Monday, April 30, 2007

semua ada waktunya

lambaian bagai sebuah salam perpisahan
tatapan mata seolah meninggalkan pesan
amanatkan suatu saat nanti kau kan datang
hampiri lagi dalam sebuah ukuran masa

tak ada sisa pelukan atau ciuman
tuk sekedar diingat atau dikenang
untuk sebuah cerita penuh makna
yang bisa disemayamkan dalam jiwa

esok kau datang lagi untuk beri salam
atau pergi lagi karena sudah waktunya
kau hanya sisakan setangkai bunga
yang terus kusirami dengan cinta

bunga tumbuh dan berkembang
menarik kumbang yang terbang
melayang-layang dalam bimbang
hingga semua terasa hilang

semua ada waktunya
kata bijak penuh harapan yang tertinggal
menggantungkan rasa tuk kecap asa
membuat penantian tak terasa

Friday, April 20, 2007

19 April - Sebuah hari yang tercipta untukku

Pagi ini cuaca sangat cerah, tak seperti hari-hari kemarin yang selalu diselimuti mendung.
Kubuka jendela menghirup udara segar dan medengarkan kicau burung. Duduk dipinggir jendela sembari menikmati secangkir kopi panas sangat pas untuk membangkitkan semangat menyambut pagi. Pepohonan hijau dan biasan cahaya dari air kolam renang menyejukkan mata. Kutatap mentari serta merta berbisik dalam hati

“jadilah matahariku hari ini dan terangi jiwaku”


Hari ini usiaku bertambah, waktukupun kian berkurang di dunia ini.Hal itu semakin menyadarakanku untuk berusaha mengurangi berbuat dosa.

Kulirik lelakiku yang masih terbenam dalam balutan selimut, urung niatku membuka kelambu, karena tak ingin angin usik tidurnya. Belahan jiwaku yang selalu hadir dengan kesederhanaan, kesabaran dan ketulusan membuatku tetap bergadeng tangan bersama arungi kehidupan.


Tak ada pesta yang meriah dalam hari ulang tahunku kali ini. Lilin tak kunyalakan di atas kue tiramisu kegemaranku, tapi aku nyalakan diatas altar suci. Aku bersimpuh menunduk dalam waktu yang cukup lama berucap syukur aku masih bisa nikmati hidup hingga hari ini.

Matahariku telah terbenam tinggalkan senja merah yang merekah hangat. Kembali kududuk di dekat jendela resapi anugrah terindahNya, rangkaian tulip putih nampak menonjol dan indah di pojok ruangan, menyiratkan kesederhanaan dan ketulusan.

Teruntuk mereka yang mengasihiku; keluarga dan sahabat tercinta, terima kasih telah warnai hidupku menjadi lebih indah.

Tuesday, April 10, 2007

Mawar Putih Mantan Kekasih

Semangatku menyambut pagi setinggi gedung bertingkat di hadapanku, bagaimana tidak, hari ini kontrak kesepakatan kerjasama di tanda tangani, permohanan dana kami dikabulkan membuat penantian dalam proses waktu tiga bulan akhirnya membuahkan hasil. Tirai jendela kamar kubuka membiarkan biasan cahaya menerangi ruangan. Telah satu minggu apartemen ini aku tempati, menurut feng shui kamar ini memiliki energi yang bagus, kamar dengan posisi menghadap timur berarti menyambut matahari sebagai sumber energi sedangkan nomor 8 dipercaya sebagai angka keberuntungan, manisfestasi dari delapan penjuru mata angin. Kesempurnaan feng shui itu sedikit terganggu dengan pemandangan gedung di depan kamr tidurku. Logo salah satu penyedia layanan jaringan telfon seluler terlalu mendominasi pemandangan, harusnya aku mendapatkan royaliti dari perusahaan tersebut karena merek perusahaan itu begitu melekat dalam ingatan.

