Tuesday, February 12, 2008

Amor Ring Acintya

Tepat tengah hari
jarum waktu menunjukkan pk 12 siang
suasana riuh
hanya riuh saja
tak ada tenang atau hening sedikitpun
di hati maupun diluaran sana

Tangis berderai
tiada henti
berbulir-bulir air mata
berjatuhan
di pertiwi

Kepala serasa penuh
fikiran berkecamuk
hatipun remuk
dada sesak menyesak
jantung berdegup kencang

Waktu terasa berhenti
tak ada batas mimpi dan nyata
berharap ini mimpi
dan bukan nyata

Seperti tertampar
aku tersadar
ini nyata
bukan mimpi

Obor telah padam
tiada setitikpun nyala
gelap gulita
tak dapat kulihat

Hatiku kosong
windhu..
hampa
tiada jiwa
tiada nyala

Dia telah pergi
nyala jiwaku padam
akupun seperti mati
berdiri kaku
terpeku

dia yang mengalir dalam darahku
dia yang menjadikanku seonggok daging hidup
dia yang menjadikanku ada
dia yang menjadikanku punya rasa
dia adalah jiwaku
dia adalah denyut nadiku
dia adalah orang yang paling kucinta.

Kini,
dia terbujur kaku didepanku
berpulang ke rumah Tuhan
menyatu dengan sang pencipta
menuju kesempurnaan

Dalam senyum yang dalam
iklas meninggalkan duniawi
berjalan tanpa menoleh kebelakang
dia telah pergi untuk selamanya.

Tubuhnya,
telah menjadi abu oleh sang Agni
melebur dengan sang Baruna
dihanyutkan oleh sang Wisnu

Hantarkan,
ruhnya menuju rumahNya
sang Surya sinari jalannya
peganglah tangannya agar tak tersesat
agar dia temukan rumah sejatinya.

Hanya dalam 12 jam
dia telah lenyap
tinggal nama dalam benak
ada sisa kenangan yang hangatkan hati
juga kisah hidupnya yang bangkitkan semangat
dijiwa dia akan tetap bersemayam

ini adalah matahari pertama dalam hidupku
yang tak dapat kulihat cahayanya

ini adalah hidupku yang paling gelap
tak ada setitikpun lentera menerangi

Pada pertiwi aku bersimpuh
kuatkanlah aku untuk tetap berpijak di bumi ini

dia telah terbang
tinggi
dan sempurna bersama cahaya.

Suatu hari aku akan menatapmu kembali
Cahayaku

d.purnami
11 Februari 2008. pk 12 wita
Untuk sang Ayahanda tercinta
selamat jalan.
Amor Ring Acintya