Semangatku menyambut pagi setinggi gedung bertingkat di hadapanku, bagaimana tidak, hari ini kontrak kesepakatan kerjasama di tanda tangani, permohanan dana kami dikabulkan membuat penantian dalam proses waktu tiga bulan akhirnya membuahkan hasil. Tirai jendela kamar kubuka membiarkan biasan cahaya menerangi ruangan. Telah satu minggu apartemen ini aku tempati, menurut feng shui kamar ini memiliki energi yang bagus, kamar dengan posisi menghadap timur berarti menyambut matahari sebagai sumber energi sedangkan nomor 8 dipercaya sebagai angka keberuntungan, manisfestasi dari delapan penjuru mata angin. Kesempurnaan feng shui itu sedikit terganggu dengan pemandangan gedung di depan kamr tidurku. Logo salah satu penyedia layanan jaringan telfon seluler terlalu mendominasi pemandangan, harusnya aku mendapatkan royaliti dari perusahaan tersebut karena merek perusahaan itu begitu melekat dalam ingatan.
Lagu yang menyentak kuputar untuk menambah semangat, kugerakkan sedikit tubuh sekedar melemaskan badan. Sejujurnya aku adalah salah seorang penderita sindrom I hate Monday, aku sering tersugesti merasa malas mengawali hari setelah liburan akhir pekan sehingga hari senin akan kulewati dengan perasaan Monday blues. Tapi tidak boleh berlaku untuk hari senin ini. Kutelusuri satu per satu agendaku, diawali dengan sarapan pagi di sebuah excecutive lounge bersama seorang calon donatur dari perusahaan minyak ternama, membicangkan sebuah proyek seni rupa, kemungkinan dana akan turun mengingat sang pemilik sangat menyukai dunia seni. Telah kubuktikan sebelumnya saat aku mendapatkan akses untuk bertandang ke rumah pribadinya yang mirip galeri lukisan. Rapat kulanjutkan dengan makan siang di sebuah rumah seorang duta besar negara tetangga, misiku kali ini adalah mendapatkan dukungannya dalam membawa seorang penulis ternama untuk membuat sebuah lokakarya kepenulisan. Satu kunci lain untuk mendapatkan simpatinya adalah jangan lupa memuji kucing anggora kesayangannya. Dan agenda terkahir adalah makan malam dengan perkumpulan wanita socialite guna membuat proyek sosial yang ditujukan untuk anak-anak putus sekolah. Dari daftar tamu yang dikirimakan kulihat beberapa nama selebritis ibukota, dapat kubayangkan malam itu akan dipenuhi wanita cantik dengan tata rambut bersasak tinggi, gemerlap berlian, wangi farfum ternama dan senyum sumringah di bibir. Pastinya hariku akan bergairah ditambah beberapa jadwal tambahan menyela diantara coffee break. Kubuka lemari pakaian mencari setelan yang pas, kutemukan sebuah terusan hitam selutut, akan tampak formal jika dipadu dengan jas, untuk malam hari cukup mengganti jas dengan selendang sutra bermanik dan sepatu hak terbuka berornamen tali yang akan memperlihatkan betisku yang jenjang. Sapuan hiasan minimalis dengan fokus pada garis mata membuat mataku terlihat tajam dan segar. Sedangkan untuk rambutku yang lepek kuusapkan foam pengeras agar terlihat sedikit terkembang berkesan basah. Sebagai sentuhan akhir tak lupa kusemprotkan parfum keluaran salah satu merek kosmetik ternama. Semua itu menjadi bekal penampilanku hari ini.
Sembari memasukkan semua berkas kantor dan siap beraktivitas kubuka pintu kamar, langkahku terhenti dan tertegun dengan apa yang kulihat, seikat mawar putih berpita merah, kutersenyum dalam hati seperti perpaduan warna sang Saka tingal di kibarkan saja. Sejenak kuberfikir kalau hari ini bukan ulang tahunku, atau hari valentine dan pastinya juga bukan hari jadianku dengan
Sore hari seluruh pertemuan sudah kuselesaikan, tinggal bertemu dengan para wanita socialite. Aku meluncur sebelum macet tiba sambil menjemput seorang teman yang tinggal di sebuah apartemen kawasan
“Babe, jalan yuk, nongkrong di Kemang”
“Uhhm, sori aku capek sekali, besok ada presentasi kerja”
“Ah, urusan kerjaan besok aja difikirnya, ayolah sayang, work hard, party hard juga dong”
“Maaf sayang, sepertinya tidak malam ini deh”
“Okay kalau begitu aku keluar dengan teman-temanku saja ya?”