Lagu yang menyentak kuputar untuk menambah semangat, kugerakkan sedikit tubuh sekedar melemaskan badan. Sejujurnya aku adalah salah seorang penderita sindrom I hate Monday, aku sering tersugesti merasa malas mengawali hari setelah liburan akhir pekan sehingga hari senin akan kulewati dengan perasaan Monday blues. Tapi tidak boleh berlaku untuk hari senin ini. Kutelusuri satu per satu agendaku, diawali dengan sarapan pagi di sebuah excecutive lounge bersama seorang calon donatur dari perusahaan minyak ternama, membicangkan sebuah proyek seni rupa, kemungkinan dana akan turun mengingat sang pemilik sangat menyukai dunia seni. Telah kubuktikan sebelumnya saat aku mendapatkan akses untuk bertandang ke rumah pribadinya yang mirip galeri lukisan. Rapat kulanjutkan dengan makan siang di sebuah rumah seorang duta besar negara tetangga, misiku kali ini adalah mendapatkan dukungannya dalam membawa seorang penulis ternama untuk membuat sebuah lokakarya kepenulisan. Satu kunci lain untuk mendapatkan simpatinya adalah jangan lupa memuji kucing anggora kesayangannya. Dan agenda terkahir adalah makan malam dengan perkumpulan wanita socialite guna membuat proyek sosial yang ditujukan untuk anak-anak putus sekolah. Dari daftar tamu yang dikirimakan kulihat beberapa nama selebritis ibukota, dapat kubayangkan malam itu akan dipenuhi wanita cantik dengan tata rambut bersasak tinggi, gemerlap berlian, wangi farfum ternama dan senyum sumringah di bibir. Pastinya hariku akan bergairah ditambah beberapa jadwal tambahan menyela diantara coffee break. Kubuka lemari pakaian mencari setelan yang pas, kutemukan sebuah terusan hitam selutut, akan tampak formal jika dipadu dengan jas, untuk malam hari cukup mengganti jas dengan selendang sutra bermanik dan sepatu hak terbuka berornamen tali yang akan memperlihatkan betisku yang jenjang. Sapuan hiasan minimalis dengan fokus pada garis mata membuat mataku terlihat tajam dan segar. Sedangkan untuk rambutku yang lepek kuusapkan foam pengeras agar terlihat sedikit terkembang berkesan basah. Sebagai sentuhan akhir tak lupa kusemprotkan parfum keluaran salah satu merek kosmetik ternama. Semua itu menjadi bekal penampilanku hari ini.

Sembari memasukkan semua berkas kantor dan siap beraktivitas kubuka pintu kamar, langkahku terhenti dan tertegun dengan apa yang kulihat, seikat mawar putih berpita merah, kutersenyum dalam hati seperti perpaduan warna sang Saka tingal di kibarkan saja. Sejenak kuberfikir kalau hari ini bukan ulang tahunku, atau hari valentine dan pastinya juga bukan hari jadianku dengan Rio. Kekasihku itu tak mungkin berlaku romatis seperti ini, nyaris setahun ini kami bersama, namun belum setangkai bungapun diberikan untukku. Lelaki yang kurang romantis namun tetap memikat hatiku. Cepat kuraih kartu yang diselipkan diantara duri mawar tersebut “ Cinta kan membawamu kembali” aku terhenyak dengan kata-kata singkat itu membuatku lemas dan sepertinya hariku tak akan sukses jika dilanjutkan. Gontai dan penuh tanya kuawali langkahku menuju parkiran, kukendarai mobil perlahan sambil sesekali melirik ponselku untuk sekedar mengecek apakah ada pesan lanjutan dari si pengirim bunga tersebut, ternyata tak ada. Fikiranku meluncur ke sekian tahun lalu sebelum mengawali perjalanan cintaku dengan Rio. Lagu mantan kekasih dari Sheila on 7 mengalun dari radio yang kunyalakan menarik ingatanaku pada sederetan mantan kekasihku. Cukup banyak lelaki yang singgah di hatiku semenjak aku mulai mengenal apa artinya cinta. Pertulangan yang setidaknya cukup bagus untuk referensiku sebelum memutuskan lelaki yang tepat menjadi pendamping hidupku.

Sore hari seluruh pertemuan sudah kuselesaikan, tinggal bertemu dengan para wanita socialite. Aku meluncur sebelum macet tiba sambil menjemput seorang teman yang tinggal di sebuah apartemen kawasan Casablanca. Aku sedikit ngeri dengan pemandangan dari kamar temanku itu, sederetan kuburan dengan tanda salib berjejer rapi, belum lagi harus melewati sebuah terowongan yang konon sering dikenal dengan cerita horornya namun dia sangat menyukai kawasan apartemen ini padahal ada penawaran bagus dengan lokasi yang lebih strategis di kawasan Mega Kuningan. Makan malam dengan para wanita kaya telah usai, cukup melelahkan mendengarkan cerita mereka. Kegiatan sosial ini otomatis akan mendongkrak popularitas mereka. Tak masalah bagiku apapun tujuan mereka yang penting masyarakat kurang mampu bisa mendapatkan bantuan.

