Ada yang pernah bilang bahwa wanita memang lebih kuat dari pria? Benarkah?
Komentar saya ” memang benar dan sudah terbukti”
Sore ini saya mengantarkan ibu mertua ke sebuah acara pertemuan antar warga. Ah,dimanapun jika ibu-ibu sudah berkumpul pasti ramai jadinya. Acara temu warga mungkin akan berubah menjadi ajang curhat antar tetangga. Hhmmm...apa iya begitu?
Untuk kedua kali saya membenarkan. Ya! betul banget.
Rapat antar warga baru berjalan setengahnya, peserta rapat satu persatu merapatkan diri membentuk rapat-rapat kecil. Yepp tiada lain dan tiada bukan ajang curhat akan segera dimulai. Rapat antar warga bukan hal penting lagi, itu cuman alasan biar bisa ngumpul.
Mereka tak hiraukan keberadaan saya, maklum saya masih dianggap anak kecil yang belum tahu persis bagaimana manis pahitnya kehidupan di dalam rumah tangga. Saya membolak balikkan majalah sembari memasang kuping. Salah satu ibu mengeluhkan suaminya yang jarang pulang, ibu yang lain mengeluhkan mertuanya yang super duper cerewet, atau seorang tetangga yang baru ketahuan selingkuh dan menjadi top gossip this week.
Selang beberapa menit rapat temu warga semakin terpecah menjadi beberapa bagian kelompok. Mereka otomatis berkumpul berdasarkan teman akrab, rasa senasib dan seberapa besar tingkat kepercayaan untuk saling menjaga rahasia.
Aku masih menemani mertuaku, dia cukup disegani karena usianya yang paling tua, dia tak begitu antusias bergosip, paling menjadi pendengar yang baik untuk tempat curahan hati. Tak selang berapa lama seorang ibu mendekati dan nampak sedang kusut sekali.
” duh ibu, saya sedang kesal sekali”
”ada masalah apa?” ( itu adalah pertanyaan wajib untuk menunjukkan simpati)
”suamimu bertingkah lagi?”
”iya bu, suami saya barusan menghancurkan lagi seluruh perabotan dapur, ingin rasanya saya bacok pakai parang, tapi kalau dia mati, kasihan anak-anak saya”
Aku mengenali ibu itu, keadaan keluarganya memang pas-pasan. Suaminya tak bekerja, pemabuk, penjudi dan suka membawa cewek kafe. Rutinitasnya pulang malam, mabuk dan mengamuk, barang-barang dirumahnya nyaris habis dan rusak di hancurkan oleh suaminya. Sedangkan istrinya bekerja keras dan tetap sabar.
”ah sudah nasib saya mungkin seperti ini, dulu saya menikah dengannya juga karena cinta”
Kuakui, Ibu itu merupakan wanita yang hebat, dia tetap sabar menghadapi suaminya, dia bertahan karena dua anaknya masih kecil dan melihat keadaan mertuanya yang makin lanjut. Dialah tulang punggung keluarganya, mata pencaharinnya menjual nasi bungkus di pasar dengan penghasialan yang tak seberapa. Suaminya sudah tak berfungsi sebagai kepala keluarga
Tak hanya suami yang membebaninya, lain lagi dengan kelakuan anaknya” like father like son” Anak sulungnya baru masuk kelas 1 di SMU, dulu anaknya ini rajin membantu ibunya berjualan. Kini beda lagi ceritanya, sekarang dia adalah anak Band, pantang baginya membungkus nasi, apa kata teman-temannya nanti. Si sulung sudah 1 bulan tak sekolah, tiap malam manggung di kafe. Honornya yang tak seberapa habis untuk membeli atribut anak metal dan minuman keras. Alhasil dia dipecat oleh sekolahnya.
Miris aku mendengar cerita ibu itu. Bibirnya bergetar menahan tangis.
” Menangislah, disinilah tempatmu menangis, kamilah teman-temanmu”
Sela ibu mertuaku di sela getar bibir yang jarang di poles gincu.
Disitu aku melihat, kekuatan kaum perempuan, melihat wanita-wanita hebat.
Melalui pertemuan seperti ini mereka bisa berbagi.
Saya teringat kultur jaman dulu ketika para ibu rumah tangga selesai menyapu sore mereka seringkali meluangkan waktu duduk di luar gerbang bercengkrama bersama ibu tetangga sambil mencabuti uban sampai akhirnya mandi ke sungai beramai-ramai. Saya kira disanalah tempat mereka untuk saling berbagi.
Yah saya sepakat sekali wanita memang lebih kuat dibandingkan pria.
Saturday, October 25, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment