya kira kurir barang”
”ah kamu itu bisa saja, ayo berangkat biar ga telat”
”Nunggu Bernice dulu pak kalo dia datang kita berangkat, hmmm oh ya kita juga harus nunggu Faisal Tehrani, saya ga tau orangnya. Kalau tak muncul kita tinggal saja ”
”Halo ini saya, Faizal dari malaysia, kawan saya Bernice lagi dalam perjalanan, sudilah tunggu sebentar” ( ternyata yang berdiri disamping saya dari tadi faizal yang kukira relawan)
Upss boro-boro sempat makan pancake awak sudah cukup malu sama abang faizal.

Akhirnya 5 menit kemudian Bernice datang dan lebih cantik aslinya dibandingkan dengan foto di katalog.

Kami pun berangkat menjemput 4 penulis lagi, Azhari, Mashuri, Dino, dan lily. Sesampainya di hotel, mereka belum juga siap, masih sarapan.

Aku berikan mereka kode, mengembangkan lima jari dan menunjuk jam sambil pasang tampang seram, toleran waktunya tinggal 5 menit saja.

Sembari menunggu mereka selesai sarapan, aku mengeluarkan bekal andalanku, baru kubuka, baunya membuat liur. Siap menyantap pancake, telfonku berdering dan pancake kuserahkan kepada temanku. Telfon kututup satu sudah dimakan oleh 2 temanku.

” yummy!!! pancake pisangnya enak, ini kusisakan 1 buat kamu” seru mereka.

Ku ambil sisanya dan langsung masuk mobil. Sebelum kumakan, akupun menawari pada penghuni mobil lainnya.
”Abang Faizal, bernice, dan pak Ahmad, mau pancake?”
”Boleh”
”ddddggggg”

Kuberikan sisa 1 pancake kepada mereka dan dibaginya bertiga sampai habis.

Terima kasih kadek, enak sekali, kami tak sempat sarapan tadi di hotel.

”ah iya sama-sama”


d.purnami
Ubud, 16 oktober 2008

Wanita lebih kuat daripada pria

Ada yang pernah bilang bahwa wanita memang lebih kuat dari pria? Benarkah?
Komentar saya ” memang benar dan sudah terbukti”

Sore ini saya mengantarkan ibu mertua ke sebuah acara pertemuan antar warga. Ah,dimanapun jika ibu-ibu sudah berkumpul pasti ramai jadinya. Acara temu warga mungkin akan berubah menjadi ajang curhat antar tetangga. Hhmmm...apa iya begitu?

Untuk kedua kali saya membenarkan. Ya! betul banget.

Rapat antar warga baru berjalan setengahnya, peserta rapat satu persatu merapatkan diri membentuk rapat-rapat kecil. Yepp tiada lain dan tiada bukan ajang curhat akan segera dimulai. Rapat antar warga bukan hal penting lagi, itu cuman alasan biar bisa ngumpul.

Mereka tak hiraukan keberadaan saya, maklum saya masih dianggap anak kecil yang belum tahu persis bagaimana manis pahitnya kehidupan di dalam rumah tangga. Saya membolak balikkan majalah sembari memasang kuping. Salah satu ibu mengeluhkan suaminya yang jarang pulang, ibu yang lain mengeluhkan mertuanya yang super duper cerewet, atau seorang tetangga yang baru ketahuan selingkuh dan menjadi top gossip this week.

Selang beberapa menit rapat temu warga semakin terpecah menjadi beberapa bagian kelompok. Mereka otomatis berkumpul berdasarkan teman akrab, rasa senasib dan seberapa besar tingkat kepercayaan untuk saling menjaga rahasia.

Aku masih menemani mertuaku, dia cukup disegani karena usianya yang paling tua, dia tak begitu antusias bergosip, paling menjadi pendengar yang baik untuk tempat curahan hati. Tak selang berapa lama seorang ibu mendekati dan nampak sedang kusut sekali.

” duh ibu, saya sedang kesal sekali”
”ada masalah apa?” ( itu adalah pertanyaan wajib untuk menunjukkan simpati)
”suamimu bertingkah lagi?”
”iya bu, suami saya barusan menghancurkan lagi seluruh perabotan dapur, ingin rasanya saya bacok pakai parang, tapi kalau dia mati, kasihan anak-anak saya”

Aku mengenali ibu itu, keadaan keluarganya memang pas-pasan. Suaminya tak bekerja, pemabuk, penjudi dan suka membawa cewek kafe. Rutinitasnya pulang malam, mabuk dan mengamuk, barang-barang dirumahnya nyaris habis dan rusak di hancurkan oleh suaminya. Sedangkan istrinya bekerja keras dan tetap sabar.