Jakarta terasa indah jika dimalam hari, kupandang kerlip lampu malam seolah –olah mengerling menarikku dan menyesatkan dalam kegairahan malam kota ini. Rio menelfon mengajak keluar menikmati angin malam Jakarta.

Babe, jalan yuk, nongkrong di Kemang”

“Uhhm, sori aku capek sekali, besok ada presentasi kerja”

“Ah, urusan kerjaan besok aja difikirnya, ayolah sayang, work hard, party hard juga dong”

“Maaf sayang, sepertinya tidak malam ini deh”

“Okay kalau begitu aku keluar dengan teman-temanku saja ya?”

“Yepp, party safe ya sayang”

Kembali kupandangi buket bunga mawar putih itu dan mengira-ngira pengirimnya. Aku teringat pada Hendra, lelaki yang kuputuskan sebelum aku menjalin hubungan dengan Rio, mungkinkah dia yang megirimakan mawar itu. Tapi sepertinya tak mungkin, karena menurut informasi dari temanku dia telah memiliki kekasih baru dan segera menikah,dan juga dia bukan tipe lelaki yang bisa memaafkan. Sederetan lelaki singgah dalam hatiku hanya dalam hitungan minggu, tak ada yang bertahan lama. Aku teridur dalam rasa penasaran.

Pagi ini aku terbangun melewati rutinitas seperti biasa dan bersiap untuk bekerja. Kubuka pintu kamar dengan perlahan, seikat bunga mawar putih kembali ada di depan pintu, cepat kuraih kartu yang terselip. “Sandra, cintaku hanya tercipta untukmu” Nyaris satu minggu setiap hari ada bunga mawar yang sama di depan kamar dari seluruh kartu ucapan yang diselipkan menunjukkan betapa dia masih mengharapkanku. Aku menaruh mawar itu dalam jamban besar, malam ini aku berjanji memasakkan calamari salad favorit Rio. Dia datang mendahului 30 menit sambil membawa sebotol anggur putih dan film terbaru. Hubunganku dengn Rio telah memecahkan rekor usia waktu pacaran kami. Rio adalah seorang kekasih yang bisa menjadi sahabat. Awal hubungan kami memang karena pertemanan, kemudian menjadi teman spesial dan akhirnya kami sepakat berpacaran. Sejujurnya waktu itu kami sama-sama sudah memiliki pasangan tapi daya tarik Rio membuatku tergoda sampai akhirnya aku memutuskan Hendra dan menjalin hubungan dengan Rio. Walaupun hubungan kami telah melewati masa satu tahun, sekalipun Rio tak pernah membicarakan komitmen akan pernikahan. Tidak seperti Dimas yang baru kenal beberapa hari telah menyatakan cinta dan ingin meminangku, tanpa fikir panjang langsung saja aku menghilangkan jejak darinya, walaupun kuakui dia lelaki yang sudah mapan, ganteng dan baik hati tapi itu bukan menjadi sebuah alasan bagiku untuk membuat sebuah komitmen. Setelah kuputuskan tak pernah lagi aku mendengar kabar dari Dimas, konon cerita dari teman, dia merasa sakit hati atas sikapku dan meninggalkan Indonesia untuk bekerja di negeri kangguru. Sambil memasak aku melirik Rio, tangannya tak pernah terlepas sedetikpun dari telfon genggamnya, jemarinya sibuk mengirimkan pesan sesekali tersenyum sendiri.

“Sms dengan siapa sayang, hati-hati nanti jempolmu kurus”

“Dengan teman-teman, mereka mengajaku jalan, bolehkah aku pergi dengan mereka? nonton filmnya kapan-kapan saja ya ”

“Uhmm, baiklah, taruh saja filmnya diatas meja kamar”

“Ok, wow.., mawar putih, tumben kamarmu dihiasi bunga?”

“Iya, karena kamu spesial”

Kutekan suaraku agar dia tidak menaruh curiga pada mawar tersebut. Aku mulai cemas dengan hubungan yang kujalin dengan Rio yang tidak pernah menyingung komitmen lebih jauh. Bulan depan adalah ulang tahunku, umurku telah memasuki kepala tiga, aku berharap dia melamarku, sering kubayangkan betapa lengkapnya hidupku mempunyai pendamping Rio dan kami memilki anak yang lucu-lucu.