“Yepp, party safe ya sayang”
Kembali kupandangi buket bunga mawar putih itu dan mengira-ngira pengirimnya. Aku teringat pada Hendra, lelaki yang kuputuskan sebelum aku menjalin hubungan dengan
Pagi ini aku terbangun melewati rutinitas seperti biasa dan bersiap untuk bekerja. Kubuka pintu kamar dengan perlahan, seikat bunga mawar putih kembali ada di depan pintu, cepat kuraih kartu yang terselip. “Sandra, cintaku hanya tercipta untukmu” Nyaris satu minggu setiap hari ada bunga mawar yang sama di depan kamar dari seluruh kartu ucapan yang diselipkan menunjukkan betapa dia masih mengharapkanku. Aku menaruh mawar itu dalam jamban besar, malam ini aku berjanji memasakkan calamari salad favorit
“Sms dengan siapa sayang, hati-hati nanti jempolmu kurus”
“Dengan teman-teman, mereka mengajaku jalan, bolehkah aku pergi dengan mereka? nonton filmnya kapan-kapan saja ya ”
“Uhmm, baiklah, taruh saja filmnya diatas meja kamar”
“Ok, wow.., mawar putih, tumben kamarmu dihiasi bunga?”
“Iya, karena kamu spesial”
Kutekan suaraku agar dia tidak menaruh curiga pada mawar tersebut. Aku mulai cemas dengan hubungan yang kujalin dengan
Sore ini sebuah rapat di batalkan, aku menuju pusat perbelanjaan mencari gaun yang akan kukenakan makan malam bersama
“
“ Maafkan aku atas semua ini, Sandra maaf, aku tak berani jujur padamu, aku belum siap berkomitmen lebih jauh denganmu, aku masih ingin berpetualang, kutahu kamu menanti komitmenku untuk hubungan kita, tapi maafkan aku tak bisa”
Jawaban Rio membuat darahku membeku dan tak tak pernah kusangka lelaki yang kucinta menghianatiku. Mungkin benar apa kata orang, sebuah hubungan yang diawali dari perselingkuhan tak dapat menjamin sebuah kesetiaan.
“Dimas??!!!”
“Ya, ini aku, selamat ulang tahun Sandra”
Kuterima buket mawar merah yang besar darinya dengan segala kecanggungan, aku mempersilahkan dia masuk.
“ Lama tak berjumpa denganmu, kamu makin tampak dewasa dan matang”
“Thanks, kok kamu tahu aku tinggal disini?”
“Ya, tahu aja, oh ya apa kamu memiliki acara di hari spesialmu ini?”
“Uhmm, tidak juga sih”
“Kalau begitu aku ingin mengajakmu keluar berjalan-jalan “
Tak mengerti atas sikapku, aku mengikuti ajakan Dimas dan membatalkan rencanaku menikmati liburan di pantai.
“Kapan kamu kembali ke
“Sejak dua bulan lalu aku pindah kerja disini”
“Bagaiaman kamu tahu aku tinggal disini?” Pertanyaan ini kuulang, karena aku masih penasaran bagaiaman dia tahu tempat tinggalku yang baru.
“Maaf, tanpa maksud mengintaimu, aku tahu seluruh kegiatanmu hingga orang yang dekat denganmu”
“Wow.. kamu telah mengintai dan memasuki area pribadiku”
“Bukan maksud hati seperti itu, hanya memastikan kamu baik-baik saja”
“Tapi kamu tidak bermaksud menjadi malaikat penyelematku
“Andai kamu tidak keberatan aku ingin menjadi malaikat hatimu”
“Dimas, kamu sedang tidak menanti penolakan dariku untuk kedua kalinya bukan?”
“Aku akan terus mencoba hingga kau lelah menolaku atau seseorang telah meminangmu. Selama kamu masih belum dimiliki oleh seseorang, tak salahnya aku mencoba bukan? Bagaimana dengan mawar putih yang kukirimkan, apa kau menyukainya? “
Kuterdiam sepanjang perjalanan, tak menyangka akan semua hal yang terjadi, mawar putih, diputuskan oleh
No comments:
Post a Comment