Wednesday, December 20, 2006

Ular Loreng Lari Lurus

Malam semakin larut dan angin dingin mulai merasuk kedalam tulang. Kutekuk lutut dengan rapat menyentuh dagu dan memperkuat pelukan. Kopi tinggal setengah cangkir, namun mataku tak kunjung terbelalak, malahan sebaliknya kepala semakin telungkup masuk kedalam sela lutut.

Hati dan fikiran saling bertanya tanpa sebuah jawaban seperti dialog kebisuan. Kuraih ponsel mencoba melihat deretan nama panjang yang memenuhi kapasitas phonebook, Kembali aku semakin meringkukkan badan terbalut dalam kegelapan. Ironis sekali disaat aku dalam keadaan hancur seperti ini tiada satupun mereka ada bersama dan memelukku. Sebuah kepedihan menyadarkanku bahwa aku tidak punya siapa-siapa.

Panggilan seorang wanita setengah baya berbaju putih menyadarkanku. Dia menyodorkan beberapa lembar kertas. Dengan langkah berat dan gamang kumelewati lorong- lorong sepi. Kukancingkan jaketku sekedar menghangatkan tubuh, dengkuran para penjaga malam mengiringi langkahku. Kutuliskan nama lengkap wanita yang terkulai lemas itu serta namaku sebagai penanggung jawabnya, dengan teliti kuisi formulir itu untuk meminimalkan masalah, maklumlah rumah sakit pemerintah, prosedur harus diikuti dengan jelas agar hak bisa di dapatkan dengan optimal.

Kukembali kepada suster penjaga, walaupun malam semakin pekat tidak mengurangi keramaian di ruang gawat darurat ini. Kulirik lelaki pelindungku yang hanya terdiam, matanya menunjukkan kelelahan, lama aku tidak memperhatikan dia. Ubannya mulai memutih menghiasi helai rambutnya, kulitnya terlihat agak kusam, kerutan ditanganyya tergurat jelas. Aku tak kuasa menatapnya ada kerinduan yang dalam pada masa-masa aku kecil bergelayut manja di tangan mereka kini keadaan menunjukkan sebuah timbangan keseimbangan, tak lagi hanya mereka sebagai pemberi namun kami harus saling mendukung. Aku kembali menatap wanita yang terbaring lemas, entah dia masih sadarkan diri atau sedang terbang menggapai awan bermain dengan sang peri. Adakah keindahan yang dia rasakan ataukah lingkaran jalanan gelap yang tak tentu arah, enatahlah dia hanya terdiam dalam gamangnya suasana. Suster penjaga kembali hadir diikuti oleh tiga orang dokter dan berusaha menyadarkan wanita yang lunglai tersebut. Tak lama mereka beralih kepada kami dengan berbagai pertanyaan menghujam. Selaku saksi kejadian kami berkewajiban memberikan keterangan kronologis kejadian untuk sebuah diagnosa. Para dokter itu kemudian pergi seolah membuat rapat kecil untuk menyimpulkan diagnosa awal. Wanita yang terbaring itu mengerejap tersadar, setelah kembali dari perjalanan panjang yang melelahkan, dia menarik nafas panjang dengan tatapan yang kosong. Dokter itu kembali hadir dan melakukan sebuah test awal untuknya. Pertanyaan sederhana dilayangkan untuknya, namun dia tidak menjawab dengan fasih dan benar. Hatiku terpukul melihat semua itu. Kulirik kembali lelaki pelindungku yang sedari tadi terbisu nampak semakin kelu. Dokter melakukan beberapa test fisik untuk mengetes reflek motoriknya, hasilnya terlihat kurang memuaskan, kemudian dia kembali melakukan test lain.

Ibu, tolong ikuti apa yang saya katakan kata sang dokterkepada wanita itu

“ ular loreng lari lurus”

Wanita itu hanya terdiam kelu, sekian kali sang dokter mengulang perintahnya, dan dia hanya bisa mengikutinya dengan terbata-bata. Test demi test dilalui tak menunjukkan hasil yang memuaskan. Aku semakin tak bisa mempercayai semua hal yang terjadi dalam sekejap ini.

Tak terasa sang mentaripun telah muncul mengintip dari celah jendela menyebarkan energi baru bagi sang anak manusia dan aku masih sendiri mengahadapinya.

Inikah hadiah ulang tahunku kali ini tanyaku pada lelaki pelindungku.

Dan dengan kasih sayang dia mengelus rambutku sembari berkata

“ Setidaknya kamu masih memiliki hadiah spesial, dia tidak mengambilnya saat ini, dan kau masih diberikan kesempatan untuk bersamanya. Demi cintamu padanya, berjuanglah untuk tegar. Tahukah kamu bahwa kebahagian dan kesedihan bukan sebuah pilihan, suatu saat kamu akan bisa berlaku yang sama disaat sedih dan senang menghampiri”

Aku menyandarkan kepalaku di bahu lelaki pelindungku yang kian renta, untuk kalian aku akan tegar melewati ini semua.

Kini wanita itu telah kembali pulih setelah melalui proses yang cukup panjang, dan hari ini kami bisa melihatnya tersenyum dan merayakan ulang tahunnya.

Semoga kebahagian menyertai di sisa umurnya.