Dedicated to my beloved father
Februari – senyatanya merupakan bulan penuh kasih sayang, romantisme, mawar dan warna pink mendominasi dimana-mana sebuah peringatan perayaan cinta dan kehidupan.
Di bulan februari ini blog saya terasa gelap, tak ada satupun petikan cerita romatis atau puisi cinta yang merekah. Hanya kesedihan dan kepedihan hati yang mampu tertulis.
Blog di bulan Februari ini saya dedikasikan untuk Ayah saya – Made Subrata- yang telah berpulang kerumah Tuhan pada 11 Februari 2008 pk. 12.00 wita.
Pahlawanku
Dia telah jadikanku seperti sekarang ini
Hanya memberi
Tak pernah mengharap kembali
Tak memberi kesempaan untuk mengembalikan
Dia hanya ingin memberi
Menjadikan tiada menjadi ada
Dan kemudian pergi untuk selamanya.
Dialah pahlawanku
-----------------------------------------------------------
27 tahun Tuhan memberikan kesempatan kepada saya untuk berbagi cerita kehidupan dengannya. Berbagai kenangan, kehangatan cinta dan kasih tlah di rasakan. Kalau boleh dikatakan inilah masa kebahagiaan saya yang indah. Dia merupakan sosok ayah, guru dan sahabat bagi kami anak-anaknya. Tak pernah disangka akan berpulang secepat ini, disaat saya belum sempat membalaskan semua kebaikannya.
Inilah misteri Tuhan yang dari dulu saya takuti, ketika orang terkasih harus berpulang dan lenyap dari pandangan kasat mata. Hangus menjadi abu oleh api, lebur bersama air kembali menyatu menjadi tunggal.
Kematian memang bukan hal yang perlu ditakuti, namun rasa kehilangan yang dalam memang menakutkan bagi saya. Walau sudah 2 minggu duka mendalam masih terasa.
Semua menjadi tidak normal, kepala seperti di kaki , kaki dikepala.
Konon, keiklasan adalah obat dari semua kepedihan.
tapi saya ingin merasakan dulu kepedihan ini.
Saya akan kembali jika saya sudah mampu melihat bahwa matahari memang bercahaya.
Salam duka,
Kadek Purnami.
No comments:
Post a Comment