Sore ini sebuah rapat di batalkan, aku menuju pusat perbelanjaan mencari gaun yang akan kukenakan makan malam bersama Rio saat ulang tahunku nanti. Sedikit tak percaya dengan apa yang kulihat, lelaki yang saat ini kucinta dan kuharapkan melamarku bergandengan tangan dengan seorang wanita lain. Hatiku bergemuruh tak sangka dihianati, seperti sebuah adegan sinetron kudekati dia dan terjadilah pertengkaran diantara kami, sepertinya Rio tak berusaha menjelaskan hubungannya dengan wanita itu.

Rio, aku minta penjelasan darimu atas semua ini”

“ Maafkan aku atas semua ini, Sandra maaf, aku tak berani jujur padamu, aku belum siap berkomitmen lebih jauh denganmu, aku masih ingin berpetualang, kutahu kamu menanti komitmenku untuk hubungan kita, tapi maafkan aku tak bisa”

Jawaban Rio membuat darahku membeku dan tak tak pernah kusangka lelaki yang kucinta menghianatiku. Mungkin benar apa kata orang, sebuah hubungan yang diawali dari perselingkuhan tak dapat menjamin sebuah kesetiaan. Rio memang tak pernah berhenti berpetualang, entah berapa wanita lagi yang akan dia arungi hatinya. Kutermenung dengan kejadian sore tadi, sakit terasa pada hatiku. Saat aku ingin serius berkomitmen, tak kutemukan lelaki yang siap kuajak berkomitmen. Mungkin memang hukuman bagiku telah menyiakan sekian banyak lelaki yang tulus padaku. Penyesalan memang selalu datang terakhir. Tiga hari lagi ulang tahunku hari terasa sepi, tak ada mawar putih, ataupun permintaan kembali dari Rio. Aku harus bersiap melewati ulang tahunku sendiri. Jam 12 pas, kuucapkan selamat ulang tahun pada diriku, lama aku tak berdoa, kini aku teringat pada Tuhan, mohon ampun pada kesalahan yang pernah kuperbuat, dan berharap Tuhan memberikan kesempatan untuk menemukan lelaki yang tepat. Hari ini sengaja aku aku mengambil cuti libur, walaupun tak ada pacar aku akan tetap merayakan ulang tahunku, pantai adalah salah satu tempat yang akan kukunjungi hari ini. Sembari mempersiapkan segala kebutuhan kudengar seseorang mengetuk pintu kamarku, kuintip dari lubang kaca kecil tak begitu kukenali tubuh itu, yang pasti adalah seorang lelaki. Kubuka pintu kamar, tak menyangka akan apa yang kulihat.

“Dimas??!!!”

“Ya, ini aku, selamat ulang tahun Sandra”

Kuterima buket mawar merah yang besar darinya dengan segala kecanggungan, aku mempersilahkan dia masuk.

“ Lama tak berjumpa denganmu, kamu makin tampak dewasa dan matang”

“Thanks, kok kamu tahu aku tinggal disini?”

“Ya, tahu aja, oh ya apa kamu memiliki acara di hari spesialmu ini?”

“Uhmm, tidak juga sih”

“Kalau begitu aku ingin mengajakmu keluar berjalan-jalan “

Tak mengerti atas sikapku, aku mengikuti ajakan Dimas dan membatalkan rencanaku menikmati liburan di pantai.

“Kapan kamu kembali ke Indonesia?”

“Sejak dua bulan lalu aku pindah kerja disini”

“Bagaiaman kamu tahu aku tinggal disini?” Pertanyaan ini kuulang, karena aku masih penasaran bagaiaman dia tahu tempat tinggalku yang baru.

“Maaf, tanpa maksud mengintaimu, aku tahu seluruh kegiatanmu hingga orang yang dekat denganmu”

“Wow.. kamu telah mengintai dan memasuki area pribadiku”

“Bukan maksud hati seperti itu, hanya memastikan kamu baik-baik saja”

“Tapi kamu tidak bermaksud menjadi malaikat penyelematku kan?”

“Andai kamu tidak keberatan aku ingin menjadi malaikat hatimu”

“Dimas, kamu sedang tidak menanti penolakan dariku untuk kedua kalinya bukan?”

“Aku akan terus mencoba hingga kau lelah menolaku atau seseorang telah meminangmu. Selama kamu masih belum dimiliki oleh seseorang, tak salahnya aku mencoba bukan? Bagaimana dengan mawar putih yang kukirimkan, apa kau menyukainya? “

Kuterdiam sepanjang perjalanan, tak menyangka akan semua hal yang terjadi, mawar putih, diputuskan oleh Rio, ulang tahun bersama Dimas. Apakah ini jawaban dari doaku semalam?.