”ah sudah nasib saya mungkin seperti ini, dulu saya menikah dengannya juga karena cinta”

Kuakui, Ibu itu merupakan wanita yang hebat, dia tetap sabar menghadapi suaminya, dia bertahan karena dua anaknya masih kecil dan melihat keadaan mertuanya yang makin lanjut. Dialah tulang punggung keluarganya, mata pencaharinnya menjual nasi bungkus di pasar dengan penghasialan yang tak seberapa. Suaminya sudah tak berfungsi sebagai kepala keluarga

Tak hanya suami yang membebaninya, lain lagi dengan kelakuan anaknya” like father like son” Anak sulungnya baru masuk kelas 1 di SMU, dulu anaknya ini rajin membantu ibunya berjualan. Kini beda lagi ceritanya, sekarang dia adalah anak Band, pantang baginya membungkus nasi, apa kata teman-temannya nanti. Si sulung sudah 1 bulan tak sekolah, tiap malam manggung di kafe. Honornya yang tak seberapa habis untuk membeli atribut anak metal dan minuman keras. Alhasil dia dipecat oleh sekolahnya.

Miris aku mendengar cerita ibu itu. Bibirnya bergetar menahan tangis.
” Menangislah, disinilah tempatmu menangis, kamilah teman-temanmu”
Sela ibu mertuaku di sela getar bibir yang jarang di poles gincu.

Disitu aku melihat, kekuatan kaum perempuan, melihat wanita-wanita hebat.
Melalui pertemuan seperti ini mereka bisa berbagi.

Saya teringat kultur jaman dulu ketika para ibu rumah tangga selesai menyapu sore mereka seringkali meluangkan waktu duduk di luar gerbang bercengkrama bersama ibu tetangga sambil mencabuti uban sampai akhirnya mandi ke sungai beramai-ramai. Saya kira disanalah tempat mereka untuk saling berbagi.

Yah saya sepakat sekali wanita memang lebih kuat dibandingkan pria.

Wednesday, October 1, 2008

The world is not SQUARE!

Tri Hita Karana, sebuah filosofi tentang konsep keseimbangan dalam menjalankan hidup, seimbang ataupun harmonis dalam hubungannya dengan Tuhan, manusia dan alam. Itu juga yang diambil menjadi tema festival kesusastraan ubud writers & readers festival.

Whats? (Aku sedikit kaget, ternyata aku masih bekerja untuk festival) he..he..
Beberapa bulan belakangan ini, aku kehilangan keseimbangan, kurang harmonis dalam pengaturan waktu. Deadline kerja yg ketat, so many things to do, dan semua harus cepat. Coffe latte terasa tak senikmat biasanya, tak ada rekreasi dalam menikmati kopi itu, ( misal dulu terasa sangat nikmat saat dinikmati dgn orang yg di sayang), tapi kini kopi itu hanya untuk menjaga mata tetap melek. Berapa gelas sehari kadang tak ingat, jantungpun di pompa habis.

Pulang setelah petang, tak sempat lagi memandang bukit nan hijau atau berhitung detik sambil berteriak saat surya tenggelam, ah apalagi memandang jingganya langit yg munculkan gairah menyambut petang. Jarang kunikmati!

4.45 pm pump it times! Adalah waktu kami nge dance di kantor sebelum pulang kerja. Ritual itu sudah 3 bulan tak berjalan. Atau duduk di tepi jendela menemani berto bermain gitar. Semua itu terhenti, yang ada hanya alis terpaut dan muka kusut.

Aku menjadi lupa banyak hal indah karena kata yg sangat tak sedap di dengar” sibuk’ sialan kata itu membuat aku tak seimbang dalam menjalankan semua aktivitas ini. Kelinci-kelinci peliharaanku sudah tertidur pulas saat aku pulang.tak bisa lagi kunikmati kelucuannya sata melompat.

Sobat, Dunia ini bulat bukan kotak seperti layar computer 10 inchi yg wide.

Kadang terlalu banyak waktu yg kuhabiskan bersama laptop bulukan ini. Dia memang menawarkan banyak hal menarik dan mengajakku menelusuri berbagai belahan dunia. Tapi dunia tidak kotak melainkan bulat! Kita perlu keluar melihat secara nyata dan bersosialisasi dengan hati.

Sigh…
The world is not square!